POTENSI PARIWISATA DALAM PERSPEKTIF ENTREPRENEURIAL GOVERTNMENT SYARIFAH MAIHANI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA DALAM PERSPEKTIF REINVENTING GOVERNMENT (Studi di Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan)

Profil Kabupaten Bireuen

Profil Kabupaten Bireuen

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DAERAH

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

Terwujudnya Lamongan Lebih Sejahtera dan Berdaya Saing

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dari berbagai uraian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Ada pun penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pertama,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pembangunan Kota (RKPK) Banda Aceh Tahun 2011 I - 1

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik kepada seluruh pelaku pariwisata dan pendukungnya. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Tegal merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi

Bab i PENDAHULUAN. Tingkat II yaitu Kabupaten dan Kota dimulai dengan adanya penyerahan

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III VISI, DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

Perencanaan Stratejik, Pertemuan ke 4

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

1. Bab I Pendahuluan Latar belakang

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. langsungnya adalah bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat yang secara

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

Membangun WIRAUSAHA BIROKRASI Meningkatkan DAYA SAING DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Transkripsi:

POTENSI PARIWISATA DALAM PERSPEKTIF ENTREPRENEURIAL GOVERTNMENT SYARIFAH MAIHANI Dosen Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Fisipol, Universitas Al-Muslim, Bireuen Cutajja@150@gmail.com Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 201564 ABSTRAK Pengembangan Potensi Pariwisata dalam Perspektif Reinventing Government. Pariwisata Kabupaten Bireuen mengalami kemajuan signifikan dalam satu dekade terakhir, terutama dalam rangka menyongsong Visit Bireuen Year 2018 Kabupaten Bireuen.Fenomena di sektor pariwisata ini menarik untuk dikaji dalam perspektif entrepreneurial government. Gagasan utama dari konsep ini adalah bagaimana cara mewirausahakan birokrasi agar sektor publik dapat menjalankan roda organisasinya lebih kompetitif serta efektif dan efisien melalui 10 prinsip entrepreneurial government. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif metode eksploratori dengan lokus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen. Berdasarkan dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa kesesuaian antara implementasi perspektif Entrepreneurial Government terhadap kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen adalah mencapai tingkat kesesuaian 80%. Tingkat ini diperoleh dari hasil asumsi hitung 10 prinsip yang terdapat dalam Entrepreneurial Government, Disbudpar Kabupaten Bireuen memenuhi 8 prinsip, sedangkan dua prinsip yang lainnya kurang memenuhi. Kata Kunci: Pengembangan, Potensi Pariwisata, Entrepreneurial Government PENDAHULUAN Bireuen adalah salah satu kabupaten yang terdapat di dalam Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang terbentuk pada tahun 2001 dari permekaran kabupaten Aceh Utara.Dengan Luas wilayah 1.901, 21 Km2, dengan jumlah Desa sebanyak 552 Desa, yang terbagi kedalam 17 Kecamatan.Jumlah Penduduk pada tahun 2007 sebanyak 400.024 Jiwa (sumber, Bireuen dalam angka 2014). Adapun kondisi Geografis dan demografi kabupaten Bireuen berbatasan dengan Sebelah utara berbatasan dengan: Selat Malaka. Sebelah selatan berbatasan dengan: Kabupaten Bener Meriah. Sebelah barat berbatasan dengan: Kabupaten Pidie. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara.Sektor yang menjadi andalan dikabupaten Bireuen adalah Sektor Pertanian, Perikanan, pariwisata, Perdagangan dan Industri. Dalam rangka menyongsong Visit Bireuen Year 2018 Kabupaten Bireuen memiliki sejumlah potensi wisata terutama wisata sejarah dan lokasi wisata lainnya yang sangat potensial untuk dikembangkan dengan baik. Disamping itu Kabupaten Bireuen merupakan wilayah yang memiliki potensi objek wisata alam dan budaya dan telah mendapatkan perhatian wisatawan lokal dan nasional yang ditunjang oleh beberapa faktor antara lain: a) keadaan topografis; b) keadaan georafis; c) keadaan sosial budaya; d) iklim, fauna dan kekayaan alam. Potensi yang tersedia itu dapat terus dikembangkan melalui berbagai program pemerintah untuk pengembangan pariwisata. Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.pengembangan kawasan wisata harus merupakan pengembangan yang terencana secara menyeluruh sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat.

Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal,nasional, dan global. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, Dari berbagai sektor andalan yang ada dikabupaten Bireuen salah satunya yaitu objek wisata yang terdapat diberbagai tempat diantaranya:krueng Simpo, Krueng Batee Iliek, Pantai Kuala Jangka, Pantai Krueng Juli dan Pantai Ujong Blang, Pantai Peuneulet Baroh, Pantai Calok, Pantai Ulee Kareung, PPI Peudada,Pantai Kuala Raja, Cot Panglima, Paya Blang Rheum, Paya Nie, Rumoeh Tgk Di Awe Geutah, Makam Syuhada 8 dan Waduk Paya Laot. Fokus permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah pengembangan potensi pariwisata di Dinas Ke-budayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen sesuai dengan prinsip reinveting government; 2) Bagaimanakah faktor pendorong dan penghambat pengembangan potensi pariwisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini selanjutnya akan menggunakan jenis penelitian kualitatif metode eksploratori. Penelitian eksploratori atau entrepreneurial research dalam istilah lama disebut penelitian eksploratif, merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian. Penelitian yang bertujuan menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya menetapkan masalah dan merumuskan hipotesis Kotler. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.teknik pengumpulan data dengan wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Lokasi penelitian ini di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen. HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi 10 prinsip dalam perspektif Entrepreneurial Government di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen. Entrepreneurial Government merupakan prinsip mewirausahakan birokrasi.dalam prinsip ini tergantung 10 prinsip yang menjadi acuan. Secara umum konsep ini digambarkan sebagai usaha organisasi kepemerintahan yang mengadopsi prinsip bisnis dalam mencapai kinerja layanan. Adapun dari hasil penelitian di lapangan ditemukan data dan fakta terkait implementasi entrepreneurial government di Disbudpar Kabupaten Bireuen sebagai berikut: a. Pemerintahan Katalis Dalam prinsip ini, Disbudpar Kabupaten Bireuen sudah memiliki kebijakan strategis maupun rencana kegiatan yang ter-susun selima lima tahun yang tertuang dalam renstra. Dalam rencana kegiatan itu, sudah terdapat target selama lima tahun, mengupayakan agar menjadi model pengembangan destinasi pariwisata syariah bagi daerah Aceh kususnya dan daerah lain di Indonesia umumnya realisasi program dan juga rincian dana untuk melakukan suatu program serta kegiatan. Oleh karena itu dalam prinsip pemerintah katalis, Disbudpar sudah menggunakan tugas dan fungsinya untuk membuat kebijakan strategis dengan baik. b. Pemerintahan Milik Masyarakat Dalam prinsip ini, Disbudpar Kabupaten Bireuen mempunyai program yang disebut dengan Kelompok Sadar Wisata (KSW). KSW ini yang diharapkan memiliki kontribusi dan aspirasi untuk Disbudpar Kabupaten Bireuen dalam menyusun program ke depan. Masyarakat berusaha dilibatkan dalam penyusunan langkah dan kebijakan yang aan dilaksanakan. Oleh karena itu, Disbudpar Kabupaten Bireuen sudah mengusahakan keperinatahannya bersama masyarakat dengan cukup baik melalui program yang sudah dicanangkannya c. Pemerintahan Kompetitif Dalam prinsip pemerintahan yang kompetitif, adalah bagaimana Disbudpar Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 201565

Kabupaten Bireuen mampu berdaya saing dengan pemerintah daerah yang lain untuk pengembangan pariwisata. Hal itu terbukti dengan kunjungan pariwisata Kabupaten Bireuen yang secara kuantitas. d. Pemerintahan digerakkan Misi Disbudpar Kabupaten Bireuen memiliki visi dan misi yang jelas untuk menentukan arah kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Bireuen.Misi tersebut memiliki orientasi jangka panjang, menegah, maupun jangka pendek yang cukup terarah.visi misi tersebuat tertuang dalam rencana strategis Kabupaten Lamongan.Oleh karena itu, Disbudpar Kabupaten Bireuen telah memenuhi prinsip yang dinamakan pemerin-tahan digerakkan oleh misi. e. Pemerintahan Berorientasi Hasil Pada prinsip ini, Disbudpar Kabupaten Bireuen berusaha mentukan kebijakan strategis dan melakukan program serta kegiatan yang berlandaskan atas apaoutcome yang akan diterima. Hal itu terbukti dengan Disbudpar Kabupaten Bireuen yang menerima penghargaan atas jasanya mengelola pariwisata dengan baik. Oleh karena itu, pada prinsip ini, Disbudpar Kabupaten Bireuen telah melakukan proses dan menghasilkan kemanfaatan dengan baik. f. Pemerintahan Berorientasi Pelanggan Prinsip pemerintahan berorientasi pada pelanggan ini fokus utamanya adalah kepuasan pengunjung.dalam hal kepuasan pada pengunjung, Disbudpar Kabupaten Bireuen berupaya untuk melakukan program dan perbaikan sarana prasaran di beberapa objek wisata.oleh karena itu dalam prinsip ini Disbudpar Kabupaten Bireuen sudah berupaya dan dijalankan dengan baik. g. Pemerintahan Wirausaha Pada dasarnya, prinsip ini adalah bagaimana Disbudpar Kabupaten Bireuen mendapatkan keuntungan atau profit dari kebijakan dan program yang sudah dijalankan. Disbudpar Kabupaten Bireuen melakukan sebuah upaya lima tahun terakhir ini mela-kukan program pengembangan pariwisata yang diharapkan memberikan keuntungan bagi pendapatan asli daerah (PAD). Sehingga, dalam prinsip ini Disbudpar Kabupaten Bireuen telah melakukan kinerja yang cukup baik karena memiliki kontribusi yang signifikan bagi PAD Kabupaten Bireuen. h. Pemerintahan Antisipatif Fokus utama dalam prinsip ini adalah bagaiamana kebijakan strategis Disbudpar Kabupaten Bireuen untuk mengatasi hambatan yang akan datang di masa depan. Untuk pengelolaan hambatan pengembangan pariwisata ini, Disbudpar Kabupaten Bireuen sudah memiliki dokumen perencanaan dan penanganan pada hambatan yang sudah dianalisis yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, Disbud-par Kabupaten Bireuen sudah menjalankan prinsip ini dengan cukup baik. i. Pemerintahan Desentralisasi Dalam prinsip ini, yang menjadi fokus perhatian adalah penyerahan atau pendistribusian tugas dan wewenang ke pada level pemerintahan yang lebih rendah. Disbudpar Kabupaten Bireuen tidak sepenuhnya memiliki kewenangan pada seluruh objek wisata di Kabupaten Bireuen untuk dikelola.kaena ada beberapa pariwisata yang pengelolaannya masih dalam naungan Pemkab dan swasta.sementara itu, Disbudpar Kabupaten Bireuen hanya menaungi wisata pantai Kuala Raja dan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Peudada.Oleh karena itu dalam prinsip ini masih belum berjalan dengan baik pada Disbudpar Kabupaten Bireuen. j. Pemerintahan Berorientasi pada Pasar Fokus perhatian dalam prinsip ini adalah usaha pemerintah untuk bekerjasama dengan pihak swasta dalam program pengembangan pariwisata di Kabupaten Bireuen.Disbudpar Kabupaten Bireuen menaungi dua pariwisata yakni pantai Kuala Raja dan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Peudada. Namun dalam proses pengembangan itu, Disbudpar Kabupaten Bireuen belum mampu melakukan kerjasama dengan pihak swasta untuk berinvestasi di objek pariwisata yang mereka naungi. Oleh karena itu dalam prinsip ini belum bisa dijalankan dengan baik oleh Disbudpar Kabupaten Bireuen. Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 201566

Faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Potensi Pariwisata pada Disbudpar Bireuen Faktor pendorong dan pengembat dalam pengembangan potensi pariwisata dihadapkan pada dua aspek, yakni faktor internal dan faktor internal. Secara umum, hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata adalah: a. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang tidak didukung dengan sumber daya manusia yang ada di Disbudpar Kabupaten Bireuen. b. Rendahnya kesadaran masyarakat akan respon wisata sehingga aksebilitas wisata sangat terlambat. c. Sarana Prasarana serta wahana sajian di beberapa objek wisata khususnya masih sangat terbatas (belum memenuhi kebutuhan konsumen wisata). d. Keterbatasan anggaran sehingga menyulitkan inovasi pengembangan pariwisata sehingga intensifikasi wahana sajian pada objek wisata tidak dapat dilakukan. e. Belum adanya kerjasama Disbudpar Kabupaten Bireuen dengan pihak swasta dalam pengembangan pariwisata yang lebih passif. Strategi Pengembangan Priwisata Berbasis Ekowisata pada Disbudpar Kabupaten Bireuen Dalam penelitian ini, konsep Entrepreneurial Government menjadi tinjauan utama sejauh mana Disbudpar Kabupaten Bireuen dapat menjalankan tugas dan fungsinya di bidang kepariwisataan.entrepreneurialgovernment memiliki 10 prinsip yang berusaha melihat kinerja birokrasi dalam hal ini Disbudpar dalam memanajemen pariwisata Kabupaten Bireuen.Oleh karena itu, konsep Entrepreneurial Government ini hanya sebatas mengakaji pada dimensi pemerintahan yakni Disbudpar Kabupaten Bireuen.Sementara ekowisata adalah strategi pengembangan Pariwisata yang bersifat makro. Dalam pendekatan ekowisata salah satunya terdapat pendekatan organisasi sektor publik.mengacu pada hal tersebut maka organisasi sektor publik, Disbudpar, menjadi salah satu penunjang ekowisata yang sangat sentral. Jika organisasi sektor publik dapat menjalankan tugas dan fungsinya dalam bidang pariwisata, maka pariwisata berbasis ekowisata juga akan tercapai dengan baik. Dalam analisis peta potensi ekowisata ini, fokus utama pembahasan akan lebih fokus kepada wisata yang dikelola Disbudpar, yakni Waduk Paya Laot, Karena Waduk Paya Laot.-dang di Peudada memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ekowisata.sesuai dengan kondisi di kawasan Waduk Paya Laot.yang merupakan kombinasi daerah darat dan perairan dapat dikembangkan beberapa potensi ekowisata. Potensi ekowisata yang dapat dikembangkan di Waduk Paya Laot.-dang diantaranya: agroforest, perikanan, budaya dan edukasi. SIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian, Potensi Pengembangan Pariwisata dalam Perspektif EntrepreneurialGovernment di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen, yang menggunakan metode kualitatif eksploratori dengan analisis data menurut Miles dan Huberman, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kesesuaian antara implementasi perspektif Entrepreneurial Government terhadap kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen adalah mencapai tingkat kesesuaian 80 %. Tingkat ini diperoleh dari hasil asumsi hitung 10 prinsip yang terdapat dalam Entrepreneurial Government, Disbudpar Kabupaten Bireuen memenuhi 8 prinsip, sedangkan dua prinsip yang lainnya kurang memenuhi. Adapun penjabaran dari hasil kesimpulan tersebut adalah 8 prinsip yang sesuai yakni: a. Pemerintahan Katalis; b. Pemerintahan Milik Masyarakat; c. Pemerintahan Kompetitif; Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 201567

d. Pemerintahan digerakkan Misi; e. Pemerintahan Berorientasi Hasil; f. Pemerintahan Berorientasi Pelanggan; g. Pemerintahan Wirausaha; h. Pemerintahan Antisipatif. Sedangkan terdapat dua implementasi prinsip Entrepreneurial Government yang belum terpenuhi yakni: a. Pemerintahan Desentralisasi; b. Pemerintahan Berorientasi pada Pasar. 2. Sementara faktor pendorong dan penghambat pengembangan potensi pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen adalah sebagai berikut: a. Faktor pendorong pengembangan potensi pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen: a) Potensi alam Kabupaten Bireuen yang memilki daya tarik yakni terdiri dari pantai serta bebatuan sehingga ditetapkan sebagai kawasan daerah tujuan wisata; b) Disbudpar memiliki kebijakan strategis yang sangat baik dengan didukung oleh analisis untuk pemecahan masalah yang ada; c) Disbudpar memiliki metode strategi yang sangat komprehensif dalam pengembangan potensi pariwisata, tinggal bagaimana mengelola metode strategi tersebut; d) Program perbaikan sarana prasarana yang diselenggarakan setiap tahun oleh Disbudpar Kabupaten Bireuen; e) Daya tarik wisata Kabupaten Bireuen yang memiliki keanekaragaman dan bisa dikembangkan menjadi kawasan pusat pariwisata sehingga dapat menarik minat investor untuk berinvestasi. b. Faktor penghambat pengembangan potensi pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bireuen: a) Kemajuan Iptek dan peradaban dunia, maka nilai luhur seni budaya nasional dan daerah semakin pudar akibat pergeseran pola hidup dan cara berfikir generasi sekarang dan mendatang; b) Belum optimalnya peran serta dan partisipasi masyarakat dalam program pengembangan pariwisata di Kabupaten Bireuen; c) Belum bisa memaksimalkan peluang untuk menjalin kerjasama dengan kalangan swasta dalam pengembangan semua aspek yang berkaitan dengan budaya dan wisata; d) Keterbatasan dana di daerah guna mendukung pembangunan sarana dan prasarana penunjang objek wisata termasuk aktualisasi seni budaya e) Minimnya investasi dalam negeri dan asing terhadap pembangunan bidang wisata sehingga pengembangan pariwisata tidak maksimal. DAFTAR PUSTAKA Amirin, Tatang. (2009) Penelitian Eksploratori (Eksploratif).Diakses melalui tatangmanguny. http://wordpress.com/ [diakses pada tanggal 13 Januari 2012. Keban, Yeremias T. (2004) Enam Dimensi Strategis Admistrasi Publik, Konsep, Teori, dan Isu. Yogyakarta, Gava Media. Kurnianto, Imam Rudy. (2008) Pengembangan Ekowisata ( Ecotourism ) di Kawasan Waduk Cacaban Kabupaten Tegal. Semarang, Universitas Diponegoro. Osborn, David and Gaebler,Ted. (1996) Mewirausahakan Birokrasi: Reinventing Government, Mentransformasi Semangat Wirausaha Ke Dalam Sektor Publik. Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo. Spillane, James J. (1994) Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 201568

Prospeknya. Yogyakarta, Kanisius. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Yoeti, Oka. (1996) Pemasaran Pariwisata Terpadu. Bandung, Angkasa. Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 201569