BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) terendah pada tahun 2011 di kawasan ASEAN adalah Singapura, yakni 3 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan 5 negara lain yakni Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Vietnam dan Thailand memiliki rentang AKI 15-199 per 100.000 kelahiran hidup. 4 negara lainnya termasuk Indonesia memiliki nilai AKI yang relatif tinggi yaitu 200-499 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,2011). Angka kematian ibu (AKI) menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada periode 2008-2012 di Indonesia adalah sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.jumlah ini mengalami kenaikan dari survey 5 tahun sebelumnya sebanyak 131 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian maternal atau kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada saat ibu sedang hamil, waktu melahirkan atau saat nifas (SDKI, 2012). Penyebab utama kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan sebesar 28%. Sebab lain, yaitu eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus 5%. Sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang (Depkes RI; WHO,2010). 1
2 Persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan sesuai prosedur akan mengurangi risiko permasalahan dalam persalinan serta memperbesar angka hidup bayi dan ibu. Pada tahun 2014 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga medis di Indonesia mencapai 88,68%. Namun cakupan ini belum memenuhi target tahun 2014 yang diharapkan mencapai 90%. Angka ini juga sangat bervariasi di berbagai provinsi. Tiga provinsi dengan cakupan tertinggi dan telah mampu memenuhi target yaitu DI Yogyakarta (99,96%), Jawa Tengah (99,17%), dan Bali (97,66%). Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan terendah yaitu Papua Barat (44,73%), Maluku (46,90%), dan Papua (63,15%) (Kemenkes RI, 2015). Akibat pertolongan persalinan yang tidak adekuat dari tenaga non medis ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan di antaranya perdarahan, robekan jalan lahir, dan retensio plasenta (Manuaba, 2010). Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan pada persalinan. Bila perdarahan terus berlanjut, pengeluaran plasenta secara manual mungkin diperlukan. Beberapa tindakan untuk menangani perdarahan seperti kuretase dan transfusi hanya bisa dilakukan di tempat pelayanan kesehatan. Dampak dari perdarahan yang tidak tertangani dengan baik dapat mengakibatkan syok hingga kematian pada ibu. Mengingat risiko perdarahan yang dapat mengancam jiwa ibu, penatalaksanaan kasus retensio plasenta sebaiknya dilakukan di rumah sakit (Cunningham, 2012). RSUD Surakarta merupakan rumah sakit tipe C dan terletak di daerah pemukiman padat penduduk. Menurut data yang diperoleh dari VK RSUD
3 Surakarta kasus retensio plasenta cukup banyak ditemukan. Pada tahun 2015, ditemukan 46 kasus retensio plasenta dari 1670 persalinan pervaginam atau sebanyak 2,75%. Penatalaksanaan kasus retensio plasenta di RSUD Surakarta tergolong baik karena kesemua ibu bersalin dengan retensio plasenta selamat. Komplikasi seperti perdarahan karena retensio sisa plasenta memang masih ditemukan sekitar 7 kasus, namun dengan kolaborasi yang baik dengan dokter spesialis seluruh kasus tersebut juga dapat ditangani dengan baik dan tidak sampai menimbulkan kematian ibu. Pentingnya peran seorang tenaga medis khususnya bidan dalam melakukan penatalaksanaan persalinan dengan retensio plasenta melatarbelakangi penulis untuk membuat Karya Tulis Ilmiah berupa Studi Kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. K G2P1A0 dengan Retensio Plasenta Disertai Syok Hipovolemik Ringan dan Anemia Ringan di RSUD Surakarta agar dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta sesuai dengan manajemen kebidanan menurut Varney sehingga risiko kematian ibu dapat dicegah. Studi kasus serupa pernah dilakukan oleh Romadhoni (2011) dari DIII Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. P G2P0A1 dengan Retensio Plasenta di VK RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro. Hal yang membedakan dengan studi kasus sebelumya yaitu subjek, waktu, tempat dan penatalaksanaannya.
4 B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskan suatu masalah yaitu: Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. K G2P1A0 dengan Retensio Plasenta disertai Syok Hipovolemik Ringan dan Anemia Ringan di RSUD Surakarta? C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Retensio Plasenta di RSUD Surakarta. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami penerapan (7 langkah Varney) pada kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta di RSUD Surakarta meliputi: a. Mengumpulkan data dasar secara subjektif dan objektif pada kasus ibu bersalin pada Ny. K dengan retensio plasenta disertai syok hipovolemik ringan dan anemia ringan di RSUD Surakarta. b. Melakukan interpretasi data klien untuk kasus ibu bersalin pada Ny. K dengan retensio plasenta disertai syok hipovolemik ringan dan anemia ringan di RSUD Surakarta. c. Menetapkan diagnosis potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan dari kasus ibu bersalin pada Ny. K dengan retensio plasenta
5 disertai syok hipovolemik ringan dan anemia ringan di RSUD Surakarta. d. Menetapkan kebutuhan atau tindakan segera untuk konsultasi, kolaborasi, merujuk kasus ibu bersalin pada Ny. K dengan retensio plasenta disertai syok hipovolemik ringan dan anemia ringan di RSUD Surakarta. e. Menetapkan rencana asuhan kebidanan untuk kasus ibu bersalin pada Ny. K dengan retensio plasenta disertai syok hipovolemik ringan dan anemia ringan di RSUD Surakarta. f. Menetapkan pelaksanaan tindakan untuk kasus ibu bersalin pada Ny. K dengan retensio plasenta disertai syok hipovolemik ringan dan anemia ringan di RSUD Surakarta. g. Menetapkan evaluasi efektivitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perlu. h. Menganalisis kesenjangan antara teori dan di lahan praktik. D. MANFAAT Manfaat secara aplikatif untuk institusi, klien dan masyarakat yaitu : 1. Institusi Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan penangan kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta.
6 2. Profesi Dapat dimanfaatkan untuk penyempurnaan layanan bagi profesi bidan dalam asuhan pada kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta. 3. Klien dan masyarakat Klien maupun masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang lebih optimal terutama untuk asuhan ibu bersalin pada dengan retensio plasenta.