BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1. Profil Metakognisi Siswa yang Bergaya Kognitif Refleksif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB V PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. VII di MTs Jabal Noer Taman Sidoarjo, (2) Profil pengajuan masalah

PROFIL METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN BERDASARKAN GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF

BAB III METODE PENELITIAN. yang diarahkan untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN GAYA KOGNITIF

BAB V PEMBAHASAN. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII-C Dalam Menyelesaikan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada BAB V ini, peneliti akan membahas hasil penelitian dan diskusi hasil

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Profil Kemampuan Penalaran Matematika Siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA DALAM PROBLEM SOLVING BERBENTUK OPEN START BERDASARKAN GAYA KOGNITIF DI SMP

BAB V ANALISIS DATA. A. Faktor-faktor Penyebab Kesalahan yang Mempengaruhi Kemampuan

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

PROFIL METAKOGNITIF SISWA YANG BERGAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

BAB V PEMBAHASAN. Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif, Gramatika, 2: 2, (Mei, 2011),

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

PROFIL METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL BERDASARKAN GAYA KOGNITIF

BAB III METODE PENELITIAN

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Satori

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metode Problem Solving Materi Simetri

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

ANALISIS PENGETAHUAN METAKOGNISI SISWA DENGAN GAYA BELAJAR REFLEKTIF PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-A MTs MUHAMMADIYAH 6 KARANGANYAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

BAB I. teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan. ketajaman berpikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi

DESKRKIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BERPIKIR REFLEKTIF SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA KOGNITIF. Ahmad Nasriadi 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Sebelum Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. halnya bahasa, membaca dan menulis. Kesulitan belajar matematika. bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.

Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

AKTIVITAS METAKOGNISI SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINEAR DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DAN JENIS KELAMIN

BAB V PEMBAHASAN. kognitif peserta didik kelas VIII materi pokok fungsi di MTs Darul Falah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

BAB III METODE PENELITIAN

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif ditunjang oleh metode kuantitatif. Metode

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir. M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORETIS. Soal cerita merupakan permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat bermakna dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1. Jenis Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal Cerita Pokok Bahasan

Kata Kunci: proses berpikir, gaya kognitif reflektif dan impulsif, pemecahan masalah

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS PROSES METAKOGNISI SISWA MELANKOLIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

BAB IV DES KRIPS I DAN ANALIS IS DATA PEN ELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

PROFIL METAKOGNISI SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH TERBUKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Literasi Matematika merupakan aspek kemampuan matematika yang

Eka Wulandari Fauziah et al., Analisis Tingkat Berpikir Kreatif dalam Pengajuan Masalah...

TEORI METAKOGNISI. Oleh : Yulia Ayriza

BAB I PENDAHULUAN. masalah, dan kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam. penyelesaian suatu masalah (Mulyana 2008).

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB V PEMBAHASAN. tentang Identifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari tujuan pendidikan. ukur dari keberhasilan penyelengaraan pendidikan.

Ismail Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini deskriptif digunakan untuk

pengalaman belajar kepada para siswanya. Salah satu metode yang dapat 1

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

DESKRIPSI LETAK KESALAHAN BERDASARKAN NEWMAN ERROR HIERARCHY PADA PENYELESAIAN SOAL CERITA SISWA REFLEKTIF DAN IMPULSIF

JURNAL PROFIL KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS SMK PGRI 4 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

109 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Metakognisi Berdasarkan hasil penelitian tentang metakognisi siswa dalam memecahkan masalah matematika, maka dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Profil Metakognisi Siswa yang Bergaya Kognitif Refleksif Metakognisi siswa yang bergaya kognitif refleksif akan dipaparkan pada tabel 5.1 berikut ini: Langkah Pemecahan Masalah Memahami masalah Tabel 5.1 Metakognisi Siswa yang Bergaya Kognitif Refleksif Aktivitas Metakognisi Indikator yang Terpenuhi Subjek R 1 Subjek R 2 Berpikir dan menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, apa maksud dari soal dan menyatakan permasalahan dengan kalimat sendiri atau bentuk Mengetahui alasan mengapa menggunakan data-data itu yang diketahui, mengapa menggunakan itu yang ditanyakan dalam soal dan mengapa permisalan dan model matematika tersebut yang dibuat. bahwa apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan Berpikir dan menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, apa maksud dari soal dan menyatakan permasalahan dengan kalimat sendiri atau bentuk Mengetahui alasan mengapa menggunakan data-data itu yang diketahui, mengapa mengatakan itu yang ditanyakan dalam soal dan mengapa permisalan dan model matematika tersebut yang dibuat. bahwa apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan 109

110 Menyusun rencana pemecahan masalah model matematika yang dibuat sudah benar. Berpikir dan menunjukkan hubungan antara apa yang diketahui dengan yang ditanyakan, menggunakan strategi atau cara gabungan untuk dengan masalah yang akan dipecahkan dan berpikir tentang pengetahuan awal apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Memberikan alasan mengapa terdapat ditanyakan, mengapa menggunakan strategi atau cara gabungan untuk mengapa harus mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang dengan masalah yang akan dipecahkan dan mengapa harus menggunakan pengetahuan awal untuk menyelesaikan soal. ditanyakan sudah benar, yakin cara gabungan yang akan digunakan sudah model matematika yang dibuat sudah benar. Berpikir dan menunjukkan ditanyakan, menggunakan strategi atau cara gabungan untuk dengan masalah yang akan dipecahkan dan berpikir tentang pengetahuan awal apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Memberikan alasan mengapa terdapat ditanyakan, mengapa menggunakan strategi atau cara gabungan untuk mengapa harus mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang dengan masalah yang akan dipecahkan dan mengapa harus menggunakan pengetahuan awal untuk menyelesaikan soal. ditanyakan sudah benar, yakin cara gabungan yang akan digunakan sudah

111 Melaksanakan rencana pemecahan masalah Memeriksa kembali solusi yang diperoleh tepat, yakin cara yang pernah digunakan pada soal lain bisa digunakan pada soal ini dan yakin pengetahuan awal yang digunakan untuk tepat. Melaksanakan rencana sesuai dengan strategi atau cara yang digunakan dalam menyelesaikan soal, dan melakukan perbaikan jika ada langkah-langkah yang Memberikan argumen tentang langkah-langkah menyelesaikan soal dan memberikan alasan mengapa harus melakukan perbaikan jika ada langkah-langkah yang Yakin langkah-langkah benar, dan yakin perbaikan yang dilakukan sudah benar. Berpikir akan mengecek langkah-langkah sampai selesai, berpikir akan mengecek apakah hasil yang diperoleh benar dan sesuai dengan yang ditanyakan, dan berpikir soal tersebut bisa tepat, yakin cara yang pernah digunakan pada soal lain bisa digunakan pada soal ini dan yakin pengetahuan awal yang digunakan untuk tepat. Melaksanakan rencana sesuai dengan strategi atau cara yang digunakan dalam dan melakukan perbaikan jika ada langkah-langkah yang Memberikan argumen tentang langkah-langkah menyelesaikan soal dan memberikan alasan mengapa harus melakukan perbaikan jika ada langkah-langkah yang Yakin langkah-langkah benar, dan yakin perbaikan yang dilakukan sudah benar. Berpikir akan mengecek langkah-langkah sampai selesai, berpikir akan mengecek apakah hasil yang diperoleh benar dan sesuai dengan yang ditanyakan, dan berpikir soal tersebut bisa

112 Mengecek langkah-langkah sampai selesai dan mengecek hasil yang diperoleh benar dan sesuai dengan yang ditanyakan. Yakin langkah-langkah sampai selesai sudah benar, yakin hasil yang diperoleh sudah benar dan sesuai dengan yang ditanyakan dan yakin soal tersebut bisa diselesaikan dengan cara Mengecek langkah-langkah sampai selesai dan mengecek hasil yang diperoleh benar dan sesuai dengan yang ditanyakan. Yakin langkah-langkah sampai selesai sudah benar, yakin hasil yang diperoleh sudah benar dan sesuai dengan yang ditanyakan dan yakin soal tersebut bisa diselesaikan dengan cara 2. Profil Metakognisi Siswa yang Bergaya Kognitif Impulsif Metakognisi siswa yang bergaya kognitif impulsif akan dipaparkan pada tabel 5.2 berikut ini: Tabel 5.2 Metakognisi Siswa yang Bergaya Kognitif Impulsif Langkah Pemecahan Masalah Memahami masalah Aktivitas Metakognisi Indikator yang Terpenuhi Subjek I 1 Subjek I 2 Berpikir dan menyebutkan tentang apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, apa maksud dari soal dan menyatakan permasalahan dengan kalimat sendiri atau bentuk Mengetahui alasan mengapa mengungkapkan data-data itu yang diketahui, mengapa Berpikir dan menyebutkan tentang apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, apa maksud dari soal dan menyatakan permasalahan dengan kalimat sendiri atau bentuk Mengetahui alasan mengapa mengungkapkan data-data itu yang diketahui dan mengapa mengatakan

113 Menyusun rencana pemecahan masalah menggunakan itu yang ditanyakan dalam soal dan mengapa permisalan tersebut yang dibuat. bahwa apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan permisalan yang dibuat sudah benar. Tidak menemukan ditanyakan, menggunakan strategi atau cara gabungan untuk dengan masalah yang akan dipecahkan dan berpikir tentang pengetahuan awal apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Tidak memberikan alasan yang logis mengapa terdapat hubungan antara apa yang diketahui dengan yang ditanyakan, memberikan alasan yang logis mengapa menggunakan strategi atau cara gabungan untuk memberikan alasan yang logis mengapa harus itu yang ditanyakan dalam soal. Akan tetapi tidak memberikan alasan yang logis mengapa permisalan dan model matematika tersebut yang dibuat. bahwa apa yang diketahui, apa yang ditanyakan sudah benar. Akan tetapi kurang yakin permisalan dan model matematika yang dibuat sudah benar. Tidak menemukan ditanyakan, menggunakan strategi atau cara gabungan untuk dengan masalah yang akan dipecahkan dan berpikir tentang pengetahuan awal apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Tidak memberikan alasan yang logis mengapa terdapat hubungan antara apa yang diketahui dengan yang ditanyakan, memberikan alasan yang logis mengapa menggunakan strategi atau cara gabungan untuk memberikan alasan yang logis mengapa harus

114 Melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan masalah yang akan dipecahkan dan mengapa harus menggunakan pengetahuan awal untuk menyelesaikan soal. Tidak yakin menemukan ditanyakan sudah benar, kurang yakin cara gabungan yang akan digunakan sudah tepat, yakin pengetahuan awal tepat, dan yakin cara yang pernah digunakan pada soal lain bisa digunakan pada soal tersebut. Melaksanakan rencana sesuai dengan strategi atau cara yang digunakan dalam menyelesaikan soal. Akan tetapi tidak melakukan perbaikan jika ada langkah-langkah yang Memberikan argumen tentang langkah-langkah menyelesaikan soal. Akan tetapi tidak memberikan alasan yang logis mengapa tidak melakukan perbaikan jika ada langkah-langkah yang dengan masalah yang akan dipecahkan dan mengapa harus menggunakan pengetahuan awal untuk menyelesaikan soal. Tidak yakin menemukan ditanyakan sudah benar, kurang yakin cara gabungan yang akan digunakan sudah tepat, yakin pengetahuan awal tepat, dan yakin cara yang pernah digunakan pada soal lain bisa digunakan pada soal tersebut. Melaksanakan rencana sesuai dengan strategi atau cara yang digunakan dalam menyelesaikan soal. Akan tetapi tidak melakukan perbaikan jika ada langkah-langkah yang Memberikan argumen tentang langkah-langkah menyelesaikan soal. Akan tetapi tidak memberikan alasan yang logis mengapa tidak melakukan perbaikan jika ada langkah-langkah yang

115 Memeriksa kembali solusi yang diperoleh Tidak yakin cara yang digunakan dalam benar dan tidak yakin melakukan perbaikan. Tidak berpikir akan mengecek langkah-langkah sampai selesai, tidak berpikir akan mengecek apakah hasil yang diperoleh benar dan sesuai dengan yang ditanyakan dan tidak berpikir soal tersebut bisa Tidak mengecek langkahlangkah pengerjaannya dari awal sampai selesai, tidak mengecek hasil yang diperoleh benar dan sesuai dengan yang ditanyakan dan tidak memberikan alasan mengapa soal tersebut tidak bisa diselesaikan dengan cara Tidak yakin langkahlangkah pengerjaannya dari awal sampai selesai sudah benar, tidak yakin hasil yang diperoleh sudah benar dan sesuai dengan yang ditanyakan dan tidak yakin soal tersebut bisa diselesaikan dengan cara Tidak yakin cara yang digunakan dalam benar dan tidak yakin melakukan perbaikan. Tidak berpikir akan mengecek langkah-langkah sampai selesai, tidak berpikir akan mengecek apakah hasil yang diperoleh benar dan sesuai dengan yang ditanyakan dan tidak berpikir soal tersebut bisa Tidak mengecek langkahlangkah pengerjaannya dari awal sampai selesai, tidak mengecek hasil yang diperoleh benar dan sesuai dengan yang ditanyakan dan tidak memberikan alasan mengapa soal tersebut tidak bisa Tidak yakin langkahlangkah pengerjaannya dari awal sampai selesai sudah benar, tidak yakin hasil yang diperoleh sudah benar dan sesuai dengan yang ditanyakan dan tidak yakin soal tersebut bisa Berdasarkan tabel di atas, subjek bergaya kognitif refleksif R 1 dan R 2 melaksanakan indikator pada masing-masing aktivitas metakognisi sehingga

116 memiliki kecenderungan metakognisi yang sama dalam memecahkan masalah matematika dengan melakukan aktivitas metakognisi yang meliputi mengembangkan, memonitor, dan mengevaluasi. Subjek bergaya kognitif impulsif I 1 dan I 2 melaksanakan beberapa indikator pada beberapa aktivitas metakognisi. Pada saat memahami masalah, subjek I 1 melaksanakan indikator pada aktivitas metakognisi yaitu, monitoring dan evaluasi. Dalam merencanakan pemecahan masalah, subjek I 1 hanya melaksanakan beberapa indikator pada beberapa aktivitas metakognisi. Dalam melaksanakan rencana, subjek I 1 hanya melaksanakan beberapa indikator pada beberapa aktivitas metakognisi. Dalam memeriksa kembali solusi yang diperoleh, subjek I 1 tidak melaksanakan indikator aktivitas metakognisi. Subjek I 2 pada saat memahami masalah hanya melaksanakan beberapa indikator pada beberapa aktivitas metakognisi. Dalam merencanakan pemecahan masalah, subjek I 2 hanya melaksanakan beberapa indikator pada beberapa aktivitas metakognisi. Dalam melaksanakan rencana, subjek I 1 hanya melaksanakan beberapa indikator pada beberapa aktivitas metakognisi. Dalam memeriksa kembali solusi yang diperoleh, subjek I 1 tidak melaksanakan indikator aktivitas metakognisi. Secara keseluruhan, kedua subjek memiliki kecenderungan metakognisi yang sama dalam memecahkan masalah matematika karena indikator yang belum terpenuhi kedua subjek pada masing-masing aktivitas metakognisi memiliki banyak kesamaan.

117 Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Santrock bahwa siswa yang refleksif lebih mungkin melakukan tugas: mengingat informasi yang terstruktur, membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks, memecahkan masalah, membuat keputusan, menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan daripada siswa yang impulsif. Dari teori yang dikemukakan Santrock yang berdasarkan dari penelitian Jonassen & Grabowski terlihat bahwa anak yang refleksif lebih mungkin melakukan aktivitas metakognisi karena tugas-tugas yang dimaksud oleh Santrock tersebut berkaitan dengan aktivitas metakognisi. Dengan kata lain, anak yang impulsif cenderung lebih sulit melakukan aktivitas metakognisi. Selain itu, Flavell menjelaskan bahwa aktivitas metakognisi tersebut lebih mungkin untuk terjadi dalam situasi yang memerlukan kehati-hatian dan dengan kesadaran yang tinggi. Oleh karena itu, aktivitas metakognisi lebih mungkin terjadi pada subjek bergaya kognitif refleksif karena sesuai yang dikemukakan Philip dan Nasution bahwa anak yang refleksif mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan yang mengindikasikan bahwa anak yang refleksif cenderung lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Sedangkan subjek bergaya kognitif impulsif masih kurang bisa untuk melakukan aktivitas metakognisi karena sesuai yang dikemukakan Philip dan Nasution bahwa anak yang impulsif mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya secara mendalam yang mengindikasikan bahwa anak yang impulsif cenderung kurang hati-hati dalam mengambil keputusan.

118 B. Diskusi Hasil Penelitian Berikut ini adalah kelemahan yang terdapat pada penelitian ini, antara lain: Banyaknya siswa untuk penelitian yang diambil tidak berdasarkan ada perbandingan banyaknya siswa yang berada pada kelompok refleksif dan impulsif, banyaknya siswa pada kelompok refleksif 29 siswa sedangkan impulsif 7 siswa. Pada penelitian ini, peneliti menyamakan banyaknya subjek yang diambil pada masing-masing kelompok siswa, yaitu sebanyak 2. Padahal banyaknya siswa yang berada pada kelompok impulsif lebih banyak dari pada kelompok refleksif. Peneliti tidak menggali lebih jauh apakah ada try and eror dalam mengerjakan tes gaya kognitif MFFT (Matching Familiar Figure Test). Sehingga tidak diketahui apaka siswa tersebut benar-benar memikirkan jawabannya atau hanya sekedar menebak jawabannya.