Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias. Saat berjalan, dia sempat melirik suami yang masih tertidur. Handuk kecil yang ada di bangku meja rias dilemparkan ke arah suami, tapi tidak ada reaksi. Bahkan, sempat terdengar suara orang mengorok. Istri mengambil hair drier dan mulai mengeringkan rambutnya. Beberapa saat, dia menghentikan kegiatannya. Matanya menatap hair drier yang ada di tangannya. Seketika, matanya melirik ke arah suami yang tertidur. Dia pun bangkit dari kursi dan berjalan ke arah suami sambil tetap memegang hair drier yang masih menyala. Istri berdiri di samping tempat tidur, di dekat suami yang tertidur. Hair drier lalu diarahkan ke tubuh yang berselimut. Kira-kira di bagian kemaluan suami. Cukup lama dilakukan hingga orang yang berada di balik selimut terkaget. Bangun karena terkejut. Apaan, nih? Anget, kan? tanya istri menggoda. Apa-apaan, sih, kamu? tanya suami sambil menatap tajam ke arah istri. Bangunin kamu. Hah, gila. Siapa? Aku? Iya, aku bisa gila kalo begini terus! nada bicara tinggi.
Suami kembali duduk bersandar sambil mengusap muka dengan kedua tangannya. Kamu lagi kenapa, sih? Bosen. Lalu? Aku mau pergi. Aku mau jalan-jalan. Window shoping. Aku mau gandengan sama kamu sambil jalan-jalan santai. Aku mau rileks. Aku bosan di rumah terus. Ya, udah. Ya, udah apa? Iya, kita pergi. Aku temenin kamu. Tapi aku tidur dulu. Pusing banget. Mematikan hair drier sambil berjalan kembali ke meja rias. Capek, mau tidur, sekarang pusing. Banyak alasan. Lho, siapa yang alasan? Kamu! Aku memang capek. Kamu, kan tahu sendiri, semalem aku baru pulang jam3. Kerja aja terus. Lembur tiap malem. Meeting. Ketemu klien. Tau klien yang mana, dengan nada nyinyir. Kok, gitu? Kok, gitu...? semakin nyinyir. Aku di rumah setiap hari. Dikira pembantu apa? Tiap pagi nyiapin sarapan, nyiapin baju kerja kamu, terus nunggu kamu pulang. Itu pun enggak mesti kamu pulang jam berapa, yang pasti pas semua tetangga udah pada tidur baru kamu sampe rumah. Kamu enggak ngerti yang aku rasain. Yang aku denger. 2
Setiap hari, kalo lagi beli sayur di tukang keliling di depan rumah, ibu-ibu selalu ngomongin. Pasangan muda, kok, suaminya pulang malem terus. Kapan mau punya anak? Suami bangkit dan berjalan ke arah meja rias. Diambilnya gelas kopi yang tadi, lalu diseruputnya lagi lupa tentang rasa kopi itu. Setelah menyeruput, tanpa sengaja dia menyeburkan sedikit kopi ke arah istri. Enggak usah diminum kalo emang enggak suka! marah sambil meraih gelas kopi secara paksa. Kopi pun tumpah. Melihat itu, suami terkejut. Maaf, aku enggak sengaja. Sengaja juga enggak apa-apa. Beneran, sayank. Aku enggak sengaja. Aku lupa kalo kopi ini kepahitan. Pahitan aku daripada kopi itu. Suami diam. Melirik ke arah istri lalu merangkulnya dari belakang. Istri menolak rangkulan itu. Berdiri lalu berjalan ke arah kamar mandi meletakkan handuk yang tadi dipakai untuk mengeringkan rambut. Suami duduk di kursi-meja rias. Selesai melakukannya, istri berdiri di depan pintu kamar mandi. Tiga tahun lebih. TIGA TAHUN dan kita belum punya anak. Temen-temenku yang menikah setelah kita udah pada punya anak. Setiap hari aku di rumah, sendiri. Mikir dan terus mikir. Apa aku yang mandul makanya sampe sekarang kita 3
enggak punya anak, mata istri mulai berkaca-kaca. Suami hendak berjalan ke arah istrinya. Tapi baru satu langkah, kepalanya terasa pusing. Dia urungkan langkahnya lalu duduk lemas di kursi-meja rias. Duh sayank kenapa? Pusing, ya, kepalanya? Kasihan. Enggak cukup, ya, tidurnya? Pasti gara-gara aku. Kebangun karena aku bawel, terus digangguin sama hair drier, berbicara dengan nyinyir sambil berjalan ke arah suami. Sambil memeluk suami yang masih duduk, Yuk, balik lagi ke tempat tidur. Lanjutin lagi tidurnya. Enggak usah diurus istrinya. Kan, udah biasa sendiri. Yuk. Suami menepis tangan istri yang berusaha mengangkatnya dari kursi. Kenapa? Enggak mau aku bantu berdiri? Hmmm, istri memperhatikan kedua tangannya. Diperhatikan kedua tangannya benar-benar. Lalu memegang payudaranya. Dipegang, digerakkan naik-turun. Kemudian memegang perut, juga dinaik-turunkan. Istri lalu tersenyum sambil berjalan ke arah lemari pakaian. Berdiri di hadapan cermin yang ada di lemari pakaian. Emang, sih. Udah enggak kayak dulu lagi. Udah mulai kendor. Maklum, deh. Udah lebih dari tiga puluh. Hampir tiga lima malah. Beda sama cewek yang dulu kamu ajak check in. Dulu, sih, masih seger, masih kenceng, 4
sambil tetap memperhatikan tubuhnya di depan cermin. Istri lalu membuka lemari pakaian, mengambil pakaian dari dalamnya. Masih memegang kepala dengan kedua tangannya, tanpa melihat ke arah istri. Ngomong apa, sih, kamu? Melempar pakaian yang diambil dari lemari pakaian, membuka handuk, dan memperlihatkan tubuhnya kepada suami, Ini! Lihat! Ini yang aku omongin. Sini, lihat sini! Suami hanya mengangkat kepalanya sesaat lalu kembali menundukkannya. Hah. Bahkan cuma ngeliat aja kamu sudah enggak mau, keluh istri sambil tersenyum kecut. Ya ya ya, baiklah, menutup kembali tubuhnya dengan handuk. Istri mengambil pakaian yang tadi dilempar ke tempat tidur lalu berjalan ke arah kamar mandi. Mau kemana? tanya suami. Pakai baju. Kenapa? Dimana? Ya, di kamar mandi. Enggak mungkin, kan, pakai baju di sini, nanti malah bikin kamu muntah, sambil masuk ke dalam kamar mandi lalu menutup pintunya dengan keras. 5