Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

dokumen-dokumen yang mirip
POROS dengan BEBAN PUNTIR

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

IV. ANALISA PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

IV. PENDEKATAN DESAIN

ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

Jumlah serasah di lapangan

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III METODE PENELITIAN

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

Perancangan Dan Pembuatan Batang Torak Dengan Daya 100 PS Dan Putaran 3500 RPM Dengan Proses Pengecoran Logam

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Rancangan

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

TRANSMISI RANTAI ROL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan V-belt yang sesuai. Ditimbang kertas bekas sebanyak 3 kg3 Kg. Dihidupkan mesin untuk mengoprasikan alat

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

Transkripsi:

IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini merupakan komponen penyusunnya. Dalam menentukan rancangan fungsional biasanya dinyatakan dalam daftar fungsi kerja. Fungsi kerja merupakan rangkaian tahapantahapan proses/komponen hingga terpisahkannya bahan plastik, gambar 16. Hopper Lempeng Panas Pendisribusian Tenaga Scrubber Media Penampung Akhir Gambar 16. Diagram Rancangan Fungsional Proses pemisahan dengan model alat ini diawali dengan proses penampungan bahan plastik dan bahan organik ke dalam media penampung. Selanjutnya bahan-bahan tersebut akan mengalir menuju silinder panas, yang sedang berputar oleh putaran engkol. Putaran dari silinder panas membantu dalam pengaliran bahan-bahan yang ada dalam hopper. Panas yang ada pada silinder diharapkan mampu membuat bahan plastik terekatkan dan mengikuti putaran dari silinder panas tersebut dengan suhu terkontrol tertentu. Sedangkan untuk bahan organik akan mengalir langsung menuju pada media penampungan akhir bahan organik tepat diawal pergerakan dari silinder panas. Bahan plastik akan terlepas kembali dengan adanya pemisah bahan plastik terhadap silinder panas (scrubber). Bahan plastik yang telah terpisahkan dari silinder panas akan jatuh kepada media penampung akhir bahan plastik. 21

4.1.1. Hopper Hopper merupakan bagian dari komponen model pemisah bahan plastik dan bahan organik, yang berfungsi sebagai kotak penampung bahan sebelum disalurkan menuju proses pemisahan oleh silinder panas. Pada tahap ini bahan plastik dan bahan organik masih tercampurkan. Hopper mempunyai peranan penting dalam proses berjalannya bahan. Desain hopper yang tidak sesuai membuat terjadi penumpukan bahan dan mengganggu proses pemisahan dikarenakan penumpukan tersebut membuat panas yang digunakan untuk pemisahan tidak mengenai bahan plastik tersebut. Gambar 17. Hopper 4.1.2. Silinder Panas Silinder panas merupakan komponen utama dari model pemisah penelitian ini. Silinder panas, tersusun oleh tiga buah komponen yakni silinder, heater dan poros ass. Silinder berfungsi untuk menyerap aliran panas yang berasal dari heater. Pada perancangannya heater yang digunakan adalah heater pelat agar didapat perambatan panas yang merata terhadap silinder. Beban keseluruhan silinder dan heater akan ditopang oleh poros ass yang terhubung terhadap rangka. Untuk membantu perputaran silinder digunakan pillow block untuk kemudahan perputaran silinder panas tersebut. 22

Gambar 18. Komponen Silinder Panas Suhu permukaan silinder dikontrol dengan menggunakan thermokontrol yang dirangkaikan dengan kontaktor sebagai penyelaras (relay) tegangan arus besar. Pengkontrolan suhu terkontrol yang dilakukan oleh thermokontrol, dilakukan dengan menghidup-matikan kinerja heater atas pembacaan suhu yang dilakukan. Pembacaan suhu yang dilakukan oleh thermokontrol didapat dari pembacaan suhu thermocouple pada permukaan silinder. Dalam piranti pengkontrolan ini juga menggunakan lampu indikator dan saklar sebagai pemutus dan penyambung arus listrik pada sistem. Keseluruhan piranti tersebut diletakkan pada kotak kerja untuk menjaga keselamatan kerja. Gambar 19. Priranti Pengkontrolan Suhu. 23

4.1.3. Engkol Engkol merupakan komponen yang digunakan untuk untuk membantu memutarkan silinder panas. Engkol terhubung dengan poros ass pada silinder panas. Pemutaran engkol akan membuat poros ass berputar, begitu juga dengan silinder panas. Gambar 20. Engkol 4.1.4. Pemisahan Plastik Terhadap Silinder Panas (Scrubber) Scrubber merupakan komponen yang berfungsi untuk memisahkan/ melepaskan kembali plastik yang terekatkan pada silinder panas. Scrubber dalam rancangan diletakkan pada bagian terdekat terhadap silinder panas dan berlawanan terhadap arah jatuhnya bahan. Scrubber dirancangkan memiliki pengaturan jarak antara scrubber dan permukaan silinder. Gambar 21. Scrubber 24

4.1.5. Media Penampungan Akhir Media penampungan akhir merupakan media penampung bahan plastik dan bahan organik setelah proses pemisahan. Terdapat dua buah media penampung akhir yang terpisahkan, salah satu untuk bahan organik dan lainnya untuk bahan jenis plastik. Media yang digunakan adalah wadah plastik (ember) sederhana dikarenakan kapasitasnya yang masih bentuk model. Gambar 22. Media Penampung Akhir 4.2. Rancangan Struktural Rancangan struktural merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perancangan model penelitian ini. Proses perancangan struktural dapat dibedakan dalam dua tahap. Tahap prtama adalah desain umum, yaitu pemilihan tipe struktur dari berbagai alternatif yang memungkinkan seperti tata letak struktur, geometri atau bentuk, dan material yang digunakan secara tentatif. Tahap kedua adalah desain terinci, yaitu penentuan dimensi keseluruhan dan elemen struktur lainnya. 4.2.1. Rangka Rangka adalah komponen yang berfungsi untuk menopang beban keseluruhan model alat ini. Perakitan rangka ini dituntut dapat menopang beban keselurahan dari model pemisah ini dan juga beban kerja saat proses pemisahan. Dalam perakitannya rangka akan dibuat dengan menggunakan bahan besi siku 4 cm x 4 cm x 4 mm yang dirangkai seperti pada lampiran 3. 25

4.2.2. Hopper Hopper yang berfungsi untuk menampung bahan tahap awal, dalam rancangan strukturalnya akan dibuat dengan menggunakan bahan pelat besi dua mm, yang akan dibentuk seperti gambar yang disajikan pada lampiran 4. Sifat bahan plastik dan bahan organik yang ringan, membutuhkan kemiringan yang besar agar bahan-bahan tersebut dapat teralirkan dengan baik. 4.2.3. Silinder Panas Seperti yang telah disebutkan pada rancangan fungsional, silinder panas merupakan komponen terpenting dari model pemisahan penelitian kali ini. Silinder panas tersusun oleh tiga komponen penting yakni silinder, heater dan poros ass. Pada rancangan struktural silinder ini, permukaan silinder akan dibuat dengan menggunakan bahan pelat besi dengan ketebalan dua mm. Pelat besi tersebut akan dibentuk menjadi sebuah silinder dengan dimensi; diameter 318.5 mm dan tinggi 365 mm. Ukuran dari silinder merupakan penyesuaian terhadapan ukuran dari heater yang digunakan agar didapat perambatan panas yang baik. Adapun heater yang digunakan adalah heater pelat 2000 watt dengan dimensi 1 m x 355 mm. Heater ini diletakan pada bagian dalam dari silinder dan diletakan menempel pada permukaan silinder. Tutup dari silinder dibuat dengan bahan yang berbeda dari permukaan silinder, bahan yang digunakan adalah besi pelat lima mm. Bahan tutup silinder dibuat dengan menggunakan bahan lebih tebal dikarenakan untuk mengurangi terjadinya pemuaian akibat proses penglasan pada penyambungan permukaan silinder dan tutup silinder. Gambar 23. Heater Pelat 26

Pada bagian silinder panas ini, beban dari sillinder dan beban kerja proses yang ada pada silinder akan ditopang dengan menggunakan poros ass satu inchi. Poros ass pada pergerakan silinder ini juga dibantu oleh pilow block satu inchi dengan diameter bantalan 50 mm. Ukuran dari bahan poros ass dan bantalan merupakan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada bagian analisis teknik. Rancangan struktural dan dimensi keseluruhan dari komponen silinder panas dapat dilihat pada lampiran 5. Dalam perangkaian heater dan silinder, heater yang berada pada bagian dalam silinder membuat dibutuhkannya pengantar arus listrik khusus. Silinder dan heater yang berputar, membutuhkan pengantar arus listrik yang tidak menyebabkan kabel listrik terhadap heater tidak terlilit akibat putaran silinder tersebut. Pengantar arus listrik ini dimaksudkan untuk menghindari adanya aliran listrik pada permukaan dan badan dari silinder, gambar 24. Gambar 24. Metode Pengantaran Arus Listrik Pada Heater Prinsip dari pengaliran arus lisrik ini adalah adanya dua pasang cincin yang bergesekan dimana sepasang cincin berputar seiring putaran silinder dan yang cicin lain diam yang terhubung terhadap arus listrik masuk. Kedua cincin yang bergesekan menyebabkan pengaliran listrik tetap bisa dilakukan. Penggunaan teflon (bagian berwarna putih pada gambar 24), digunakan sebagai isolator terhadap arus positif dan negatif yang mengalir menuju heater. Selain itu dalam perangkaiannya juga menggunakan penghubung listrik dari keramik antar kabel heater dan kabel listrik penghubung lainnya. Penghubung dari keramik ini digunakan untuk menghindari adanya aliran panas yang mengalir terhadap kabel pengantar yang membuat lelehnya pelindung yang ada pada kabel pengantar. 27

Pada silinder panas ini, suhu permukaan silinder akan dikontrol dengan menggunakan thermokontrol tipe Omron e5cwt, dalam menghidup dan mematikan heater. Thermokontrol tipe ini terdiri dari sepuluh buah port yang memiliki fungsi yang berbeda. Skema mengenai thermokontrol ini dapat dilihat pada gambar 25. 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 + - Not Used Gambar 25. Skema Port Thermokontrol Masukan data suhu pada thermokontrol adalah pembacaan yang dilakukan oleh thermocouple terhadap permukaan silinder. Pada model alat ini peletakan thermocouple juga membutuhkan suatu metode peletakan khusus agar thermocouple dapat selalu membaca permukaan silinder tersebut. Pada peletakannya membutuhkan suatu kerja per pegas agar ujung permukaan thermocouple dapat selalu menempel pada permukaan silinder, gambar 26. Thermocouple Dudukan Pegas Pegas Dudukan scrubbing Gambar 26. Keterangan Peletakan Akan Thermocouple Pada silinder panas ini, perangkaian thermokontrol dan heater akan dihubungkan dengan kontaktor sebagai relay antara kedua komponen tersebut. Kontaktor yang digunakan adalah tipe Mitsubishi S-N20, 32 ampere. Perangkaian ketiga komponen ini dapat dilihat pada gambar 27 dibawah ini. 28

+ - SAKLAR + - LAMPU A1 A2 1 2 3 KONTAKTOR 4 5 6 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 TERMOKONTROL + - - + PORT PENGHUBUNG + - TERMOCOUPLE + - HOME - + HEATER Gambar 27. Rangkaian Piranti Kontrol Suhu. 4.2.4. Engkol Engkol diperlukan untuk memutarkan silinder panas ketika proses pemisahan. Fungsinya yang digunakan untuk untuk memutakan silinder panas, dalam perakitannya engkol akan dirangkaikan pada poros ass silinder panas. Bahan yang digunakan pada komponen engkol mengikuti bahan poros ass yakni besi ass satu inchi. Dimensi perancangan engkol dapat dilihat pada lampiran 6. 4.2.5. Pemisah Plastik dari Silinder Panas (Scrubber) Scrubber berfungsi untuk mengangkat bahan plastik yang terekatkan pada permukaan silinder setelah proses pemisahan. Dalam perancangannya bahan yang digunakan adalah besi siku yang ditambahkan dengan sebuah pelat besi yang telah dilapisi lembaran teflon. Jarak antar besi siku dan permukaan silinder dapat diatur agar proses pengangkatan bahan plastik pada silinder dapat dilakukan dengan baik dengan penyesuaian jarak tersebut. Penambahan lembaran teflon pada pelat besi dalam scrubber ini, agar proses pemisahan dapat dilakukan lebih baik. Sifatnya yang elastis, dapat berfungsi sebagai sapu terhadap permukaan silinder yang telah terekatkan oleh plastik. 29

4.2.6. Media Penampung Akhir Media penampung akhir adalah komponen yang berfungsi untuk menampung bahan plastik dan bahan organik setelah proses pemisahan. Pada model pemisah ini, media penampung terdiri dari dua buah wadah yang terpisahkan. Peletakan media penampung ini, diletakan pada bagian bawah dari silinder panas tersebut. Media penampung untuk bahan organik diletakkan pada bagian awal dari putaran silinder. Media penampung bahan plastik diletakkan pada setengah bagian sisi lain dari silinder. 4.3. Analisis Teknik Perhitungan/analisis teknik dalam proses rancang bangun merupakan perhitungan terhadap penggunaan bahan yang baik digunakan, dan juga komponen penting yang diperlukan pada proses rancang bangun itu sendiri. Dalam penelitian ini, analisis teknik diperlukan sebagai pengukuran kebutuhan tenaga yang diperlukan dalam proses dan juga ukuran bahan yang diperlukan pada kompen terpenting yakni batang poros ass. Poros ass pada silinder yang berfungsi menopang beban dari silinder dan beban proses memerlukan perhitungan dengan baik pada penentuan bahannya agar tidak menimbulkan masalah ketika proses pemisahannya. Hasil dari perhitungan analisis teknik digunakan sebagai pertimbangan perlu tidaknya penggunaan motor listrik dalam penggunaan alat dan juga ukuran poros yang sesuai. Perhitungan mengenai kebutuhan dan jenis bahan lain tidak dilakukan dikarenakan bahan disesuaikan dengan ketersedian bahan dan fungsional alat dalam proses pabrikasi. Diketahui : a. Rpm : 30 rpm (putaran konstan) b. Berat heater : 3.6 Kg c. Kemampuan hopper : 0.5 Kg (assumsi awal) d. Persamaan Konfersi : P (m) x 0.0785 x L (mm) x T (cm) e. Berat pelat silinder : 1 m x 0.0785 x 365 mm x 0.2 cm = 5.73 Kg f. Beban tutup siinder : π x 0.159 m x 159 mm x 0.0785 x 0.5 cm : 3. 123 Kg. g. Beban total poros : 3. 123+5.73+3.6 = 12.95 Kg 13 Kg Perhitungan : a. Kecepatan Silinder (v) : 2 x π x R x N : 2 x π x0.159 m x 1 rps : 0.499m/s 0.5m/s 30

b. Daya yang dibutuhkan (P) : F x v : (13 Kg x 9.8 N/Kg) N x 0.5m/s : 63.7 watt = 0.0637 Kw = 0.085 Hp (Alasan mengapa hanya menggunakan tenaga manusia). c. Faktor koreksi (Fc) : 1.5 (Karena menggunakan daya yang dibutuhkan dan perkiraan adanya pembebanan akibat faktor gesekan yang ada pada alat). d. Daya rencana (Pd) : P x Fc : 0.0637 Kw x1.5 = 0.0955 Kw = 0.128 Hp e. Momen putir rencana (T) : : : 3100.57 Kg.mm 3101 Kg.mm f. Assumsi bahan poros : S35C : σb = 52 (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, hal 3). : F1 = 6 (Dipilih karena bahan S-C). : SF2 = 1.5 (Karena bahan tidak halus dan tidak ada faktor bertangga). g. Tegangan Geser (τa) : σb / (SF1 x SF2 ). : τa = 52 / (6 x 1.5) = 5.78 Kg/mm2. h. Assumsi (Kt) : 1.5 (faktor kejutan/ tumbukan). i. Assumsi (Cb) : 1 (Tidak adanya faktur lenturan). j. Diameter Poros (ds) : : = 6.01 mm : Diameter yang digunakan 25.4 mm = 1 inchi k. Assumsi Bantalan : 50 mm l. Assumsi Alur Pasak : 5 x 3 x 0.25 (fillet = C) m. Jari-jari fillet : (50-25.4)/2 = 1.96 mm Faktor Koreksi: a. Nilai (α) : 0.25 / 25.4 = 0.0098 : α = 3.15 (Grafik faktor konsentrasi tegangan α, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, hal 9). 31

b. Nilai (β) : 1.96 / 25.4 = 0.0077 : 50 / 25.4 = 1.9 : β = 3.15 (Grafik faktor konsentrasi tegangan β, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, hal 11). : α > β c. Tegangan Geser (τ) : 5.1 T / ds1/3 : 5.1 x 3101 / 25.41/3 : 0.965 Kg / mm2 d. τa x (SF2/ α atau β)..(1) : 5.78 Kg / mm2 x ( 1.5/ 3.15) = 2.752 Kg / mm2 e. τ x Cb x Kt (2) : 0.965 x 1 x 1.5 = 1.4475 Kg / mm2 Analisis Bahan Mencukupi Karena (1) > (2) Kesimpulan : a. Bahan Poros : Besi Baja SC35. b. Diameter Poros : 25.4 mm = 1 inchi. c. Diameter Bantalan : 50 mm. d. Sumber Tenaga : Manusia. 32