BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Pariwisata

dokumen-dokumen yang mirip
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB I PENDAHULUAN. ini dengan mendatangi event tourism fair. Melalui acara tersebut para wisatawan

PENERAPAN STRATEGI PROMOSI PT MEDIATAMA BINAKREASI PADA EVENT INACRAFT 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. SDM yang baik atau SDA yang menguntungkan. Banyak sekali sektor pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sangat cepat, mayoritas dari populasi membutuhkan perjalanan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive,

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

STRATEGI PROMOSI EVENT INACRAFT 2015 UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN PADA PT MEDIATAMA BINAKREASI JAKARTA

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi,

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya persaingan bisnis baik di pasar nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. dengan nyata dalam memberikan konstribusinya terhadap kehidupan ekonomi, sosial

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

EVENT MANAGEMENT. Event & Bisnis Jasa EO. SUHENDRA, S.E., M.Ikom. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi.

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. konvensi diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan pertemuan asosiasi,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantukan pendapatan dari sektor perdagangan dan jasa, terutama di bidang

ARTIKEL PUBLIKASI CONVENTION CENTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan tercepat dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan tentang Strategi Promosi Dinas Pariwisata Dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

Bab VI. Penutup. Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya:

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin berkembang seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pariwisata tak terlepas dari industri yang berperan penting

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB II URAIAN TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB II Manusia, Aktifitas dan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia ada dimuka bumi ini mereka tidak terlepas dari aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti banyak, berkali-kali, dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti

EVENT ORGANIZER. b. Mempunyai Spesifikasi

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Ilmu Pariwisata dan Wisatawan

Interview Guide. A. Alif Faozi (Ketua Kelompok Sadar Wisata Dieng Pandwa)

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Wisata, feature, Pengarah Acara, Yogyakarta, Indonesia. xii + 63 halaman; + 9 tabel; + 8 gambar; Daftar acuan : 18 ( )

BAB I PENDAHULUAN. menyusun strategi untuk menarik hati para pelanggan mereka (Budi, 2013: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta semakin banyak dan berkembang pesat guna menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan usaha kepariwisataan seperti hotel, restoran, toko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

BAB 2 TUJUAN DAN KONSEP EVENT. itu sendiri (Suseno, 2009: 59). Judul atau tema ini dapat menjadi kekuatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN BAHJAH TOUR AND TRAVEL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Oleh : Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pariwisata Pengembangan sektor pariwisata ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan serta dapat memberikan manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.dengan mengembangkan sektor pariwisata ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pemerintah terutama dari segi pembiayaan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah. Pengertian pariwisata yang lebih luas dapat dilihat dari beberapa definisi yang dipaparkan oleh para ahli, diantaranya: Menurut Wahab (dalam Yoeti 2002, hal 8) pengertian pariwisata adalah: Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang untuk sementara waktu dalam mencapai suatu kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami dimana ia peroleh tanpa bekerja tetap. Definisi pariwisata menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berbisnis ataupun melakukan pekerjaan dan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam.

2.2 Jenis-Jenis Wisata Banyak jenis wisata yang dapat dikelompokkan menurut waktu, cara penyelenggaraan dan menurut tujuannya. Menurut Pendit (2006), pengelompokkan jenis wisata menurut tujuannya adalah: 1. Wisata budaya, yaitu wisata yang dilakukan oleh seseorang atau lebih ke suatu tempat dengan tujuan untuk menambah pengetahuan mengenai kondisi masyarakat, cara hidup, adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan, dan kesenian yang ada di tempat itu. 2. Wisata kesehatan, yaitu wisata yang dilakukan oleh seseorang ke suatu tempat dengan tujuan untuk beristirahat, dalam arti untuk kesembuhan jasmani dan rohani di tempat tersebut. 3. Wisata olahraga, yaitu perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk berolahraga atau turut serta dalam pesta olahraga di tempat atau di negara lain. Misalnya ikut serta dalam kegiatan olimpiade atau Sea Games. 4. Wisata komersial, yaitu perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan mengunjungi pameran-pameran atau pekan raya yang bersifat komersil. 5. Wisata industri, yaitu perjalanan wisata yang dilakukan oleh rombongan seperti rombongan pelajar, mahasiswa, atau orang-orang awam ke daerah perindustrian dengan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian. 6. Wisata politik, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk mengunjungi atau turut serta dalam kegiatan politik. 7. Wisata konvensi, yaitu perjalanan wisata yang dilakukan bersamaan dengan suatu acara rapat, seminar, pameran, dan pertemuan. 8. Wisata sosial, yaitu perjalanan murah yang dilakukan oleh golongan masyarakat dengan kategori ekonomi lemah.

9. Wisata pertanian, yaitu wisata yang objeknya berupa daerah pertanian atau perkebunan. 10. Wisata maritim atau bahari, yaitu wisata yang berkaitan dengan kegiatan olahraga air seperti berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, atau berselancar. 11. Wisata cagar alam, yaitu perjalanan yang dilakukan ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, atau hutan daerah pegunungan yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. 12. Wisata buru, yaitu wisata yang dilakukan seseorang untuk berburu di suatu lokasi perburuan yang sudah mendapat perizinan dari pemerintah. 13. Wisata pilgrim, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih ke tempat-tempat suci, makam orang-orang besar atau pemimpin yang diagungkan, bukit atau gunung yang dianggap keramat. 14. Wisata bulan madu, yaitu perjalanan berupa paket wisata yang dikhususkan untuk pasangan yang ingin berbulan madu di suatu tempat atau negara lain. 15. Wisata petualangan, yaitu wisata yang menantang jiwa petualangan seseorang dengan cara memacu adrenalin mereka, misalnya saja mendaki tebing, arung jeram, atau menelusuri hutan. Dari pemaparan jenis wisata tersebut, ada dua jenis wisata yaitu wisata budaya dan wisata konvensi yang dapat dikemas dengan bentuk lain, yaitu dengan dibuat sebuah event.saat ini orang-orang tak hanya melakukan perjalanan wisata semata, orang pun mulai ramai melakukan wisata yang dibarengi dengan menghadiri suatu acara seperti konvensi, rapat dan eksibisi.kegiatan tersebut merupakan bagian dari event bisnis, yaitu kegiatan yang diselenggarakan dalam konteks M.I.C.E (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) yang biasanya diselenggarakan oleh perusahaan dan institusi.

2.3 M.I.C.E Menurut Pendit (1999, hal 25), MICE diartikan sebagai wisata konvensi, dengan batasan: usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendikiawan dsb) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Sedangkan menurut Kesrul (2004, hal 3), MICE sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama, rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive travels, conventions, congresses, conference dan exhibition. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa MICE sangat berhubungan dengan dunia pariwisata. Karena, tujuan utama dari peserta MICE adalah untuk melakukan perjalanan dan menghadiri suatu kegiatan atau event yang berhubungan dengan bisnisnya sambil menikmati kegiatan wisata secara bersama-sama. 2.3.1 Meeting Meeting adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat, pertemuan atau persidangan. Meeting merupakan suatu kegiatan yang termasuk di dalam MICE. Menurut Kesrul (2004, hal 8), Meeting Suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya manusia, menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan informasi terbaru, publikasi, hubungan kemasyarakatan. Menurut Kesrul (2004, hal 3), Meeting adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan orang secara bersama-sama.

Dengan demikian, sesuai dengan berkembangnya zaman meeting tak hanya dilakukan di suatu tempat atau kantor saja. Namun, meeting ini bisa dilakukan di luar kantor dan disertai kegiatan wisata. 2.3.2 Incentive Undang-undang No.9 tahun 1990 yang dikutip oleh Pendit (1999, hal 27), menjelaskan bahwa perjalanan incentive merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Noor (2007, hal 5) yang dikutip dari SITE 1998 dalam Rogers (2003), juga memberikan definisi mengenai incentive adalah incentive travel is a global management tool that uses an exceptional travel experience to motivate and/or recognize participants for increased levels of performance in support of the organizational goals. Terlihat jelas bahwa incentive ini adalah kegiatan yang memang dilakukan untuk memotivasi pegawai perusahaan agar dapat berprestasi.dengan demikian incentive memang menjadi bagian dari kepariwisataan. 2.3.3 Conference Menurut Pendit (1999), Istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam bahasa Indonesia yang mengandung pengertian sama. Dalam prakteknya, arti meeting sama saja dengan conference, maka secara teknis akronim MICE sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang mengingatnya bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan sebuah meeting, incentive, conference dan exhibition hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah produk paket-paket wisata yang siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri pariwisata dikelompokkan dalam sati kategori, yaitu MICE. Menurut Kesrul (2004), Conference atau konferensi adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tata karena,

adat atau kebiasaan yang berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian antara negaranegara para penguasa pemerintahan atau perjanjian international mengenai topik tawanan perang dan sebagainya. 2.3.4 Exhibition Exhibition berarti pameran, dalam kaitannya dengan industri pariwisata, pameran termasuk dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini diatur dalam Surat Keputusan Menparpostel RI Nomor KM. 108 / HM. 703 / MPPT-91, Bab I, Pasal 1c, yang dikutip oleh Pendit (1999, hal 34) yang berbunyi Pameran merupakan suatu kegiatan untuk menyebar luaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata. Menurut Kesrul (2004, hal 16), exhibition adalah ajang pertemuan yang dihadiri secara bersama-sama yang diadakan di suatu ruang pertemuan atau ruang pameran hotel dimana sekelompok produsen atau pembeli lainnya dalam suatu pameran dengan segmentasi pasar yang berbeda. Exhibition sering digelar dengan berbagai macam tema dan kemasan. Salah satunya dengan menggelar event seni budaya. Dengan menggelar event tersebut bisa menjadi salah satu daya tarik wiasata yang dapat mendatangkan banyak pengunjung. Dapat disimpulkan bahwa event dan bisnis pariwisata memiliki hubunga yang erat. 2.4 Pengertian Event Event didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia baik secara individu atau kelompok yang terikat secara adat, budaya, tradisi dan agama yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat yang diselenggarakan pada waktu tertentu (Noor, 2009). Sementara itu menurut Ruslan (2000, hal 112) Special Event merupakan suatu peristiwa istimewa atau khas yang berlangsung dan dirancang secara khusus dalam program acara kehumasan yang dikaitkan dengan event tertentu. Dikatakan special karena merupakan sesuatu yang tidak umum atau istimewa.

Perkembangan event kini semakin beragam sesuai dengan kebutuhan dan keinginan tiap individu maupun kelompok. Penyelenggaraan event pun semakin unik dan diselenggarakan dalam cara-cara tertentu seperti acara pernikahan, peringatan ulang tahun dan upacara pemakaman. Beberapa Negara bahkan menjadi tujuan utama penyelenggaraan event bisnis seperti Hongkong, India dan Cina (Noor, 2009). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa event adalah suatu kegiatan khusus yang melibatkan banyak orang. Event bisa menjadi daya tarik wisata, dan juga setiap event memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yang membedakan itu terletak pada keunikan, perishability, intangibility, suasana, pelayanan dan interaksi persona. 2.5 Karakteristik Event Event yang akan diselenggarakan harus memiliki karakteristik yang menjadi daya tarik bagi pengunjung agar menghadiri event tersebut. Dalam Noor (2009) terdapat lima karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu event: 1. Keunikan Inti dari penyelenggaraan event adalah harus unik dan biasanya muncul dari ide. Apabila pengembangann ide nya bagus dan dapat terealisai sesuai rencana, maka event tersebut bisa sukses. Keunikan dapat berasal dari peserta yang ikut serta, lingkungan sekitar dan pengunjung pada event tersebut sehingga membuat event unik dan berbeda dari yang lainnya. 2. Perishability Setiap event yang diselenggarakan tidak akan pernah sama. Dua event yang sama diselenggarakan pada waktu dan tempat yang sama pastinya tidaka akan menghasilkan event yang persis sama. Perishability juga berhubungan dengan penggunaan fasilitas untuk penyelenggaraan event. Misalnya ketersediaan ruang atau suatu tempat untuk menyelenggarakan suatu event. Kita harus memastikan dulu ruang atau tempat tersebut

tersedia atau tidak, sehingga kita bisa mencaritempat alternative lainnya untuk penyelenggaraan event. 3. Intangibility Setelah menghadiri event, yang tertinggal di benak pengunjung adalah pengalaman yang mereka dapatkan dari penyelenggaraan event.hal ini menjadi tantangan bagi penyelenggara untuk merubah sesuatu yang intangible menjadi sesuatu yang berwujud. Misalnya desain dan warna pada kartu undangan, cindera mata yang menawan, penggunaan dekorasi ruangan yang menarik, penggunaan audio visual yang menarik yang digunakan dalam event. Kesemua hal itu merupakan proses perubahan intangible menjadi tangible dan itulah yang akan diingat oleh pengunjung. 4. Suasana dan Pelayanan Suasana merupakan salah satu karakteristik yang penting pada saat berlangsungnya event. Event yang diselenggarakan dengan suasana yang tepat akan menghasilkan sukses besar, tetapi sebaliknya kegagalan event dihasilkan karena suasana yang tidak tepat. Seorang event organizer perlu memperhatikan setiap detil pada saat penyelenggaraan acara sehingga acara yang dikemas menjadi sukses. 5. Interaksi Personal Interaksi personal dari pengunjung merupakan kunci sukses penyelenggaraan event. Misalnya pada penyelenggaraan sport event, penonton tidak hanya duduk menonton pertandingan saja, tetapi juga menciptakan suasana menjadi lebih hidup. 2.6 Special Event Special event atau event khusus adalah event yang digelar secara rutin untuk memperingati suatu moment tertentu atau adanya kegiatan tertentu. Seperti acara sekatenan adalah event rutin yang digelar masyarakat Jogjakarta. Special event didefinisikan oleh Shone dkk. (2004) sebagai fenomena yang muncul dari kegiatan

non-rutin dan didalamnya terdapat unsur hiburan dan budaya, tujuanya untuk merayakan atau memberikan pengalaman bagi orang lain. Dengan demikian, event seni budaya yang sering digelar masyarakat Indonesia merupakan event khusus karena masuk dalam kriteria tersebut. Setiap event memiliki keunikan dan daya tarik sendiri yang dapat menjadi perhatian banyak orang. Sehingga keunikan inilah yang membuat orang-orang penasaran untuk menyaksikanya, terutama special event. Karena, event semacam ini jarang ditemui dan sengaja digelar. Untuk membuat event yang semenarik mungkin, penyelenggara biasanya melakukan banyak hal dan kreativitas dalam proses perencanaan dan pelaksanaanya. 2.7 Proses Rencana Penyelenggaraan Event Proses perencanaan yang baik akan menentukan keberhasilan sebuah event. Hendaknya saat membuat perencanaan semua hal harus bisa dimengerti oleh semua orang yang terlibat dalam event. Dengan begitu, semua anggota tim akan fokus terhadap tujuan event yang akan dicapai. Selain itu, penyelenggara harus bisa menyesuaikan dengan keinginan pengunjung, maksudnya apakah pengunjung akan puas dengan apa yang telah diberikan dalam event. Untuk mencapai hal-hal tersebut maka sangatlah penting perencanaan yang yang baik sebelum event tersebut dugelar. Menurut Noor (2009), berikut tahapan dalam proses perencanaan event yang terurai dalam gambar 2.1:

Penetapan Tujuan Apa yang diinginkan? Ide dan pembuatan proposal: Penetapan kriteria dan tujuan detilevent Rencana Awal Pencarian Informasi Kompetitor, Masalah, Persamaan, Pihak yang terlibat Pengumpulan Informasi Tanggal, Biaya, sumber pemasukan, Tempat, Tenaga Kerja Rencana Detil Rencana Keuangan Anggaran, Tiket/ Pemasukan, Sponsor, Investasi, Laporan Keuangan Rencana Operasional Sumberdaya, Staf/tim, Lokasi/ Tempat, Logistik, Peralatan, Jadwal pekerjaan, Kesehatan, Keselamatan, Keamanan Rencana Pemasaran Riset, Aktivitas pemasaran, Promosi, public relation, Jadwal Pemasaran Diskusi tentang perencanaan Mengatur persiapan event Mengembangkan Aktivitas, persiapan dan tenggat waktu Penyelenggaraan event Operasional, kontrol dan pelaksanaan Legalitas Penutupan, evaluasi, masukan, arsip dan penyerahan Gambar 2.1 Proses Rencana Penyelenggaraan Event Sumber: Noor (2009) 10

Gambar 2.1 menggambarkan tentang proses rencana penyelenggaraan event, dimana tertulis jelas tahapan apa saja yang harus kita lalui dan membuat kita terfokus pada pola tersebut agar tujuan event dapat tercapai. 1. Penetapan Tujuan Tujuan merupakan langkah awal dalam setiap perencanaan sebuah event. Tujuan diselenggarakannya sebuah event dapat berupa pembelajaran, bertukar pikiran, sosialisasi, peringatan, hiburan, mempromosikan produk baru suatu perusahaan atau meningkatkan pendapatan perusahaan dan sebagainya. 2. Rencana Awal Rencana awal penyelenggaraan event dimulai dengan dua tahap, yaitu mencari informasi tentang event yang akan diselenggarakan dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan event yang akan diselenggarakan. Proses pencarian informasi perlu dilakukan untuk melihat kelayakan dari rencana penyelenggaraan event tersebut. 3. Rencana Detil Setelah informasi tentang penyelenggaraan event didapatkan, tahap selanjutnya adalah menuangkan rencana kedalam perencanaan yang lebih detil dan dilakukan oleh pihak yang kompeten sesuai dengan bidangnya. Pada penyelenggaraan event, biasanya terdaat tiga bagian pokok seperti bidang keuangan, bidang operasional dan bidang pemasaran. Bidang keuangan akan membuat rencana detil keuangan, termasuk didalamnya penyusunan anggaran event dan menentukan berapa pemasukan yang diharapkan dari event. Bidang operasional event secara detil harus menyusun rencana operasional seluruh kebutuhan penyelenggaraan event seperti kebutuhan sumberdaya, staf atau tim. Dan mempersiapkan peralatan, tempat untuk event serta bekerjasama dengan pihak asuransi dan kepolisian untuk menjaga kesehatan dan keselamatan staf ataupun pengunjung pada saat

penyelenggaraan event. Sedangkan bidang pemasaran merupakan bagian yang berhubungan dengan jumlah pengunjung atau peserta pada event yang akan diselenggarakan. Jumlah pengunjung akan dipengaruhi oleh bagaimana informasi mengenai event yang sampai kepada sasaran yang tepat. Dimulai dengan melakukan riset, selanjutnya disusunlah aktivitas pemasaran tersebut, ditetapkan bagaimana cara promosi yang efektif untuk menjangkau pasar yang tepat serta jadwal pemasaran yang tepat. 4. Diskusi Tentang Perencanaan Setelah ketiga bidang tersebut disusun secara detil, semua rencana yang tertuang perlu didiskusikan dengan anggota tim. Setiap anggota tim akan bekerja sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan. 5. Mengatur persiapan event Tahap selanjutnya adalah mengatur persiapan event dengan selau berpedoman pada tujuan dan tenggat waktu yang telah ditetapkan. 6. Penyelenggaraan Event Pada tahap penyelenggaraan event, operasional penyelenggaraan diharapkan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sehingga diperlukan kontrol yang baik dari masing-masing ketua tim di bidangnya. 7. Legalitas Tahap terakhir proses perencanaan adalah legalitas dari penyelenggaraan event. Event yang diselenggarakan harus mendapat ijin dari pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan event tersebut, misalnya masyarakat dan pemerinta setempat. Selain itu, pada tahap terakhir perlu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggara event tersebut. Hal ini untuk mengetahui apakah event dengan jenis yang sama dapat diselenggarakan pada masa yang akan datang atau event tersebut perlu dilakukan perubahan format. 12

2.8 Pengelolaan Proyek Menurut Harris & Allen (2002) pengelolaan proyek dalam event berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan one off. Jadi maksudnya, meskipun banyak proyek atau event yang sama di lakukan setiap tahun, namun tetap saja perencanaan dan pengelolaanya berbeda. 2.8.1 Struktur Pembagian Kerja Untuk dapat melaksanakan acara yang diinginkan, maka dalah membuat sebuah event diperlukan sebuah struktur pembagian kerja yang tepat. Contoh struktur sederhana dalah sebuah event festival: Struktur Pembagian Kerja Gambar 2.2 Struktur Pembagian Kerja Sumber: Harris & Allen (2002) Dengan melakukan pembagian kerja maka setiap anggota tim tidak akan lepas dan akan tetap dengan tanggung jawab yang didapatkanya. Struktur pembagian tugas ini bukan struktur organisasi event, tetapi lebih merupakan jobjob yang harus dilakukan oleh setiap anggota tim. 13

2.8.2 Gantt Chart Dalam membuat sebuah event diperlukan disiplin yang ketat. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan membuat jadwal kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai hari dimana event diselenggarakan. Jadwal tersebut dapat dibuat dalam sebuah grafik. Hal yang biasa dibuat adalah gantt chart. Menurut Harris & Allen (2002) gantt chart selain berfungsi sebagai jadwal dapat berfungsi sebagai alat komunikasi yang memungkinkan semua orang yang terlibat dalam pembuatan dan penyampaian sebuah event untuk memahami lebih baik apa yang dibutuhkan dan kapan tugas harus diselesaikan. Contoh dari gantt chart dapat dilihat dalam gambar 2.3: Gambar 2.3:Gantt Chart Sumber: Harris & Allen (2002) 2.9 Stakeholder dalam Event Dengan perkembangan industri event dan mulai banyaknya keterlibatan pihak lain pada penyelenggaraan sebuah event, lingkungan tempat penyelenggaraan event menjadi sangat kompleks. Pengelola event saat ini dihadapkan pada banyak pihak (stakeholder) dan kemampuan untuk memberikan 14

pelayanan yang sama kepada setiap stakeholder sehingga tujuan event dapat tercapai. Stakeholder tersebut sebagai berikut: 1. Perusahaan Penyelenggara Event (Event Organizer/EO) Sama seperti industri lainnya, industri event terdiri dari pengguna dan penyedia. Pengguna pada industri event adalah para penyelenggara event atau siapa saja yang bisa menggunakan pelayanan yang berhubungan dengan penyelenggara event. Pengguna terbesar dalam penyelenggara event adalah event organizer (EO). Event Organizer adalah pihak yang menangani seluruh hal berkaitan dengan perencanaan, persiapan sampai pelaksanaan sebuah event. Rencana awal yang disusun dari hal yang sangat mendasar mulai pemilihan tema acara, pengisi, bentuk dan susunan acara, budget acara, skala dan strategi pelaksanaan, pemilihan tempat (venue) tanggal dan waktu acara, penentuan spesifikasi produksi acara (Juanda, 2003). 2. Supplier Supplier penyelenggara event terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu tempat penyelenggara, penyedia jasa alat panggung dan tenda, dan akomodasi. 15