KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Jakarta, Oktober 997 Nomor : B-8/E../Epl./0/997 Sifat : Biasa Lampiran : (satu) berkas Perihal : Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan KEPADA YTH. SDR KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Di SELURUH INDONESIA Sebagai bahan untuk mengadakan koordinasi dengan Gubernur Kepala Daerah setempat. kami sampaikan copy surat Merited Negara Lingkungan Hidup/Kepala BAPEDAL tanggal Agustus 997 Nomor : B-7/08/997 perihal seperti tersebut pada pokok surat yang ditujukan kepada para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur serta tembusannya dikirimkan kepada Jaksa Agung RI. Demikian untuk dimaklumi. A.n. JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM DIREKTUR TINDAK PIDANA UMUM LAIN ttd R.W I Y 0 N 0, SH Jaksa Utama Madya Nip.0005565 TEMBUSAN :. YTH. SAW JAKSA AGUNG MUDA tindak PIDANA UMUM (Sebagai laporan). ARSIP
BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL) Jakarta, Agustus 997 Nomor : B-7/08/997 Lampiran : (satu) berkas Perihal : Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan KEPADA YTH.. Sdr. Gubernur KDH Tk.I Riau. Sdr. Gubernur KDH Tk.I Jambi. Sdr. Gubernur KDH Tk.I Sumsel. Sdr. Gubernur KDH Tk.I Kalteng 5. Sdr. Gubernur KDH Tk.I Kaltim Di SELURUH INDONESIA Kebakaran hutan dan lahan musim kemarau tahun ini terjadi sejak bulan Mei 997 sampai kini informasi dini kebakaran hutan dan lahan ini didapat dari pembacaan titik-titk panas atau hot spots (seperti gambar terlampir) yang ditindak lanajuti dengan indentifikasi di lapangan. Jumlah dan lokasi titik-titik panas sampai dengan Agustus 997 seperti tabel terlampir. Daerah yang terbanyak titik panasnya adalah daerah Propinsi Riau. Jambi. Sumsel Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur. Penyebab utama kebakaran hutan dan lahan adalah kegiatan penyiapan lahan untuk Perkebunan, Hutan Tanaman Industri, dan Tranmigrasi. Kebakaran di lahan tersebut telah menimbulkan gangguan asap yang mengurangi jarak pandang di beberapa daerah serta beberapa negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang menimbulkan antara lain penundaan jadwal penerbangan. Secara khusus kami dua hari yang lalu telah menerima Menteri Penerangan Malaysia yang merangkap sebagai Ketua Dewan Keamanan (Security Council) serta menangani bencana, untuk membahas masalah kebakaran dan gangguan asap serta kemungkinan kerjasama dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dalam jangka pendek dan tiga tahun mendatang. Dengan melihat perkembangan permasalahan tersebut. isu kebakaran hutan dan lahan secara nasional menjadi sensitif yang akan bekembang menjadi masalah politik yang menyangkut citra Indonesia di luar negeri. Terus berlangsungnya praktek pembakaran biomasa dalam penyiapan lahan, disebabkan masih rendahnya tingkat ketaatan para pengelola, lahan dalam mengikuti peraturan atau petunjuk teknis penyiapan lahan tanpa bakar. Untuk itu langkah penegakan hukum seperti yang sedang diproses di Propinsi Riau perlu dilanjutkan di beberapa daerah lainnya kepada para pengelola yang tidak mentaati berbagai peraturan yang ada. Agar langkah penanggulangan tersebut dapat terencana dan terkoordinasi antar berbagai pihak yang terkait. kiranya dapat dikemukakan kepada kami rencana aksi dilapangan sampai dengan akhir musim kemarau yang diperkirakan berakhir pada bulan November-Desember 997. Rencana aksi tersebut agar dapat dikirimkan kepada kami, sebagai bahan untuk laporan kepada Bapak Presiden. Atas perhatian dan kerjasama Saudara diucapkan terima kasih. Menteri Negara Ungkungan Hidup Kepala BAPEDAL ttd Sarwono Kusumaatmaja
Tembusan Yth. Menteri Dalam Negeri. Menteri Pertanian. Menteri Kehutanan. Menteri Transmigrasi dan PPH 5. Jaksa Agung RI 6. Kapolri
BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL) Jakarta, Agustus 997 Nomor : B-8/08/997 Lampiran : (satu) berkas Perihal : Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan KEPADA YTH. MENTERI PERTANIAN Di JAKARTA Surat ini dibuat sebagai bahan bagi kebijakan teknis Saudara Menteri, dalam rangka mengatasi praktek kebakaran lahan untuk "Land Clearing" perkebunan, yang merupakan salah satu penyebab utama kebakaran lahan musim kemarau ini. Kebakaran hutan dan lahan musim kemarau tahun ini terjadi sejak bulan Mei 997 sampai kini, informasi dini kebakaran hutan dan lahan ini didapat dari pembacaan titik-titik panas atau hot spots (seperti gambar terlampir) yang ditindak lanjuti dengan identifikasi di lapangan. Jumlah dan lokasi titik-titik panas sampai dengan 6 Agustus 997 seperti Tabel I terlampir. Perlu kami kemukakan bahwa puncak musim kemarau akan terjadi bulan September yang akan datang, sehingga resiko menebal dan meluasnya asap akan makin tinggi. Berdasarkan informasi dari BMG, tingkat kekeringan tahun 997 diperkirakan sama dengan tahun 98 dimana telah terjadi kebakaran hutan seluas,6 juta he di Kalimantan Timur, sehingga dikhawatirkan kebakaran pada tahun ini akan meluas menjadi kebakaran yang tidak terkendali. Penyebab utama kebakaran hutan dan lahan adalah kegiatan penyiapan lahan dan Perkebunan Hutan Tanaman Industri, dan Transmigrasi. Sebagian besar penyebab kebakaran tersebut berada pada areal perkebunan seperti di Prop-Riau yang tertera pada tabel. Kebakaran di lahan tersebut telah menimbulkan gangguan asap yang mengurangi jarak pandang di beberapa daerah serta beberapa negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang menimbulkan antara lain penundaan jadwal penerbangan. Secara khusus kami dua hari yang lalu telah menerima Menteri Penerangan Malaysia yang merangkap sebagai Ketua Dewan Keamanan (Security Council) serta menangani bencana. untuk membahas masalah kebakaran dan gangguan asap serta kemungkinan kerjasama dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dalam jangka pendek dan tiga tahun mendatang. Dengan melihat perkembangan permasalahan tersebut, isu kebakaran hutan dan lahan secara nasional menjadi sensitif yang akan berkembang menjadi masalah politik yang menyangkut citra Indonesia diluar negeri. Terus berlangsungnya, praktek pembakaran biomasa dalam penyiapan lahan, disebabkan masih rendahnya tingkat ketaatan para pengelola lahan dalam mengikuti peraturan atau petunjuk teknis penyiapan lahan tanpa bakar. Untuk itu langkah penegakan hukum seperti yang sedang diproses di Propinsi Riau perlu dilanjutkan di beberapa daerah lainnya kepada para pengelola yang tidak mentaati berbagai peraturan dalam pnyiapan lahan. Demikian pula kami mengharapkan Saudara Menteri mengambil langkah yang perlu untuk mengatasi hal ini, termasuk mempertimbangkan untuk sama sekali melarang kegiatan "Land Clearing" sehubungan dengan rendahnya pentaatan serta besarnya resiko kebakaran pada puncak musim kemarau tahun ini. Atas perhatian dan kerja sama Saudara diucapkan terima kasih.
Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal. Ttd Sarwono Kusumaatmadja Tembusan Yth. Jaksa Agung RI. Kepala Kepolisian RI. Pertinggal.
BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL) Jakarta, Agustus 997 Nomor : B-8/08/997 Lampiran : (satu) berkas Perihal : Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan KEPADA YTH. MENTERI DALAM NEGERI Di JAKARTA Kebakaran hutan dan lahan musim kemarau tahun ini terjadi sejak bulan Mei 997 sampai kini, informasi dini kebakaran hutan dan lahan ini didapat dari pembacaan titik-titik panas atau hot spots (seperti gambar terlampir) yang ditindak lanjuti dengan indentifikasi di lapangan. Jumlah dan lokasi titik-titik panas sampai dengan 6 Agustus 997 seperti Tabel terlampir. Perlu kami kemukakan bahwa puncak musim kemarau akan terjadi bulan September yang akan datang, sehingga resiko menebal dan meluasnya asap akan makin tinggi. Berdasarkan informasi dari BMG, tingkat kekeringan tahun 997 diperkirakan sama dengan tahun 98 dimana telah terjadi kebakaran hutan seluas,6 juta ha di Kalimantan Timur, sehingga dikhawatirkan kebakaran pada tahun ini akan meluas menjadi kebakaran yang tidak terkendali. Penyebab utama kebakaran hutan dan lahan adalah kegiatan penyiapan lahan untuk Perkebunan, Hutan Tanaman Industri, dan Transmigrasi. Kebakaran dilahan tersebut telah menimbulkan gangguan asap yang mengurangi jarak pandang di beberapa daerah serta beberapa negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang menimbulkan antara lain penundaan jadwal penerbangan. Secara khusus kami dua hari yang lalu telah menerima Menteri Penerangan Malaysia merangkap sebagai Ketua Dewan Keamanan (Security Council) serta menangani bencana, untuk membahas masalah kebakaran dan gangguan asap serta jangka pendek dan tiga tahun mendatang. Dengan melihat perkembangan permasalahan tersebut, isu kebakaran hutan dan lahan secara nasional menjadi sensitif yang akan berkembang menjadi masalah politik yang menyangkut citra Indonesia diluar negeri. Terus berlangsungnya praktek pembakaran biomasa dalam penyiapan lahan, disebabkan masih rendahnya tingkat ketaatan para pengelola lahan dalam mengikuti peraturan atau petunjuk teknis penyiapan lahan tanpa bakar. Untuk itu langkah penegakan hukum seperti yang sedang diproses di Propinsi Riau perlu dilanjutkan di beberapa daerah lainnya kepada para pengelola yang tidak mentaati berbagai peraturan dalam penyiapan lahan. Kami mengharapkan jasa baik Saudara Menteri agar dapat menggerakkan kelembagaan di daerah dalam mengatasi kebakaran lahan dan hutan. Dalam kelembagaan tersebut, Gubernur berkedudukan sebagai penanggung jawab Pusdalkar hutan (Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) sesuai dengan Surat Menteri Dalam Negeri No. 6.55/098/ PUOD tanggal 9 April 996
Atas perhatian dan kerja sama Saudara diucapkan terima kasih. Tembusan Yth. Jaksa Agung RI. Kepala Kepolisian RI. Pertinggal. Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal. Ttd Sarwono Kusumaatmadja
Gambar. Garis Angin pada tanggal. 8 97
BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL) Gambar : I Keterangan gambar Citra Satelit NOAA pemantauan tanggal 9 Agustus 997, pukul.00 wib. Hot spot ditunjukkan dengan titik merah.
TABEL : REKAPITULASI TITIK PANAS (HOT SPOTS) UNTUK WILAYAH SUMTRA DAN KALIMANTAN PERIODE BULAN FEBRUARI, AGUSTUS 997 No Propinsi Kabupaten Jumlah Hot Spot pada Bulan Jumlah Feb Maret April Mei Juni Juli Agust DI Aceh Aceh Barat Aceh Besar 8 Aceh Selatan 0 8 Aceh Tengah Aceh Timur Aceh Utara Pidie Aceh Tenggara 5 Sumatra Utara Dain Labuhanbatu Langkat Tapanuli Selatan Tapanuli Utara Karo Deli Serdang Asahan Sumatra Barat Pasaman Sawah Lunto Solok Pesisir Selatan Ju ml ah 7 5 7 Jumlah 5 Jumlah
No Propinsi Kabupaten Jumlah Hot Spot pada Bulan Jumlah Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Riau Bengkalis 7 9 5 8 Indragin Hulu Indragin Hilir Kampar 5 7 0 6 9 7 7 9 6 55 5 5 Jambi Batanghari Bungotebo Sarolangan Tanjunglabung Kennci Kodya Jambi 6 Sumatra Selatan Lahat Musibanyuasin Musirawas Ogan Komering Ilir Ogan Komering Ulu Lematang ilir Bangka Jumlah 65 9 8 9 8 9 9 5 5 6 Jumlah 9 0 9 8 0 7 5 5 Jumlah 5 7 Bengkulu Bengkulu Utara 7 Bengkulu Selatan Rejalebong Jumlah 9 8 Lampung Lampung Utara Lampung Tengah 9 Jumlah 7 No Propinsi Kabupaten Jumlah Hot Spot pada Bulan Jumlah Feb Maret April Mei Juni Juli Agust
9 Kalimantan Barat Kapuas Hulu Ketapang Pontianak Sanggau Sintang Sambas 0 Kalimantan Tengah Banto selatan Banto utara Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Katingan Seruyan Kapuas Palangkaraya Gunung Mas 6 Kalimantan Selatan Bantokulala Kotabaru Tapin Tanah Laut Banjar tabalong Ju ml ah 8 8 8 5 7 7 5 9 9 9 5 9 5 8 8 5 Jumlah 5 Jumlah 9 5 5 0 9 7 6 0 No Propinsi Kabupaten Jumlah Hot Spot pada Bulan Jumlah Feb Maret April Mei Juni Juli Agust 9 KalimantanTimu Barau
Bulungan Kotau Tenggarong Pasir Kodya Samarinda Ju 8 ml ah 65 Total 8 9 7 88 605 0 057 0 8 BAPEDAL TIM KOORDINASI NASIONAL PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN Jakarta, 6 Agustus 997