Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER. *Kiswaluyo

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

HUBUNGAN KARIES GIGI DENGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN SISWA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIWATES DAN PUSKESMAS WULUHAN KABUPATEN JEMBER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI SISWA SDN TUMALUNTUNG MINAHASA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

GAMBARAN STATUS KARIES PADA MURID SMP NEGERI 4 TOULUAAN KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

*coret yang tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

GAMBARAN PERILAKU KESEHATAN GIGI ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. luas penyebaranya, diperkirakan 90% lebih banyak melanda anak anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN TINGKAT KESEHATAN GIGI ANAK USIA DINI BERDASARKAN INDEKS def-t PADA SISWA PAUD KELURAHAN JATI KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didasarkan pada penyimpangan kondisi sehat. Pengukuran sebenarnya

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MINUM SUSU DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN TANPA GULA DENGAN JUMLAH KARIES ANAK USIA 3-6 TAHUN

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN SUMBER KALSIUM DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD YBPK KEDIRI

e-issn Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

Mother s Role in Dental Children Health Care with Children Caries Status in Primary School Age

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hana Yuwan Kartikasari, Nuryanto *)

Transkripsi:

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember Kiswaluyo Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ABSTRAK Proses karies dan faktor risiko terjadinya karies gigi tetap dan gigi sulung tidak berbeda namun demikian proses kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar, meluas dan lebih parah dibandingkan gigi tetap.penyakit karies pada anak, banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan gigi tetap. untuk mengetahui gambaran keadaan kesehatan gigi anak pada usia Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Sumber Sari yang merupakan wilayah yang dekat dengan perkotaan, dekat dengan pusat pemerintahan dan dekat dengan pusat kesehatan serta wilayah kerja Puskesmas Puger yang merupakan wilayah yang dekat dengan pantai dan jauh dari wilayah perkotaan. Kata Kunci : karies, siswa SD, Puger, Sumbersari Abstract Caries process and risk factors for dental caries of primary teeth fixed and does not vary however, the process of decay of primary teeth faster spreading, more widespread and severe than tetap.penyakit dental caries in children, many and frequent but less attention from parents because of the assumption that the child's teeth will be replaced by permanent teeth. to describe the state of dental health of children at primary school age in the Puskesmas Sources Sari which is close to the urban area, close to the government center and close to the health center and the Puskesmas Puger which is a region close to the beach and away from the region urban. Keyword : caries, elementary school students, Puger, Sumbersari PENDAHULUAN Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras gigi ( caries dentis) di samping penyakit gusi. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi periapeks yang dapat menyebabkan rasa nyeri 1.

Proses karies dan faktor risiko terjadinya karies gigi tetap dan gigi sulung tidak berbeda namun demikian proses kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar, meluas dan lebih parah dibandingkan gigi tetap. Hal ini selain disebabkan karena faktor dari dalam sendiri yaitu struktur enamel gigi sulung yang kurang solid dan lebih tipis serta morfologi gigi sulung yang lebih memungkinkan retensi dibanding gigi tetap juga disebabkan faktor luar yang menjadi faktor risiko anak terhadap proses kerusakan gigi seperti keadaan kebersihan mulut anak yang umumnya lebih buruk dan anak lebih banyak dan sering makan dan minum kariogenik dibandingkan orang dewasa. Besar kecilnya faktor risiko terhadap timbulnya karies gigi sulung pada anak usia prasekolah dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran orang tua dalam merawat kesehatan gigi. Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki orang tua antara lain yang berkaitan dengan cara membersihkan diri, jenis makanan yang menguntungkan kesehatan gigi dan cara makan minum yang benar 1. Penyakit karies pada anak, banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan gigi tetap. Orang tua kurang menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan sebenarnya akan sangat besar bila tidak dilakukan perawatan untuk mencegah karies sejak dini pada anak. Dampak yang terjadi bila sejak awal sudah mengalami karies adalah selain fungsi gigi sebagai pengunyah yang terganggu, anak juga akan mengalami gangguan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sehingga anak tidak mau makan dan akibat yang lebih parah bisa terjadi malnutrisi, anak tidak dapat belajar karena kurang berkonsentrasi sehingga akan mempengaruhi kecerdasan. Akibat lain dari kerusakan gigi pada anak adalah penyebaran toksin atau bakteri pada mulut melalui aliran darah, saluran pernapasan, saluran pencernaan apalagi bila anak menderita malnutrisi, hal tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak akan mudah terkena penyakit. Bila gigi sulung sudah berlubang dan rusak maka dapat diramalkan gigi dewasanya tidak akan sehat nantinya 2. Makanan atau substrat merupakan salah satu unsur penting untuk dapat terjadi karies. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak dan protein. Dari berbagai penelitian tampak ada hubungan antara intake karbohidrat dengan karies dan hubungan yang lebih kompleks dengan lemak, protein, vitamin dan mineral. Selain itu ternyata ada hubungan langsung antara bertambahnya konsumsi makanan yang mudah dicerna terutama karbohidrat yang berupa tepung dengan bertambahnya karies 3.

Anak usia sekolah umumnya sudah mempunyai gigi sulung yang lengkap yaitu berjumlah 20 buah dan perilaku anak dalam menjaga kesehatan termasuk kesehatan gigi masih sangat tergantung pada orang dewasa terutama ibu yang merawatnya. Kesehatan gigi anak usia ini dipengaruhi oleh perilaku ibu khususnya dalam menjaga kebersihan gigi maupun dalam memberikan makanan minuman yang dapat menyebabkan karies gigi. Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah provinsi Jawa Timur. Banyaknya jumlah desa yang diteliti menyebabkan banyak keragaman sistem geografis di setiap wilayah. Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengetahui gambaran keadaan kesehatan gigi anak pada usia Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Sumber Sari yang merupakan wilayah yang dekat dengan perkotaan, dekat dengan pusat pemerintahan dan dekat dengan pusat kesehatan serta wilayah kerja Puskesmas Puger yang merupakan wilayah yang dekat dengan pantai dan jauh dari wilayah perkotaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah suatu penelitian observasional analisis. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Wirolegi III dan SDN Mojomulyo I, dan dilaksanakan pada 22 Maret -24 April 2010. Variabel dalam penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin dan karies gigi. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan alat dasar kedokteran gigi berupa kaca mulut dan sonde untuk melakukan pemeriksaan sondase pada gigi dicurigai ada karies. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 135 siswa dengan rincian 98 orang siswa dari SDN Wirolegi III dan 37 orang siswa dari SDN Mojomulyo I. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling. Kriteria Sampel adalah : a) Merupakan siswa siswi SDN Wirolegi III kelas 1 dan 2 yang berada pada wilayah kerja Puskesmas Sumber Sari pada tanggal 22 Maret 3 April 2010, serta siswa siswi SDN Mojomulyo I kelas 1 dan 2 yang berada pada wilayah kerja Puskesmas Puger pada tanggal 5-24 April 2010. b) Pemeriksaan dilakukan pada gigi sulung. c) Hadir pada saat pemeriksaan.

Analisis data Data yang diperoleh berupa diagnosis setiap kelainan gigi dan mulut yang dikelompokkan dan diberi kode. Distribusi dari masing-masing kelompok kelainan kamudian dihubungkan dengan jenis kelamin dan usia. Kemudian dilakukan uji Spearmen untuk uji korelasi. HASIL PENELITIAN Dari penelitian yang dilakukan pada siswa siswi SDN Wirolegi III kelas 1 dan 2 yang berada wilayah kerja Puskesmas Sumber Sari dan siswa siswi SDN Wirolegi III kelas 1 dan 2 yang berada pada wilayah kerja Puskesmas Puger yang dilaksanakan mulai tanggal 22 Maret 24 April 2010 maka di dapatkan hasil sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan pada siswa siswi SDN Wirolegi III kelas 1 dan 2. Tabel 1. Distribusi Frekuensi kelompok kelainan Gigi Siswa Siswi SDN Wirolegi III Kelas 1 dan 2 Kode Frekuensi Persentase % 2001 10 9.17 2002 0 0 2003 43 39.45 2004 0 0 2005 7 6.43 2006 23 21.10 Normal 26 23.85 Total 109 100 Keterangan: 2001 : gangguan perkembangan dan erupsi gigi 2002 : gigi terbenam dan impaksi 2003 : karies gigi 2004 : penyakit jaringan keras gigi lain 2005 : penyakit pulpa dan jaringan periapikal 2006 : gingivitis dan gangguan periodontal Normal : tidak ada kelainan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah gangguan perkembangan dan erupsi gigi sebanyak 10 orang dengan persentase 9.17%, gigi terbenam dan impaksi tidak ada, karies gigi sebanyak 43 orang dengan persentase 39.45%, penyakit jaringan keras gigi lain tidak ada, penyakit pulpa dan kelainan periapikal sebanyak 7 orang dengan persentase 6.43%, gingivitis dan gangguan periodontal sebanyak 23 orang dengan persentase 21.10%, dan yang tidak mengalami kelainan pada gigi dan mulutnya sebanyak 25 orang dengan persentase 23.85%. Dari tabel 1 juga dapat diketahui bahwa kelainan yang paling sering ditemukan pada siswa siswi SDN Wirolegi III adalah karies gigi. Penelitian yang dilakukan pada wilayah Puskesmas Puger sampel diambil dari siswa- siswi SDN Mojomulyo I kelas 1 dan 2. Data Hasil penelitian sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi kelompok kelainan Siswa Siswi SDN Mojomulyo I Kelas 1 dan 2 Kode Frekuensi Persentase % 2001 0 0 2002 0 0 2003 27 43.54 2004 0 0 2005 19 30.64 2006 15 24.19 N 1 1.63 Total 62 100 Keterangan: 2001 : gangguan perkembangan dan erupsi gigi 2002 : gigi terbenam dan impaksi 2003 : karies gigi 2004 : penyakit jaringan keras gigi lain 2005 : penyakit pulpa dan jaringan periapikal 2006 : gingivitis dan gangguan periodontal Normal : tidak ada kelainan

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui jumlah gangguan perkembangan dan erupsi gigi tidak ada, gigi terbenam dan impaksi tidak ada, karies gigi sebanyak 27 orang dengan persentase 43.54%, penyakit jaringan keras gigi lain tidak ada, penyakit pulpa dan kelainan periapikal sebanyak 19 orang dengan persentase 30.64%, gingivitis dan gangguan periodontal sebanyak 15 orang dengan persentase 24.19%, dan yang tidak mengalami kelainan pada gigi dan mulutnya sebanyak 1 orang dengan persentase 1.63%. Tabel 3. Tabel Uji Korelasi Spearmen antara Usia, Jenis Kelamin dan Penyakit Gigi dan Mulut pada Siswa Siswi SDN Wirolegi III Kelas 1 dan 2 200 Norma 1 2002 2003 2004 2005 2006 l Usia Correlation Coefficient - 0.06. -0.16. 0.03-0.02 0.02 Spearman' s rho Jenis Kelamin Sig. (2-tailed) 0.55. 0.12. 0.81 0.82 0.82 N 98 98 98 98 98 98 98 Correlation Coefficient 0.02. -0.05. -0.10 0.01 0.13 Sig. (2- tailed) 0.84. 0.63. 0.32 0.92 0.20 N 98 98 98 98 98 98 98 Berdasarkan tabel di atas diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin pada Siswa Siswi SDN Wirolegi III Kelas 1 dan 2 terhadap gangguan perkembangan dan erupsi gigi, gigi terbenam dan impaksi, karies gigi, penyakit jaringan keras gigi lain, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, gingivitis dan gangguan periodontal dan tidak ada kelainan. Tabel 4. Tabel Uji Korelasi Spearmen antara Usia, Jenis Kelamin dan Penyakit Gigi dan Mulut pada Siswa Siswi SDN Mojomulyo I Kelas 1 dan 2

2001 2002 2003 2004 2005 2006 Normal Usia Correlation Coefficient.. Sig. (2- - 0.23. 0.02 0.42* -0.19 tailed).. 0.16. 0.90 0.01 0.25 Spearman's N 37 37 37 37 37 37 37 rho Jenis Correlation - - Kelamin Coefficient.. 0.16. 0.09-0.17 0.15 Sig. (2- tailed).. 0.34. 0.61 0.32 0.39 N 37 37 37 37 37 37 37 Berdasarkan tabel di atas diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin Siswa Siswi SDN Mojomulyo I Kelas 1 dan 2 terhadap gangguan perkembangan dan erupsi gigi, gigi terbenam dan impaksi, karies gigi, penyakit jaringan keras gigi lain, penyakit pulpa dan jaringan periapikal dan tidak ada kelainan. Terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat kemaknaan p<0,01 antara usia siswi SDN Mojomulyo I kelas 1 dan 2 dengan gingivitis dan jaringan periodontal. PEMBAHASAN Berdasarkan data-data pemeriksaan terhadap siswa siswi SDN Wirolegi III kelas 1 dan 2, diketahui bahwa sebagian besar penyakit gigi dan mulut yang ditemukan adalah karies gigi dengan jumlah 43 siswa dengan persentase 39.45%. Karies gigi juga merupakan kelainan yang paling sering dijumpai pada siswa siswi SDN Mojomulyo I dengan jumlah 27 siswa dengan persentase 43.55%. Tingginya angka karies gigi pada anak usia 6-8 tahun dikarenakan beberapa faktor yaitu 4 : 1. Pola makan murid Sekolah Dasar yang lebih menyukai makanan yang manis-manis (permen, coklat, dll) dibandingkan dengan murid sekolah yang lebih tinggi. 2. Kurangnya pengetahuan, kesadaran dan kemandirian anak dalam menjaga kesehatan dan kebersihan dirinya sendiri. Anak seusia tersebut biasanya masih sangat tergantung pada orang tua.

3. Kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anaknya memeriksakan gigi karena gigi tersebut dianggap akan diganti oleh gigi tetap. Tingkat kebersihan gigi dan mulut pada anak berkaitan dengan perilaku anak tersebut dalam memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Berdasarkan table 1 dan 2 juga diketahui bahwa persentase karies pada usia 6-8 tahun mengalami penurunan persentase sesuai bertambahnya usia. Hal ini mungkin dikarenakan meningkatnya kesadaran seseorang dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya sesuai bertambahnya usia. Selain itu bisa juga dikarenakan gigi yang karies tidak dirawat sehingga mengalami kelainan jaringan pulpa, kelainan jaringan periapikal dan tanggal. Selain itu bisa juga dikarenakan pada penelitian ini pemeriksaan dilakukan pada geligi sulung. Pada usia 6-8 tahun gigi insisif 1 rahang atas dan insisif 1 dan 2 rahang bawah permanen sudah meresorbsi gigi sulung yang digantikan. Jika dilihat dari tabel distribusi jenis kelamin pada laki-laki lebih banyak ditemukan karies daripada perempuan. Hal ini dikarenakan variasi jenis kelamin dapat mempengaruhi pola perilaku anak dalam menjaga kebersihan mulutnya serta kebutuhan estetis yang diinginkannya 5. Yang paling sering ditemukan kedua pada SDN Wirolegi III adalah keadaan normal pada gigi dan mulutnya. Hal ini mungkin dikarenakan tempat SDN Wirolegi III yang berdekatan dengan pusat kota Jember, Puskesmas Sumbersari dan Kampus FKG Universitas Jember. Karena letaknya yang dekat dengan Kampus sehingga banyak mahasiswa yang mengambil siswa dari sekolah tersebut sehingga kelainan gigi dan mulut yang diderita siswa sekolah tersebut sudah diobati. Selain itu akses dengan pusat kota dan pusat pendidikan menyebabkan informasi tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut lebih mudah disampaikan 6. Hal ini juga terlihat jika dibandingkan dengan siswa SDN Mojomulyo 1 yang hanya 1 siswa dengan persentase 5.26 memiliki kesehatan gigi dan mulut yang normal. Hal yang berbeda ditemukan pada siswa SDN Mojomulyo 1. Kelainan peringkat kedua yang paling sering ditemukan adalah kelainan jaringan pulpa dan jaringan periapikal. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa karies gigi yang tidak dirawat akan menyebabkan kelainan jaringan pulpa dan periapikal dan tanggal. Hal ini mungkin disebabkan pengetahuan tentang pentingnya merawat gigi sulung yang rusak masih kurang. Sehingga banyak yang membiarkan gigi tersebut

semakin rusak dan tanggal dengan sendirinya. Kesadaran untuk menerapkan kebiasaan yang positif dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut sehari-hari pada anak, sehingga untuk meningkatkan kesadaran tersebut dibutuhkan pendidikan kesehatan yang mencakup adanya proses komunikasi, motivasi dan instruksi dari orang tua yang memadai 7. Kelainan gigi terbenam dan impaksi serta penyakit jaringan keras gigi lain tidak ditemukan pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan pada usia 6-8 tahun anak masih dalam masa pertumbuhan. Selain itu pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosis gigi terbenam dan impaksi serta penyakit jaringan keras gigi lain diperlikan pemeriksaan baik secara klinis maupun rontgenografis lebih lanjut. Jika dilihat dari keseluruhan tabel distribusi jenis kelamin baik SDN Wirolegi III maupun Mojomulyo 1 siswa laki-laki lebih banyak ditemukan karies daripada siswa perempuan. Menurut Haesman (2003) hal ini dikarenakan variasi jenis kelamin dapat mempengaruhi pola perilaku anak dalam menjaga kebersihan mulutnya serta kebutuhan estetis yang diinginkannya. Tetapi dengan uji korelasi spearmen tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut seseorang tidak dapat diukur menurut jenis kelamin. Ataupun juga terdapat hubungan tetapi tidak memiliki nilai kemaknaan yang signifikan. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagian besar penyakit gigi dan mulut yang ditemukan pada usia 6-8 tahun adalah karies gigi, dan karies ini lebih banyak ditemukan pada siswa laki-laki. Tetapi secara statistik, tidak terdapat hubunganyang signifikan antara usia, jenis kelamin dengan penyakit gigi dan mulut pada siswa usia 6-8 tahun pada wilayah kerja Puskesmas Sumber Sari dan kesehatan gigi anak usia 6-8 tahun di wilayah kerja Puskesmas Puger SARAN Untuk menurunkan angka indeks karies tersebut, Penulis menyarankan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sedini mungkin terutama pada anak-anak usia sekolah dasar mengenai kesehatan gigi dan mulut melalui pendidikan kesehatan yang mencakup adanya proses komunikasi, motivasi dan instruksi baik oleh orang tua maupun guru yang memadai yang disesuaikan dengan kondisi siswa

DAFTAR PUSTAKA 1. Magdarina, Destri. 1998. Fluor Sistemik dan Kesehatan Gigi. Dalam Cermin Dunia Kedokteran no: 52. 2. Kuntari, Satiti. 2007. 90 Persen Anak Indonesia Menderita Karies Gigi. www. Antaranews.com. Diakses pada tanggal 21 Mei 2013. 3. Holloway, P.J. 1983. The role of sugar in the etiology of dental caries. Journal of Dentistry, 11, 189-213. 4. Suwelo, Ismu Suharsono. 1992. Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagai Faktor Etiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 5. Heasman, P. 2003. Master Dentistry. Vol. 1. Philadelphia: Churchil Livingstone. 6. Sasmita. 2009. Identifikasi Pencegahan Karies. [serial on line] http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/identifikasi_pencegahan_karies.pdf. 4 Juni 2013 7. Notoadmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.