II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

DIVESIFIKASI LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN & REVIEW MATERI. Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

PENDIDIKAN KESETARAAN FITTA UMMAYA SANTI, S. PD., M. PD

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KELAS XI PAKET C SETARA SMA DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) PURWOKERTO

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

KONSEP DASAR PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Itu semua merupakan investasi sumber daya manusia yang secara potensial dapat menggerakkan dinamika pembangunan.

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 5 : Pulau Sulawesi dan Papua)

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 1 : Pulau Jawa)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,

2 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 4 : Pulau Kalimantan, Bali, NTB dan NTT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KETERAMPILAN MEMBATIK DALAM PROGRAM PAKET B DI PKBM KYAI SURATMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAKET B DI PKBM SEJAHTERA WADAS TRIDADI SLEMAN SKRIPSI

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penlitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 3 : Pulau Sumatera dan Maluku)

1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

BABI PENDAHULUAN. Mutu merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional,

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA. Renova Marpaung. Abstrak. Kata Kunci : Manajemen Mutu, Pembangunan, Pendidikan

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB II KAJIAN TEORETIK

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI PESERTA DIDIK PADA PAKET C KELAS TIGA DI SKB KOTA GORONTALO

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PALANGKA RAYA

2 peserta didik sebagaimana ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan yang berfungsi sebagai salah satu sarana penjaminan dan peningkatan mutu peny

Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI

PERLUASAN DAN PEMERATAAN AKSES PAUD BERMUTU DAN BERKESETARAAN GENDER DI SEMUA PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Kelas VIII SMP Negeri 1 Bulawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan umat manusia. berkualitas yang akan mampu menghadapi tantangan kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET A, B & C. Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO SINKRONISASI PRIORITAS NASIONAL DENGAN BELANJA DAERAH DALAM APBD TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

Penataan Kelembagaan PKBM

1. Pengertian Motivasi Belajar

Transkripsi:

12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Motivasi Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka dari itu para siswa harus mempunyai motivasi yang tinggi agar tercapainya keberhasilan belajar pembelajaran. Motivasi merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa sebagai pendorong dan penggerak seseorang untuk melakukan sesuatu. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern ( kesiapsiagaan ). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan / mendesak ( Sardiman, 1994:73 ). Motivasi merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa sebagai pendorong dan penggerak seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi sangat diperlukan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena dengan adanya motivasi siswa akan menjadi lebih bersemangat dan aktif dalam belajar. Antara

13 motif dan motivasi erat hubungannya. Motif erat hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai seseorang. Untuk mencapai tujuan perlu dilakukan sesuatu, yang menjadi tujuan dilakukannya sesuatu adalah motif sebagai dasar penggerak atau pendorong. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. ( Sardiman, 1994:75 ). Motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah karena akan membawa siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Hal ini diperkuat dengan pendapat Abin Syamsudin, bahwa motivasi merupakan kekuatan atau tenaga dan kesiapan dalam diri individu untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. ( Abin Syamsudin, 1999:28 ). Motivasi berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan sangat mempengaruhi keaktifan belajar siswa. Motivasi adalah penting bagi keaktifan belajar siswa, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu. ( Wasty Soemanto, 1990:21 ). Menurut Sardiman ciri-ciri orang yang memiliki motivasi yang tinggi adalah sebagai berikut : 1. Tekun menghadapi tugas ( dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai )

14 2. Ulet menghadapi kesulitan ( tidak lekas putus asa ) 3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Lebih senang bekerja sendiri 5. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin ( hal-hal yang bersifat mekanis, berulang- Ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif ) 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Tidak mudah melepas hal yang diyakininya itu 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. ( Menurut Sardiman, 1994:83 ). Dari ciri-ciri diatas dapat dijelaskan bahwa, orang yang termotivasi tidak akan pernah putus asa dalam segala aktivitas yang dilakukan, meskipun berat. Ada tiga fungsi motivasi adalah sebagai berikut : 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apayang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. ( Sardiman, 1994:83 ). Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa motivasi merupakan pendorong untuk melakukan sesuatu dalam bentuk aktifitas, salah satunya adalah belajar. Belajar dapat timbul dari dalam diri pribadi yang didorong oleh suatu tujuan. Siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam keaktifan belajar, tekun/ulet dan tidak mudah putus asa maka apa yang akan dicita-citakan pasti akan tercapai. 2. Konsep Warga Belajar Paket C

15 Pengertian warga belajar pada hakekatnya sama dengan siswa. Warga belajar adalah peserta didik yang mengikuti kegiatan belajar dalam kelompok belajar di pendidikan non formal, yang tidak terikat dengan usia. Secara umum sasaran Paket C adalah berusia 19 44 tahun. Akan tetapi Paket C Bina Bangsa Branti Kecamatan Natar menerima warga belajar baru yang baru lulus dari SMP atau tiga tahun di atas usia SMA/MA ( 16 18 tahun ). ( Ella Yulaelawati, dkk, 2008 : 3 ). Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. ( Syaiful Bahri Djamarah, 2000 ; 51 ). Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan Nonformal ( PNF ) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan formal. Pendidikan kesetaraan meliputi Program Paket A Setara SD/MI dan Paket B Setara SMP/MTS dan Program Paket C Setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah ( Ella Yulaelawati, dkk, 2008 : 3 ). Prioritas usia Paket C adalah 19 sampai 21 tahun atau tiga tahun diatas usia SMA/MA ( 16 18 tahun ). Secara umum sasaran Paket C adalah berusia 19 44

16 tahun. Pemegang ijazah Program Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA dan status kelulusan Paket C sama dengan lulusan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja. Program Pendidikan Kesetaraan menempati posisi strategis untuk mengatasi paling tidak tiga tantangan. Pertama, membantu penuntasan program Wajar 9 Tahun, dengan menarik kembali anak-anak putus sekolah di pendidikan dasar dan mengajak anak-anak yang tidak/ belum bersekolah karena miskin, untuk mengikuti program kesetaraan Paket A dan Paket B. Kedua, memberikan dorongan dan bantuan kepada anak-anak lulusan pendidikan dasar kembali anakanak yang putus sekolah di pendidikan menengah, untuk mengikuti program kesetaraan Paket C. Ketiga memberikan muatan pendidikan kecakapan hidup dan keterampilan praktis yang relevan dan dibutuhkan oleh dunia kerja, dan kemampuan merintis dan mengembangkan usaha mandiri, dalam rangka membantu mengatasi pokok persoalan mereka. Untuk menjawab berbagai perkembangan dinamika masyarakat seperti di atas, seiring dengan peningkatan mutu layanan pendidikan kesetaraan, maka diperlukan reformasi pendidikan kesetaraan. Reformasi ini bertujuan untuk melakukan revitalisasi fungsi pendidikan kesetaraan sebanding dengan pendidikan formal, terjaga mutu pelayanan pendidikannya melalui kurikulum, bahan ajar yang induktif tematis dan proses pembelajaran yang equivalen dengan pendidikan formal, serta meningkatkan kompetensi peserta didik dengan pendidikan kecakapan hidupnya. Disadari, diperlukan strategi dan pendekatan khusus dalam implementasi preformasi pendidikan kesetaraan ini, agar peserta didik benar-benar dapat merasakan manfaat pendidikan sesuai kondisi obyektif mereka yang

17 mengalami ketidakberdayaan sosial-okonomi. PNF ( pendidikan non formal ) Tujuannya agar peserta didik tidak mendapatkan sistem, muatan, dan perlakuan yang sama dengan yang diperoleh di pendidikan formal dasar/menengah umum. Pendidikan alternatif ini juga dapat menumbuhkan kepercayaan, ketertarikan, motivasi, dan potensi yang ada dalam hati peserta didik. Sistem dan model pendidikan kesetaraan akan dikembangkan dengan berorientasi pada kebutuhan peserta didik, yang mengacu pada dua hal pokok, yaitu penyampaian standar kompetensi lulusan dan penguasaan keterampilan bekerja atau membangun usaha mandiri (berwirausaha). Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan.pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendi dikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar. Pendidikan lanjutan meliputi program paket C (setara SLA), kursus, pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terogranisasi maupun tidak terorganisasi. Pendidikan Non Formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC) yang menjadi bagian komponen dari Community Center.

18 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa warga belajar Paket C adalah peserta didik yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di pendidikan non formal yang setara dengan sekolah lanjutan tingkat atas ( SLTA ). 3. Konsep Kegiatan Belajar Mengajar Istilah belajar dengan pembelajaran terdapat hubungan yang erat. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. ( Margaret E. Bell Greddler, 1994:1 ). Belajar menurut Gagne dalam Dimyati (1994:9) adalah kegiatan yang kompleks. Kompleks belajar tersebut dapat dilihat dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Jika dilihat dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar dan jika dilihat dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Sedangkan menurut pandangan Skinner dalam Dimyati (1994:9) belajar merupakan suatu prilaku. Pada saat siswa belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Jadi dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang dirancang sebagai akibat interaksi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Tujuan belajar adalah memahamkan seseorang terhadap hal-hal yang sedang dipelajari. Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa konsep kegiatan belajar mengajar merupakan proses terjadinya belajar mengajar yang dilakukan antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

19 B. Kerangka Pikir Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar apabila didukung beberapa hal, diantaranya adalah sarana dan prasarana, metode pengajaran yang bervarisai dan keadaan lingkungan yang baik. Sarana belajar merupakan aspek yang penting dalam kegiatan belajar di sekolah. Warga belajar akan aktif dan semangat dalam kegiatan belajar apabila disediakan tempat atau ruang serta dilengkapi dengan sarana belajar yang diperlukan. Sarana belajar yang lengkap akan menentukan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar, meliputi fasilitas sekolah, alat, buku bacaan, dan buku pelajaran, sehingga siswa terpacu untuk aktif dalam kegiatan belajar. Selain sarana, lingkungan kondusif dapat memberikan dampak baik terhadap motivasi belajar warga belajar. Lingkungan yang kondusif adalah lingkungan yang tidak terganggu dari pengaruh luar, seperti halnya keluarga, masyarakat dan sekolah. Lingkungan keluarga warga belajar, masyarakat dan sekolah di sekitar Paket C Bina Bangsa cukup baik, maka kegiatan belajar mengajar Paket C Bina Bangsa dapat berjalan dengan baik, walaupun belum lebih baik dan warga belajar juga belum mencapai motivasi yang lebih tinggi. Metode pengajaran yang digunakan guru / tutor juga menentukan keaktifan siswa untuk lebih giat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena di Paket C baru cukup

20 mempunyai sarana yang memadai seperti fasilitas sekolah, alat, buku bacaan, dan buku pelajaran, keadaan lingkungan yang kondusif serta metode pengajaran yang digunakan guru / tutor di Paket C cukup bervariasi, maka hal ini menjadi penyebab motivasi warga belajar Paket C terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah belum tinggi, akan tetapi dalam kategori sedang. C. Paradigma Warga Belajar Paket C Bina Bangsa Kelas X - Sarana dan prasarana sekolah cukup memadai - Lingkungan kondusif - Metode pengajaran tutor di Paket C bervariasi Motivasi Warga Belajar dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah Keterangan : : Garis Sebab : Garis Pengaruh