BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan telah memunculkan kota sebagai pusat-pusat kegiatan

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI SKPD TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Yogyakarta terletak antara 110⁰ ⁰28 53 bujur Timur

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KESEHATAN DINAS KESEHATAN Halaman 7

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

REKAPITULASI USULAN PROGRAM/KEGIATAN TAHUN Fungsi, Urusan, Program dan Kegiatan Indikatif. Pagu Indikatif (Rp) 01 FUNGSI : PELAYANAN UMUM

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA YOGYAKARTA. Sebelum di bentuknya Badan Lingkungan Hidup, Instansi ini pernah

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB IV METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013?

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 T E N T A N G

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 363 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. baik di darat, laut maupun di udara. Dengan semakin meningkatnya

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL IPAL YOGYAKARTA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2011 BELANJA PEGAWAI

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat alikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 66 TAHUN 2016

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya;

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

d. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut butir a, b dan c di atas, maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32,5 km 2. Terbagi menjadi

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 24.5 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA 2.1 Profil Kota Yogyakarta 2.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta terletak antara 110 24 19 Bujur Timur dan antara 0715 24 0749 26 Lintang Selatan, dengan luas sekitar 32,5 Km2 atau 1,02 % dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih 7,5 Km dari Barat ke timur kurang lebih 5,6 Km. Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung Merapi memiliki kemiringan lahan yang relatif datar antara 0 2 % dan berada pada ketinggian rata rata 114 meter dari permukaan air laut, Sebagian wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya 1.593 hektar berada pada ketinggian antara 100-199 meter dari permukaan air laut. Terdapat tiga sungai yang mengalir dari arah Utara ke Selatan, yaitu: 20

- Sungai Gajahwong yang mengalir di bagian timur kota. - Sungai Code yang mengalir di bagian tengah. - Sungai Winongo yang mengalir di bagian barat kota. Secara administrasi Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kabupaten Sleman - Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman - Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul - Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman Berdasarkan data dalam Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2015 Jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2014 sebanyak 400.467 jiwa dengan rincian sebanyak 194.828 jiwa penduduk laki-laki dan 205.639 jiwa penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 32,5 Km2, kepadatan penduduk Kota Yogyakarta tahun 2014 sebesar 12,322 jiwa per Km2, kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi. Penduduk yang paling padat berada di Kecamatan Ngampilan yaitu sebesar 20.035 jiwa per Km2, dan yang jarang penduduknya di Kecamatan Umbulharjo yakni 10.225 jiwa per Km2. Untuk mengetahui luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, menurut kecamatan di Kota Yogyakarta, dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk, Menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta Kecamatan Luas Km 2 % Penduduk % Kepadatan 21

Penduduk Mantrijeron 2,61 8,03 31.901 7,97 12.223 Kraton 1,40 4,31 17.217 4,30 12.298 Mergangsan 2,31 7,11 29,537 7,38 12.787 Umbulharjo 8,12 24,98 83,031 20,73 10.225 Kotagede 3.07 9,45 33.811 8,44 11.013 Gondokusuman 3.99 12.28 45.697 11,41 11.453 Danurejan 1.10 3,38 18.454 4,61 16.776 Pakualaman 0,63 1,94 9.164 2,29 14,546 Gondomanan 1.12 3,45 13.171 3,29 11.760 Ngampilan 0,82 2,52 16.429 4.10 20.035 Wirobrajan 1,76 5,42 25.039 6,25 14.227 Gedongtengen 0.96 2,95 17.449 4,38 18,280 Jetis 1.70 5,23 23.331 5,83 13.724 Tegalrejo 2.91 8.95 36.136 9,02 12.418 Total 32,50 100,00 400.467 100 12.322 Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka, 2015 Dari tabel 2.1 tersebut di atas, luas wilayah yang terluas Kecamatan Umbulharjo 8,12 Km2 dengan jumlah penduduk paling banyak 83.031 jiwa, namun kepadatan penduduknya paling kecil di antara 14 Kecamatan yaitu 10.225 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan Kepadatan penduduk yang paling padat di Kecamatan Ngampilan dengan luas wilayah 0,82 Km2, jumlah penduduknya 16.429 dengan kepadatan penduduknya 20.035 jiwa per kilometer persegi. 2.2 Dinas Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Dinas Lingkungan Hidup adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Yogyakarta di bidang kebersihan, pengendalian dampak lingkungan, dan penanggulangan pencemaran. Dinas Lingkungan Hidup dipimpin oleh seseorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Kepala Dinas diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dinas Lingkungan Hidup mempunyai fungsi melaksanakan sebagian 22

kewenangan daerah di bidang lingkungan hidup, untuk melaksanakan fungsi tersebut, Dinas Lingkungan Hidup mempunyai tugas : 1. Merumuskan dan merencanakan kebijakan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan,dan penanggulangan pencemaran; 2. Melaksanakan pembinaan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran; 3. Melaksanakan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan, dan penanggulangan pencemaran, serta pemanfaatan sumber daya alam yang menjadi kewenangannya. 4. Melaksanakan perencanaan, pembangunan, pengadaan, pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran; 5. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis pengelolaan kebersihan sampah,pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungandan penanggulangan pencemaran; 23

6. Melaksanakan pemberian rekomendasi, pemantauan dan pengawasan lingkungan hidup; 7. Melaksanakan pemungutan retribusi sesuai dengan kewenangan yang diberikan; 8. Melaksanakan ketatausahaan Dinas Susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup, terdiri dari : a. Kepala Dinas b. Bagian Tata Usaha, terdiri dari: 1) Sub Bagian Umum; 2) Sub Bagian Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi c. Bidang Pengelolaan Lingkungan, terdiri dari: 1) Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan; 2) Seksi Pemulihan Lingkungan dan Pengelolaan Air Limbah. d. Bidang Alat, Perbekalan dan Retribusi, terdiri dari: 1) Seksi Alat dan Perbekalan; 2) Seksi Retribusi. e. Bidang Pertamanan dan Perindang Jalan, terdiri dari: 1) Seksi Pertamanan; 2) Seksi Perindang Jalan 24

f. Bidang Kebersihan, terdiri dari: 1) Seksi Pembersihan; 2) Seksi Pengangkutan. g. Unit Pelaksana Teknis. h. Kelompok Jabatan Fungsional. 2.3 Visi Misi BLH Kota Yogyakarta Visi Pemkot Yogyakarta terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang berkualitas, pariwisata yang berbudaya, pertumbuhan dan pelayanan jasa yang prima, ramah lingkungan serta masyarakat madani yang dijiwai semangat mangayu hayuning bawana 24. 2.4 Program Kali Bersih 2015 Program Kali Bersih (PROKASIH) merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengembalikan kualitas air sungai di Indonesia. Pelaksanaan PROKASIH diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1995. Pasal 3 (1) dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tersebut mencantumkan 3 (tiga) tujuan utama kebijakan PROKASIH, yaitu: 1) tercapainya kualitas air sungai yang baik, 2) terbentuknya sistem kelembagaan, dan 3) terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat. 24 Ibid, 25

Rumusan kebijakan PROKASIH mensyaratkan adanya partisipasi aktif masyarakat untuk dapat mengintegrasikan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari dan agar dapat hidup harmonis berdampingan dengan alam sekitarnya. Pembentukan kelembagaan masyarakat dimaksudkan untuk dapat mewadahi aspirasi rakyat dan untuk mengorganisasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan pula bahwa nafas kebijakan PROKASIH adalah kebijakan yang bottom-up karena telah mengapresiasi adanya pembentukan kelembagaan ditingkat paling dasar (masyarakat) dan adanya ekspektasi mengenai peran serta aktif masyarakat di dalamnya. Pelaksanaan PROKASIH di Kota Yogyakarta telah dimulai sejak tahun 2003 yang difokuskan untuk menangani permasalahan kualitas air sungai di tiga sungai besar di Kota Yogyakarta, yaitu sungai Code, sungai Gajah Wong dan sungai Winongo. Secara umum, problematika yang hendak ditangani dan sedang dihadapi adalah adanya pemukiman ilegal, resiko bencana banjir, tanah longsor, lahar dingin, sampah, dan limbah industri 25 yang mengakibatkan menurunnya atau memburuknya kualitas air dan kualitas lingkungan hidup sepanjang bantaran sungai. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 32 Tahun 2011 tentang Program Kali Bersih 2012-2016, fokus utama program terpusat pada revitalisasi sungai Winongo yang mempunyai masalah utama berupa hunian liar, keramba, sampah dan limbah industri 26. PROKASIH ini merupakan bentuk manifestasi dari misi Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 1 25 http://intisari-online.com/read/upaya-menjaga-identitas-kota-yogyakarta diakses pada 10 Oktober 2016 26 Ibid, 26

tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Kota Yogyakarta tahun 2005-2025 yaitu untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang berkualitas, pariwisata berbasis budaya dan pusat pelayanan jasa yang berwawasan lingkungan. Serta, sesuai dengan salah satu kearifan lokal budaya Jawa yang tertuang dalam pepatah Jawa memayu hayuning bawana yang secara literal dapat diartikan sebagai semangat melestarikan keindahan dunia dan isinya yang dapat dipahami sebagai semboyan untuk selalu menjaga dan melestarikan alam semesta, atau dengan kata lain adanya harmonisasi kehidupan manusia dengan alam. Sungai Gajah Wong adalah salah satu sungai yang membelah kota Yogyakarta. Bagian hulu berada di lereng merapi Kabupaten Sleman, sedangkan bagian hilir berada di Kabupaten Bantul. Sungai Gajah Wong merupakan ekosisten aquatik yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan di sekitarnya atau di daerah aliran sungai (DAS). Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, peruntukkan Sungai Gajah Wong dimasukkan dalam golongan B, yaitu sebagai sumber air minum dengan diolah terlebih dahulu. Sungai Gajah Wong sekarang sangat ironis keadaannya, pencemaran air sungai sudah tergolong parah. Setiap harinya, berbagai limbah padat maupun cair dibuang ke sungai ini. Hal yang lebih memprihatinkan, limbah cair yang berasal dari berbagai pabrik di sepanjang bantaran sungai telah mengandung logam berat, bahan beracun, minyak, mineral, dan lain sebagainya. Limbah berasal dari buangan industri penyamakan kulit, pelapisan perak, bengkel dan cuci mobil. 27