PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT Devi Shintana O S* Cholina Trisa Siregar** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Staf Pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan Dasar Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone: 0852 7555 7512 E-mail: octaris_devi@yahoo.com ABSTRAK Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar yang difokuskan untuk kesembuhan pasien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat tentang RSUD Dr.Pirngadi Kota. Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasi, dengan metode cross sectional. Pengumpulan data dari perawat dan pasien dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan kuesioner. Penarikan sampel menggunakan simple random sampling diperoleh 93 orang perawat dan teknik accidental sampling diperoleh 30 orang pasien. Hasil analisa data menunjukkan bahwa pengetahuan perawat sebanyak 85 orang (91.4 %) dalam kategori baik, dan 17 orang (56.7 %) pasien menilai perilaku perawat dalam kategori cukup. Uji korelasi Spearman menyatakan koefisien korelasi (r) 0,164 dengan tingkat signifikan (p) 0,385 (> 0,05). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang perawat saat berkomunikasi dengan pasien. Saran untuk penelitian selanjutnya agar meneliti hubungan faktor endogen dan eksogen terhadap pengetahuan maupun perilaku perawat di rumah sakit. Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik, Pengetahuan, Perilaku, Perawat PENDAHULUAN Komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya oleh Purwanto (1994) disebut sebagai komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya, tetapi harus direncanakan, dipertimbangkan, dan dilaksanakan secara professional. Melakukan proses komunikasi terapeutik seorang perawat harus mengetahui dasar, tujuan, manfaat, proses atau teknik dan tahapan komunikasi dan melaksanakannya dengan sikap yang benar di rumah sakit (Mundakir, 2006). Jumlah perawat di seluruh rumah sakit Indonesia berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS Tahun 2000) sebanyak 107.029 orang. Jumlah perawat yang bekerja di Puskesmas berdasarkan Profil Kesehatan Tahun 2009 berjumlah 52.753 orang. Perawat di Indonesia, jumlahnya paling banyak bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya, sehingga perannya menjadi penentu dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di rumah sakit (DepKes RI, 2011). Perawat dituntut untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam melakukan tindakan keperawatan agar pasien atau keluarganya tahu tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien dengan cara perawat harus memperkenalkan diri, menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, membuat kontrak waktu untuk melakukan tindakan keperawatan selanjutnya. Kehadiran, atau sikap benar-benar ada untuk pasien, adalah
bagian dari komunikasi terapeutik. Perawat tidak boleh terlihat bingung, pasien harus merasa bahwa dia merupakan fokus utama perawat selama interaksi. Agar perawat dapat berperan aktif dan terapeutik, perawat harus menganalisa dirinya meliputi kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggung jawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat hendaknya bertujuan terapeutik untuk pasien (Hermawan, 2009). Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik terhadap perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien di RSUD Dr. Pirngadi Kota. Hipotesa penelitian yaitu ada hubungan pengetahuan perawat tentang RSUD Dr.Pirngadi Kota. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasi, dengan metode pendekatan cross sectional (Nursalam, 2009). Pengambilan jumlah sampel untuk responden perawat dilakukan dengan cara simple random sampling.diperoleh jumlah sampel perawat sebanyak 93 orang perawat. Pengambilan jumlah sampel untuk responden pasien dilakukan dengan cara accidental sampling. Diperoleh jumlah sampel untuk responden pasien sebanyak 30 orang. Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu editing, coding, processing dan cleaning. Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Statistik univariat Pada penelitian ini analisa data dilakukan dengan metode statistik univarat yaitu digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen (pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik) dan variabel dependen (perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien). Untuk menganalisa data tersebut digunakan program komputerisasi dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan persentase. 2) Statistik Bivariat Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen digunakan uji Spearman Rank yaitu uji yang digunakan mencari hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masingmasing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Pada penelitian ini, variabel independen (tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik) menggunakan skala ordinal dan variabel dependen (perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien) juga menggunakan skala ordinal. Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasinya (Dahlan, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi Terapeutik di RSUD Dr.Pirngadi Kota Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik (n = 93) di RSUD Dr. Pirngadi Kota pada bulan Juni-Juli 2012 Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi Terapeutik 21-25 (cukup) 26-32 (baik) Frekuensi 8 85 Persentase (%) 8.6 91.4 Berdasarkan hasil analisa data kuesioner dari sebanyak 93 perawat, pada tabel 1 mayoritas pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik di RSUD Dr.Pirngadi Kota sebanyak 85 orang (91,4 %) adalah dalam kategori baik dan
sebanyak 8 orang (8,6 %) adalah dalam kategori cukup. Perilaku Perawat saat Berkomunikasi dengan Pasien di RSUD Dr.Pirngadi Kota Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien (n = 30) di RSUD Dr. Pirngadi Kota pada bulan Juni-Juli 2012 Perilaku Perawat saat Berkomunikasi dengan pasien 15-24 (Kurang) 25-34 (Cukup) 35-45 (Baik) Frekuensi Persentase (%) 8 17 5 26.7 56.7 16.7 Berdasarkan hasil analisa data kuesioner pada tabel 2 diperoleh pasien yang menilai perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien di RSUD Dr.Pirngadi Kota berada dalam kategori cukup sebanyak 17 orang (56,7 %), sebanyak 8 orang (26,7 %) dalam kategori kurang, dan sebanyak 5 orang (16,7 %) dalam kategori baik. Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi Terapeutik terhadap Perilaku Perawat saat Berkomunikasi dengan Pasien di RSUD Dr. Pirngadi Kota. Tabel 3. Hasil analisa hubungan pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik (n=93) terhadap perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien (n=30) di RSUD Dr. Pirngadi Kota pada bulan Juni-Juli 2012 Variabel r p Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi Terapeutik. Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien. 0,164 0,385 Analisa hubungan pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik terhadap perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien pada tabel 3 diukur dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menyatakan koefisien korelasi (r) antara pengetahuan perawat tentang perawat saat berkomunikasi dengan pasien yaitu 0,164 dengan tingkat signifikan (p) 0,385 (> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa kekuatan hubungan yang ada sangat lemah dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang RSUD Dr. Pirngadi Kota. Pembahasan Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi Terapeutik di RSUD Dr.Pirngadi Kota Pengetahuan merupakan apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu seperti hasil dari kenal, mengerti dan pandai. Pengetahuan yang ada pada seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai informasi yang didapat baik dari internet, surat kabar, tabloid atau majalah, radio, televisi, pendidikan atau bahkan dari orang lain (Ayu, 2002). Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (Depdikbud, 2002). Hasil analisa data pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik di RSUD Dr.Pirngadi Kota terhadap 93 orang perawat, didapat sebanyak 85 orang (91.4 %) dalam kategori baik dan sebanyak 8 orang (8,6 %) dalam kategori cukup. Hasil ini sesuai dengan Nasir (2009) yang mengatakan dalam melaksanakan komunikasi terapeutik, perawat harus memiliki kemampuankemampuan antara lain : pengetahuan yang cukup, keterampilan yang memadai serta teknik dan etika komunikasi yang baik. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu pengalaman pribadi atau pengalaman kerja juga dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Proses dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997). Pernyataan ini sesuai dengan data demografi dimana 33 orang (35,5 %) perawat memiliki pengalaman kerja > 11 tahun Perilaku Perawat saat Berkomunikasi dengan Pasien di RSUD Dr.Pirngadi Kota Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Definisi lain dari perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya (Sunaryo, 2004). Hasil analisa data menyatakan sebanyak 17 orang (56.7 %) pasien menilai perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien dalam kategori cukup. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku baik endogen (dari dalam individu) maupun eksogen (dari luar individu). Sifat kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku yang berasal dari dalam diri individu. Pikiran dan perasaan sering digunakan oleh seseorang dalam usaha dan adaptasi yang terus-menerus dalam hidupnya. Faktor lingkungan adalah faktor dari luar yang mempengaruhi perilaku individu. Lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik fisik, biologis, maupun sosial (Sunaryo, 2004). Faktor lain yang mempengaruhi perilaku adalah usia. Usia dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru seperti banyaknya tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh perawat dan jam kerja shift yang berlaku di rumah sakit. Usia dewasa awal dikenal dengan masa kreatif dimana individu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis, berpikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya ingat (Hurlock 1996). Dari data demografi didapat bahwa sebanyak 65 orang (69,9 %) perawat berada pada rentang usia dewasa awal (20-40 tahun). Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi Terapeutik terhadap Perilaku Perawat saat Berkomunikasi dengan Pasien di RSUD Dr. Pirngadi Kota Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila suatu tindakan didasari oleh pengetahuan maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng juga tidak sesuai dengan penelitian ini. Hasil ini dapat dijelaskan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Sunaryo (2004), faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang meliputi faktor endogen (dari dalam individu itu sendiri) yaitu ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan, serta inteligensi dan faktor eksogen (dari luar individu) diantaranya adalah lingkungan, agama, sosial ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan studi Manggala (2008) yang menyimpulkan bahwa persepsi perawat dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik ada korelasi yang kuat, namun pengetahuan perawat dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik ada korelasi atau hubungan tetapi nilainya sangat lemah. Hasil nilai antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik pada penelitian ini diperoleh nilai p=0,540 dengan nilai r = 0,063 dan arah korelasi negatif. Nilai r=0,063 menunjukan korelasi yang sangat lemah antara pengetahuan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Hasil penelitian lain yaitu Rizkani (2009) menunjukkan bahwa r=0.062 dengan p = 0.305. Ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku asertif perawat dalam membina hubungan interpersonal.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan domain kognitif, dimana tingkat ketiga setelah tahu dan paham adalah aplikasi, hal ini berarti seseorang yang tahu dan paham tentang komunikasi terapeutik seharusnya dapat mengaplikasikannya dalam hal ini perilaku rumah sakit. Peneliti berasumsi bahwa sebelum domain pengetahuan dalam diri seseorang sampai pada tingkat aplikasi, domain tahu dan paham sudah harus ada dalam diri seseorang dan proses mengaplikasikan ini mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama. Sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas lama kerja perawat masih di bawah 11 tahun. KESIM PULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik terhadap perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Mayoritas pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik berada dalam kategori baik (91,4 %). Perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien berada dalam kategori cukup (56,7 %). Koefisien korelasi (r) antara pengetahuan perawat tentang perawat saat berkomunikasi dengan pasien yaitu 0,164 dengan tingkat signifikan (p) 0,385 (> 0,05). Artinya kekuatan hubungan yang ada sangat lemah atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik terhadap perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien. Hubungan pengetahuan perawat tentang RSUD Dr.Pirngadi Kota sangat lemah. Artinya Ho gagal ditolak dimana hipotesa yang menyatakan adanya hubungan pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik terhadap perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien tidak dapat diterima. Saran Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang penting mengenai ada atau tidaknya hubungan antara pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik terhadap perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien sehingga menjadi sumber data yang berguna untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang mengkaji tentang komunikasi perawat di rumah sakit. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penarikan jumlah sampel yang tidak sama antara kedua variabel dan mungkin mempengaruhi hasil penelitian. Saran bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penarikan jumlah sampel yang sebanding antara jumlah perawat dengan pasien. Penelitian ini tidak membahas hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan maupun perilaku perawat, maka pada penelitian berikutnya perlu diteliti apakah ada hubungan faktor endogen dan eksogen terhadap pengetahuan maupun perilaku perawat. DAFTAR PUSTAKA Dahlan, M. S. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika. DepKes RI. (2011). Perawat Mendominasi Tenaga Kesehatan. Diambil tanggal 05 Oktober 2011 dari www.depkes.go.id. Hermawan, AH. (2009). Persepsi Pasien tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Asuhan Keperawatan pada Pasien di Unit Gawat Darurat RS. Mardi Rahayu Kudus. Diambil tanggal 5 Oktober
2011 dari : http://eprints.undip.ac.id/10473/1/ ARTIKEL.pdf Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi 5. Jakarta : Erlangga Manggala, G (2007). Hubungan Persepsi dan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang Rawat Inap RSU Dr.Kardinal Tegal. 10 Mei 2012 dari http://eprints.undip.ac.id/10259/1/gat ot_manggala.pdf Mundakir. (2006) Komunikasi Keperawatan, Aplikasi dalam pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nasir, dkk. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2003).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Sunaryo (2004) Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.