PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS 1) Oleh Muji Desy Susanty 2), Pargito 3), Darsono 4)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. mengembangkan produk pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan.

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION DAN MAKE A MATCH. (Artikel Skripsi) Oleh. Muji Aprilia Fitriani

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

PENGARUH MODEL MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI 1) Oleh

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD

ANALISIS KOMPARATIF PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR 1) Oleh

MODEL CONNECTED DALAM PEMBELAJARAN IPS BERKARAKTER 1) Oleh. Ignatius Sulistyo 2), Darsono 3), Pujiati 4)

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA IPS TEMATIK LINGKUNGAN HIDUP DI SMP 1) Oleh

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI DENGAN PEMBELAJARAN TPS DAN TS KELAS X SMAN 15 BANDARLAMPUNG (J U R N A L) Oleh TIURMA LAERIS RULLITA.

PERBANDINGAN MORALITAS SISWA MODEL VCT DAN STAD MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP PELAJARAN IPS 1) Oleh

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU MELALUI MEDIA PIE CHART UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR 1)

Ismawati, Maria Erna, dan Miharty Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MENGGUNAKAN ADOBE FLASH CS3 PADA MATA PELAJARAN IPS MATERI KEADAAN ALAM DI INDONESIA KELAS VII

PENGARUH APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TPS, NHT, DAN KONVENSIONAL TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA 1

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI. Desi Ilva Maryani 1), Pargito 2), Irma Lusi 3)

Cooperative Learning Model Group Investigation And Learning Together Type, Students Achievement, Ecosystem.

Ellan 1, Hobri 2, Nurcholif 3

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALLING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MALANG

Rizka Nelia Soviana, Rini dan Erviyenni Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau

III. METODE PENGEMBANGAN. Bab ini akan dibahas mengenai metode pengembangan, diuraikan beberapa subbab,

MODEL KOOPERATIF STAD BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA ARTIKEL. Oleh

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL CS DAN MM

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO DRAMA BERBASIS AUDIO VISUAL PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU 1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI 1) Oleh

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR IPS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian dan

PENGEMBANGAN TAI DAN TIPE MAKING CORECTION MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL 1) Oleh

*

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

Kata kunci: media picture in the box, pembelajaran ips, pengembangan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai diskusi dalam Pembelajaran Fisika Kelas VII di SMP

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PBL DAN TPS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

PERBEDAAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII MENGGUNAKAN METODE TEAM QUIZ DAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) DI SMP N 4 WATES JURNAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

Journal of Mechanical Engineering Learning

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung)

Indonesian Journal of History Education

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. perbedaan pada siswa-siswanya. Siswa yang pandai akan terhambat kemajuannya

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan paparan hasil

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SUPLEMEN PEMBELAJARAN SUB SUB MATERI TIPE TIPE GUNUNG BERAPI UNTUK SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ABSTRAK

ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SAINS FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TAMBANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DAN TGT

PENGEMBANGAN MEDIA CHART BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN IPS¹. Oleh

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 2 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER DENGAN COOPERATIVE LEARNING

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BEACH BALL GROUP INVESTIGATIONS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL 1) Oleh

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP

Keywords: Kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar, Menerapkan Material Finishing Bangunan

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 16 KERINCI

EFFECT OF THE USE OF LEARNING MODEL COOPERATIVE TYPE Numbered Heads Together RESULTS OF LEARNING IPS VII CLASS STUDENTS AT SMP 7 DISTRICT TEBO

MEDIA PEMBELAJARAN SURAT KABAR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI 1. Oleh

Anisa Nabilasari, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA : E-Journal Universitas Negeri Yogyakarta

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization terhadap Minat Belajar Biologi Siswa pada Materi Pteridophyta di SMAN 39 Jakarta

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Meli Andani (1), Cut Nurmaliah (2), Safrida (3) Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Syiah Kuala

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN BROKEN POSTER PADA MATERI KONEKTIVITAS ANTAR PULAU DI INDONESIA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI NGEMPLAK

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DISERTAI MEDIA CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

Seminar Nasional PGSD UNIKAMA Vol. 1, Desember 2017

Keywords: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Learning Outcomes

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMA KEGEMARAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN

Menggunakan Teknik Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V di SDN 1 Sindanglaya.

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS 1) Oleh Muji Desy Susanty 2), Pargito 3), Darsono 4) This study aims to determine the effectiveness of cooperative learning model type learning together and to produce a development product of social studies learning plan. The research was conducted through several stages those are analysis of requirements, planning and initial product development, expert validation, revision of the product, limited test, final models and reporting. The research was developed in a way that compares the experimental model of learning with conventional learning and learning together type. The results showed that learning together type is effective to use, it is seen from the difference in value between the pretest and posttest of control class and the experimental class. Effectiveness of the test score is 1.7 or greater than 4 indicates that the model of learning together more effective than conventional learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe learning together dan menghasilkan produk pengembangan berupa perangkat pembelajaran IPS. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu analisis kebutuhan, perencanaan dan pengembangan produk awal, validasi ahli, revisi produk, uji terbatas, model jadi dan pelaporan. Penelitian dikembangkan dengan cara eksperimen yakni membandingkan pembelajaran dengan model learning together dan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran learning together efektif digunakan, hal ini dilihat dari perbedaan nilai pretest dan posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari pengujian efektivitas didapatkan nilai 1,7 atau lebih besar dari 4 menunjukkan bahwa model learning together lebih efektif digunakan daripada pembelajaran konvensional. Kata kunci: learning together, model pembelajaran kooperatif, pembelajaran IPS 1. Tesis Pascasarjana Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Muji Desy Susanty: Mahasiswa Pascasarjana Program Syudi Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung, Jl. Sumantri Brojonegoro No. 111, Gedung Meneng, Bandar Lampung. (Email: deacy_rd03@yahoo.com) 3. Dosen Pascasarjana Program Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung, Jl. Sumantri Brojonegoro No. 111, Gedung Meneng, Bandar Lampung,35145, Tel. (0721) 704624, Faks. (0721) 704624. 4. Dosen Pascasarjana Program Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung, Jl. Sumantri Brojonegoro No. 111, Gedung Meneng, Bandar Lampung,35145, Tel. (0721) 704624, Faks. (0721) 704624.

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Pasal 37 Undang-undang RI No 20 tahun 2003 menegaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu Pengetahuan Sosial, yang dalam penjelasannya disebutkan bahwa bahan kajian Ilmu Pengetahuan Sosial, antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Dari dasar pemikiran tersebut sangat nyata bahwa ilmu sosial sangat besar perannya dalam membentuk watak bangsa. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid, yaitu adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Hasil pengamatan penulis terhadap proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Bukitkemuning menunjukkan bahwa 3 guru mata pelajaran IPS masih menggunakan metode konvensional atau berceramah, terkadang mereka hanya menggunakan LKS dalam kegiatan pembelajaran. Tidak hanya itu, hampir semua guru di SMP Negeri 2 Bukitkemuning belum mampu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sendiri, mereka hanya men-download dari internet. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi tatap muka, interdependensi positif, tanggung jawab individual, kemampuankemampuan interpersonal, dan kelompok kecil, (Robert E.Slavin, 2008: 48-56).

Pada ciri interdependensi positif siswa ditekankan bagaimana dapat mencapai tujuan kelompok. Tujuan kelompok dapat tercapai apabila terdapat kerja sama dan komunikasi yang baik antar siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah yang akan dirumuskan pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana mengembangkan model Learning Together dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukitkemuning kelas VIII, (2) Bagaimana efektivitas model Learning Together dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukitkemuning kelas VIII. KAJIAN PUSTAKA Model pembelajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan (Joyce, 2009: 30). Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Chauhan (1979:20) dalam Wahab (2007: 52) bahwa model pembelajaran adalah sebuah perencanaan pengajaran, menggambarkan proses yang ditempuh dalam pembelajaran agar dicapai perubahan spesifik pada prilaku siswa. Menurut Herpratiwi (2009:2), model pembelajaran merupakan rangkaian utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Sedangkan menurut Soekamto dalam Trianto (2009: 74) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran learning together dikembangkan oleh peneliti merupakan langkah-langkah pembelajaran di kelas dari awal hingga akhir pertemuan, disajikan berdasarkan tujuan pembelajaran dan disesuaikan kebutuhan dan karakter siswa.

Seorang guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Setiap guru juga harus mampu beradaptasi terhadap perkembangan teknologi sehingga pembelajaran dapat mengikuti perkembangan jaman, dan tidak terkesan kuno. Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Learning Together (belajar bersama) merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dengan kelompok heterogen beranggota empat atau lima orang dalam menangani suatu tugas (Suyatno, 2009:105). Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran kooperatif. Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Dalam Pargito (2010: 73) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi

sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan (Research and Development) adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan produk pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan produk kita tidak bermaksud hanya pada buku teks, intruksional film dan software computer tetapi juga metode seperti metode mengajar dan program pendidikan atau program pengembangan staf. (Pargito, 2010:343). Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran ADDIE (Analysis Design Develop Implement Evaluate) yang dipadukan menurut langkah-langkah penelitian pengembangan yang direkomendasikan oleh Borg dan Gall dengan dasar pertimbangan bahwa model tersebut cocok untuk mengembangkan produk model instruksional/pembelajaran yang tepat sasaran, efektif dan dinamis, dan sangat membantu dalam pengembangan pembelajaran bagi guru. Menurut Borg and Gall (dalam Pargito, 2010:50) prosedur penelitian pengembangan meliputi 10 langkah yang kemudian disederhanakan menjadi 5 langkah utama sebagai berikut: 1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, 2) mengembangkan produk awal, 3) validasi ahli dan revisi, 4) uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk, 5) uji coba lapangan skala besar dan produk akhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembuatan produk model pembelajaran Learning Together peneliti melakukan beberapa tahapan yaitu: 1) membuat analisis kebutuhan, 2) perencanaan atau pengembangan produk awal, 3) validasi ahli atau reviu ahli, 4) revisi produk, 5) uji terbatas, dan 6) model jadi dan pelaporan.

Sesuai langkah-langkah penelitian dalam metode penelitian, telah dilakukan penelitian pendahuluan yang telah dijabarkan dalam latar belakang masalah. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan mengadakan observasi awal dan analisis kurikulum. Observasi awal dilakukan dengan cara melihat kegiatan pembelajaran, yaitu observasi untuk mengamati kegiatan siswa dan guru. Tidak hanya itu saja tetapi terhadap perangkat pembelajaran, model pembelajaran, bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran IPS. Selain itu juga data hasil belajar IPS pada tahun sebelumnya. Hasil pengamatan pada tahap ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk mengembangkan produk berupa model pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama dan komunikasi yang baik antar siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini juga diharapkan dapat siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga meningkatkan hasil belajar IPS. Analisis kurikulum bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan instruksional. Untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian harus berlandaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dipaparkan, peneliti mengembangkan desain model pembelajaran yang dapat menjadi salah satu pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran Learning Together dapat meningkatkan komunikasi antar siswa, kerja sama, dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada umumnya setiap siswa memiliki karakter dan kompetensi yang berbeda. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan setiap siswa dapat berinteraksi dengan kelompoknya dalam hal meningkatkan komunikasi dan kerjasama antar anggota kelompok. Masing-masing kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan soal. Dalam pembelajaran ini juga diharapkan setiap anggota kelompok mampu mengemukakan pendapatnya dalam berdiskusi memecahkan masalah. Agar terlaksana secara efektif dan efisien, proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diamati. Perencanaan itu meliputi

penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisi identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar. Silabus merupakan acuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. RPP disusun untuk mengarahkan siswa mencapai indikator pencapaian dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru diwajibkan untuk menyusun silabus dan RPP yang lengkap dan sistematis agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan interaktif, sehingga dapat memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran Learning Together menekankan pada upaya agar siswa dapat menguasai materi selama diskusi kelompok, meningkatkan kerja sama dan komunikasi dalam kelompoknya. Dengan demikian setiap siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena di dalam diskusi kelompok setiap siswa dapat berpartisipasi dengan cara mengeluarkan pendapat dalam setiap pertanyaan. Hasil penelitian awal diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya menggunakan buku paket yang telah disediakan di perpustakaan sekolah, sehingga sulit untuk mengembangkan materi ajar. Dengan demikian peneliti mengganggap perlunya penyusunan bahan ajar, agar para siswa lebih banyak mendapatkan informasi tentang materi ajar. Validasi merupakan evaluasi terhadap produk awal untuk melihat kesesuaian materi dengan SK, KD, dan indikator model pembelajaran Learning Together yang mencakup aspek fokus, sintaks, sistem sosial dan sistem pendukung. Penilaian ahli materi menunjukkan kesesuaian materi dengan bidang ilmu, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sudah sesuai. Hasil evaluasi oleh ahli materi secara umum sesuai sehingga layak untuk uji coba lapangan dengan revisi penulisan dan isi. Penilaian ahli desain pembelajaran mengenai fokus dan sintaks model pembelajaran Learning Together secara umum sesuai. Variabel sistem sosial dinilai baik dan layak uji coba lapangan tanpa perlu direvisi. Berdasarkan hasil evaluasi atau penilaian serta saran dari ahli materi dan

desain model pembelajaran maka peneliti melakukan revisi produk. Revisi yang dilakukan untuk aspek materi ajar IPS. Revisinya adalah membenarkan sistematika penulisan menyesuaikan dengan tata tulis karya ilmiah, dan menambahkan isi dari bahan ajar. Hasil penilaian guru IPS secara umum di setiap variable dinilai sesuai. Penilaian terhadap model pembelajaran Learning Together ini baik dan layak dilakukan uji coba tingkat kelas tanpa harus direvisi. Sebelum diberikan model pembelajaran yang berbeda, baik pada kelas eksperimen maupun kelas pembanding, terlebih dahulu diberikan tes kemampuan awal (pre-test) dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pada kedua kelas tersebut. Setelah diketahui kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama, kemudian diberikan model pembelajaran yang berbeda, di kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran learning together dan di kelas pembanding menggunakan model pembelajaran konvensional. Setelah diberikan model pembelajaran yang berbeda kemudian kelas tersebut diberi tes kemampuan akhir (post-test). Untuk mencari keefektifan model pembelajaran yang telah digunakan untuk mata pelajaran IPS, maka menggunakan rumus efektivitas.kriteria yang digunakan untuk menyatakan pembelajaran mana yang lebih efektif antara Learning Together dan Konvensional adalah; (1) Apabila efektivitas > 1 maka terdapat perbedaan efektivitas di mana pembelajaran Learning Together dinyatakan lebih efektif daripada pembelajaran konvensional; (2) Apabila efektivitas = 1 maka tidak terdapat perbedaan efektivitas antara pembelajaran Learning Together dan pembelajaran konvensional; apabila efektivitas < 1 maka terdapat perbedaan efektivitas di mana pembelajaran konvensional dinyatakan lebih efektif daripada pembelajaran Learning Together. Dari hasil penghitungan diketahui bahwa efektivitasnya adalah 1,67 atau lebih besar dari 1, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning together lebih efektif daripada pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil pengujian t-test juga didapat nilai t hitung > t tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efektivitas di mana pembelajaran learning together lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional.

Dari hasil angket di atas secara umum siswa menyatakan setuju terhadap model pembelajaran learning together. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi belajar, menumbuhkan rasa percaya diri, keberanian mengeluarkan pendapat, dan sesuai dengan karakter siswa. Produk yang dihasilkan adalah sistem model pembelajaran yang diberikan suatu desain dengan mengembangkan pembelajaran IPS Model Learning Together, dan penujang proses pembelajaarn juga diberikan kepada peserta didik berupa bahan ajar yang mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator yang berdasarkan Standar Isi dan Standar Proses. Dilihat dari aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, melalui model pembelajaran learning together ini ternyata dapat meningkatkan kerja sama antar siswa dalam kelompok, dan meningkatkan keberanian dalam mengeluarkan pendapat. Hal ini terlihat saat mereka mulai berdiskusi dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas. Model pembelajaran learning together hasil penelitian pengembangan ini memiliki beberapa keunggulan yaitu: 1) langkah-langkah atau tahapan dalam pembelajaran learning together dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar, 2) langkah-langkah atau tahapan model pembelajaran learning together dapat meningkatkan kemampuan dan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat, 3) langkah-langkah atau tahapan dalam pembelajaran learning together dapat meningkatkan kerja sama antar siswa dalam kelompok, 4) langkah-langkah atau tahapan dalam pembelajaran learning together dapat meningkatkan komunikasi antar anggota kelompok, 5) model pembelajaran learning together mudah diterapkan oleh guru mengikuti langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang telah digambarkan di bab dua. Keterbatasan penelitian pengembangan ini adalah pada tahap uji coba lapangan yang hanya dilakukan pada SMP Negeri 2 Bukitkemuning saja. Demikian juga penilaian guru dan siswa hanya mengambil pendapat guru dan siswa yang ada di sekolah tersebut. Penelitian ini akan lebih efektif dan representatif jika dilakukan pada sampel yang lebih besar. Dalam penelitian ini juga menemukan kendala yaitu kurang tersedianya sarana belajar yang memadai, namun demi terciptanya suasana belajar yang efektif dan menyenangkan peneliti

berusaha semaksimal mungkin untuk membuat bahan ajar yang mudah dibaca dan dipahami oleh siswa. SIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan paparan hasil yang diperoleh pada penelitian pengembangan model pembelajaran learning together, dapat disimpulkan sebagai berikut; produk model pembelajaran learning together hasil pengembangan layak digunakan dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukitkemuning. Hal ini diketahui dari hasil evaluasi ahli materi pembelajaran IPS, ahli desain model pembelajaran, penilaian guru, dan penilaian siswa; model pembelajaran learning together efektif digunakan dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukitkemuning. Hal ini diketahui dari peningkatan hasil evaluasi pada tahap posttest.

DAFTAR RUJUKAN Herpratiwi, 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Joyce, Bruce. Marsha Weil dan Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pargito, 2010. IPS Terpadu. Jurusan Pendidikan IPS Universitas Lampung: Aura. Pargito, 2009. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan. Jurusan Pendidikan IPS Universitas Lampung: Aura. Slavin, 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Trianto, 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wahab, Abdul Aziz. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.