MENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA. Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi

dokumen-dokumen yang mirip
Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan,

Konsep Dasar Kegiatan Bank

Program implementasi API dilaksanakan secara bertahap

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Membangun Fundamental Perbankan yang Kuat 1

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/19/PBI/2009 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM

DAFTAR ISI. Daftar isi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 19 /PBI/2009 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasional usaha menyebabkan kebutuhan akan sistem pengendalian yang

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

DAFTAR ISI... İ PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BPR BPR DANA KARUNIA SEJAHTERA TAHUN

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14 /PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Krisis Corporate Governance pertama terjadi pada tahun

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

PERLINDUNGAN dan PEMBERDAYAAN NASABAH BANK DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PT.BANK RIAU KEPRI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. yang melaksanakan Corporate Governance (CG) dengan baik akan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berperan

DAFTAR ISI. Daftar isi 1

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB 1. dengan sifat bank sebagai lembaga yang highly geared. berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang melanda sebagian besar wilayah dunia

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian politik di Eropa dan kebijakan moneter USA, semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

Kesimpulan Umum Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2007

BAB VI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi mengenai perasahaan yang go public kepada pihakpihak

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. SAMARINDA, 2 juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka economy recovery, pemerintah Indonesia dan International

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

I. PENDAHULUAN. kemampuan kerja dan kemampuan-kemampuan lainnya. Pesatnya pertumbuhan perbankan di Indonesia menyebabkan diperlukannya

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah asing good corporate governance (GCG) tidak dapat

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Masih terbayang dibenak kita aksi protes yang dilakukan salah satu nasabah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

PERINGKAT Bobot Skor ANALISIS SELF ASSESMENT 2.000% 0.027

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN. posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia,

% % % % 0.002

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa pengaruh..., Wendy Endrianto, FE UI, 2010.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Kasus yang menimpa Enron dan WorldCom menjadi salah satu contoh

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berhasil diraih organisasi dalam setahun. Isi dari laporan tahunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang baik Good Corporate Governance (GCG), sedangakan di luar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transkripsi:

MENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi mengumumkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dimana salah satu program API adalah mempersyaratkan modal minimum bagi bank umum (termasuk BPD) menjadi Rp.100 miliar selambat-lambatnya pada tahun 2011. Setelah melakukan penyelesaian penyusunan cetak biru API pada tahun 2003, maka sejak tahun 2004 ini secara bertahap dalam jangka waktu lima sampai dengan sepuluh tahun kedepan API akan diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi Arsitektur Perbankan Indonesia adalah menciptakan sistim perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistim keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pada dasarnya implementasi API di Indonesia seiring dengan implementasi arsitektur keuangan global yang diprakarsai oleh Bank for Internasional Settelmenst (BIS). Wacana arsitektur keuangan global mulai berkembang sejak tahun 1998 yang menginginkan kestabilan keuangan global yang ditenggarai oleh pelajaran berharga pada masa krisis di kawasan Asia Tenggara dimasa lalu. Krisis perbankan di Asia Tenggara yang terjadi dimasa lalu ternyata tidak hanya memusingkan Pemerintah dan Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasan bank dengan fungsi yang diembannya sebagai lender of last resort tetapi juga turut membuat pusing negara-negara pemberi pinjaman

(kreditor asing) pada masa itu. Oleh karenanya sekali lagi dapat dipahami mengapa BIS mempublikasikan secara gencar akan pentingnya perhatian serius terhadap kestabilan keuangan melalui program arsitektur keuangan global. Sistim perbankan yang sehat dibangun dengan permodalan yang kuat sehingga akan mendorong kepercayaan nasabah (stakeholder) yang selanjutnya bank akan mampu memperkuat permodalan melalui pemupukan laba ditahan. Selanjutnya perbankan nasional yang beroperasi secara efisien akan mampu meningkatkan daya saingnya sehingga tidak hanya jago kandang yaitu hanya mampu bersaing di sekmen pasar domestik tetapi justru diharapkan produk dan jasa perbankan yang ditawarkan bank nasional mampu bersaing di pasar internasional. Oleh karenanya, dalam 10 sampai dengan 15 tahun kedepan, API menginginkan akan terdapat 2 sampai 3 bank dengan skala bank internasional, 3 sampai 5 bank nasional, 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu dan BPR serta bank dengan kegiatan usaha terbatas. Tentu perlu dipertimbangkan mengenai nasib 55 bank yang saat ini belum mencapai permodalan minimum sebesar Rp.100 milliar. Apa saja yang dapat dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan?. Upaya yang dilakukan bank dapat dengan beberapa cara atau kombinasinya yaitu, pertama, diharapkan terdapat penambahan modal baru baik dari shareholder lama bank maupun investor baru. Kalau pemegang saham lama dari masing-masing 55 bank tersebut tergolong likuid dan solvable tentu tidak ada masalah tetapi sebaliknya kalau tidak maka sejak 2004 ini, pemegang saham bank perlu menyusun suatu strategi yang dituangkan dalam bisnis plan tentang upaya-upaya apa yang akan dilakukan kedepan mencapai permodalan Rp.100 milliar.

Kedua, upaya yang dapat dilakukan bank adalah penggabungan usaha (merger) dengan beberapa bank. Merger bank ini seperti orang yang menikah (kawin) dimana dari hasil perkawinan akan ada penggabungan modal (harta) yang juga menciptakan sinergi dan efisiensi. Ketiga, dengan secondary offering di pasar modal (Go-Public), bank akan mampu meningkatkan permodalan. Tetapi tentu saja bank harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan BAPEPAM sebagai perusahaan Go Publik. Keempat, penerbitan pinjaman subordinasi dapat diakui sebagai komponen dalam perhitungan modal bank. Namun ada ketentuan perbankan yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar pinjaman subordinasi dapat diakui sebagai modal pelengkap dalam struktur permodalan bank. Program penguatan struktur permodalan perbankan merupakan kelanjutan dari program memperkuat ketahanan sistim perbankan yang dilakukan melalui program restrukturisasi perbankan sejak tahun 1999. Program restrukturisasi perbankan merupakan upaya mewujudkan stabilitas sistim keuangan yang sangat terkait erat dengan fungsi Bank Indonesia sebagai lender of last resort. Oleh karenanya visi yang dicapai API seiring dengan kerangka 3 pilar utama yang diusulkan oleh Basel Accord II yang terdiri atas pertama, mempertahankan tingkat permodalan minimum dalam rangka meningkatkan kesetaraan dalam persaingan (level playing field). Agar target 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank skala internasional dapat dicapai, diperlukan dukungan peningkatan permodalan perbankan nasional sehingga setara kemampuan permodalannya dengan bank-bank asing yang beroperasi secara global. Pilar kedua BIS adalah supervisory review process yang intinya mempersyaratkan otoritas pengawas memastikan

bahwa setiap bank memiliki proses penilaian internal dalam menghitung kecukupan modal dikaitkan dengan profil risiko. Dukungan permodalan dan risk manajemen perbankan nasional dalam program API bertujuan agar bank-bank yang tergolong skala internasional nantinya dapat sejajar dengan bank-bank asing tertutama terbentuknya kepercayaan asing terhadap perbankan nasional; dan pilar ketiga BIS yang mendorong terciptanya market dicipline dilakukan dengan cara memperluas aspek pengungkapan informasi (disclosure) bank. Pengungkapan informasi bank (disclosure) yang efektif merupakan hal yang mendasar guna memastikan bahwa para pelaku pasar memahami profil risiko bank secara menyeluruh dengan kecukupan modal yang disediakan. Transparansi yang dapat dipercaya akan memberikan manfaat mendorong terciptanya market dicipline sehingga kepercayaan para penyimpan dana, investor dan stakeholder lainnya dapat dipertahankan. Pada dasarnya dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Risk Manajemen pada Bank Umum telah mengadopsi praktek risk manajemen yang sesuai dengan praktek internasional. Hal-hal yang diatur dalam PBI tersebut antara lain pertama, kewajiban pengawasan aktif dari manajemen bank, termasuk dewan komisaris; kedua, Ketersediaan kebijakan, prosedur, serta penetapan limit risiko; ketiga,kecukupan pengukuran dari risiko-risiko yang dihadapi bank, sistim informasi serta pengendalian eksposur risiko dan keempat, keandalan sistim pengendalian intern yang komprehensif Sesuai dengan usulan Basel Accord tersebut, salah satu sasaran yang akan dicapai dalam rangka pencapaian visi API dilakukan dengan menciptakan good corporate governance (GCG) melalui penguatan kondisi internal perbankan. Kasus-kasus

perbankan yang terjadi baru-baru ini seperti kasus manipulasi di Bank BNI dan BRI, menimbulkan kesan seakan-akan skandal kecurangan (fraud) hanya terjadi di Indonesia pada hal skandal Enron dan World Com juga telah terjadi di negara besar US. Namun demikian, tidak berarti dengan kejadian di negara lain maka kita menjadi pesimis. Disisi lain, pada saat ini terdapat berbagai model GCG yang dilakukan oleh otoritas pengawas lembaga keuangan di berbagai negara dalam rangka meningkatkan GCG. Sebagai contoh, New York Stock Exchange (NYSE) pada akhir tahun 2003 lalu juga mengeluarkan penyempurnaan pedoman GCG yang berlaku pada seluruh perusahaan Go-Publik. Salah satu aturan GCG versi NYSE yang diharuskan dan cukup radikal adalah tidak mengakui seseorang sebagai kategori direksi independen apabila yang bersangkutan pernah bekerja lebih dari 5 tahun di perusahaan yang mengangkatnya sebagai direktur independen. Selain itu, mayoritas jajaran direksi harus tergolong direktur independen. Prinsipnya independensi ini tidak hanya di atas kertas tetapi dalam kenyataannya masih sulit diterapkan mengingat campur tangan pemilik mayoritas bank kadang-kadang sulit untuk dicegah karena masih ada anggapan bahwa yang menggaji adalah pemegang saham mayoritas. Salah satu program yang akan dilakukan dalam implementasi API yang dimulai sejak tahun 2004 ini adalah meningkatkan GCG dengan menetapkan minimum standard GCG dan mendorong bank-bank untuk go publik. Dengan menjadi bank Go-Publik maka persyaratan transparansi dan kontrol pengendalian masyarakat menjadi semakin besar, sehingga kasus-kasus perbankan dikemudian hari dapat diminimalkan untuk tidak terulang kembali. Paling tidak apabila terjadi kasus-kasus perbankan harus segera diumumkan sesuai persyaratan bank Go-Publik.

Secara keseluruhan pelaksanaan program implementasi API terdiri atas enam pilar dan implementasi pilar-pilar dimaksud dilaksanakan dengan 19 inisiatif yang pelaksanaan seluruhnya dimulai tahun 2004. Program API tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap perbankan nasional tetapi dalam internal pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga terdapat aktivitas yang dilakukan melalui kegiatan pilar 3 yaitu peningkatan fungsi pengawas dan pemeriksa bank yang selama ini merupakan kewenangan Bank Indonesia. Salah satu sasaran yang tidak kalah pentingnya terkait dari implementasi arsitektur perbankan adalah pilar ke enam yaitu program peningkatan perlindungan nasabah. Memberdayakan kepentingan nasabah melalui penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independensi, peningkatan transparansi informasi dan produk perbankan serta edukasi bagi nasabah sejalan dengan fenomena visi dan misi perusahaan global pada abad 21 ini yaitu how to satisfy the customer.