BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
IFFATUZ ZUHDAH NIM

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB IV ANALISIS. Pada perancangan objek Sentral Wisata Kerajinan Rakyat memiliki fungsi

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

Bab 6. Hasil Perancangan. bertemakan historicism ini mengambil dari nilai kandungan dalam surat Yunus

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

2.8 Kajian dan konsep figuratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang). 59 bagian 3 hasil Rancangan dan pembuktiannya Narasi dan Ilustrasi

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB VI HASIL RANCANGAN. Dalam perancangan museum ini menggunakan dasar pemikiran dari alur

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

Transformasi pada objek

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL RANCANGAN. Banyak Kota batu, merupakan perancangan kawasan wisata yang memiliki dua

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. (RSUD) kelas C non pendidikan berbasis low cost ini adalah Low Energy Building

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. digunakan adalah menggabungkan dari aspek-aspek mendasar seperti tema,

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI HASIL RANCANGAN. utama yang di bagikan dalam kebutuhan primer, sekunder, dan penunjang, dari

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

Komentar, Kritik dan Saran dari Diskusi Sidang Tugas Akhir (13 Juli 2011)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan muncul setelah melihat potensi kebudayaan di Madura

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. merupakan hasil dari kumpulan alternatif-alternatif yang ada pada bab analisis.

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. tema Arsitektur Organik dan kandungan al Qur`an surat Al An am ayat 99 dan al

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

Transkripsi:

BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan sarana pengenalan proses produksi kerajinan kepada pengunjung secara langsung. Rancangan dengan tema Remodel Historic Keeps the Ambience Alive dengan penerapan beberapa prinsip Historicism, arsitektur, sejarah dan dasar keislaman yang menjadi bagian dari bangunan objek rancangan. Prinsip prinsip arsitektur historicism dengan pengambilan pembabakan sejarah Singosari yang menjadi batasan rancangan objek sentral wisata kerajinan rakyat memiliki keterkaitan yang dapat dilihat pada pembahasan berikut: 115 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Kesinambungan Sejarah Kerajaan Singosari, Tema dan Kajian Arsitektural SEJARAH KERAJAAN SINGOSARI TEMA: HISTORICISM KAJIAN ARSITEKTURAL Era Konflik Perebutan kekuasaan dengan latar belakang balas dendam Nilai sejarah yang menceritakan proses berdirinya Singosari Menampilkan karakter ragawi dan tanragawi Bentuk dan warna saling kontras, menyesuaikan watak pelaku sejarah pada pembabakan konflik Bentuk kontras diterapkan pada tampilan bangunan yang terkesan bertabrakan, Warna kontras, ditarapkan pada warna bangunan yang cenderung gelap dipadukan dengan warna merah ornamentasi yang mencolok. Gambar 6.1 Tampilan Bangunan pada Zona Konflik SEJARAH KERAJAAN SINGOSARI TEMA: HISTORICISM KAJIAN ARSITEKTURAL Era rekonsiliasi Penyelesaian konflik antar penerus kerajaan dengan bekerjasama antara dua kubu untuk menstabilkan negeri Komponen klasik, dengan penyelesaian modern. Menampilkan keserasian antara dua hal berbeda Meredakan kontras dengan bentuk dan warna yang lebih ringan Bentuk bangunan menunjukkan pergerakan yang lebih sederhana namun masih membawa sedikit tampilan ketidakaturan, Warna ornamen masih menunjukkan kekontrasan namun dengan warna jingga yang terkesan lebih tenang Gambar 6.2 Tampilan Bangunan pada Zona Rekonsiliasi 116 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

SEJARAH KERAJAAN SINGOSARI Ekspedisi Pamalayu, Era memperkuat pemersatuan hubungan Nusantara Singosari- Melayu Ornamentasi bunga Ornamentasi dari Melayu diterapkan pada selubung bangunan. Langgam atap Melayu dengan adanya kemiringan dipadukan dengan transformasi bentuk dari tampilan yang terkesan bersifat menaungi namun masih memiliki sedikit unsur transformasi dari ketidakaturan. Bentukan khas dari Negara masing-masing TEMA: HISTORICISM Menampilkan karakter daerah Melayu dipadukan dengan karakter khas Singosari Ornamentasi khas Melayu KAJIAN ARSITEKTURAL Perpaduan langgam dan ornamentasi masing-masing daerah Gambar 6.3 Tampilan Bangunan pada Zona Pemersatuan Nusantara Tabel 6.1 Kesinambungan Sejarah, Tema dan Rancangan () 6.2 Rancangan Tapak Sentral Wisata Kerajinan Rakyat mewadahi kegiatan yang di bagikan dalam kebutuhan primer, sekunder dan penunjang yang kemudian di bentuk zoning sesuai fungsi dan kebutuhan. Pembentukan massa dengan sirkulasi yang cenderung linier panjang dalam penyesuaian tema historicism. Rancangan sirkulasi pengunjung yang diarahkan langsung menuju bangunan sehingga hampir semua ruang-ruang yang ada dibentuk dan difungsikan menjadi area publik. Alur sirkulasi pengunjung linier memanjang dari entrance menuju exit sehingga pada bagian luar tapak difungsikan sebagai rest area pada taman-taman di sekitar bangunan. 117 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Pembagian area bangunan dan area taman seperti pada Gambar 6.4 dibawah ini. Taman pada bagian belakang area pengelola untuk memberikan suasana sejuk Rest Area pada bagian belakang, diletakkan di dekat jalur exit. Rest Area pada bagian depan bangunan sebelum entrance menuju bangunan. Entrance Pengunjung Gambar 6.4 Layout Plan 118 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Dari tatanan layout seperti tergambar di atas, tampilan bangunan dapat dilihat pada gambar tampak dan potongan kawasan pada Gambar 6.5 berikut. Gambar 6.5 Tampak dan Potongan Kawasan 119 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.2.1 Penataan Massa Tatanan bangunan sesuai dengan fungsi yang melibatkan banyak massa, maka bangunan dibentuk menjadi dua lantai dengan pembagian lantai satu diperuntukkan bagi pengrajin dan pengelola sedangkan untuk pengunjung yang dapat ditampung dengan jumlah banyak akan diarahkan menuju lantai dua. Pembagian area bagi pengunjung dan pengrajin atau pengelola tetap menyesuaikan dengan pembagian tema historicism yang menerapkan sejarah Singosari. Pembagian fungsi dan ruang pada objek secara linier dengan menerapkan tiga tahap sejarah Singosari (Gambar 6.6). Sesuai dengan prinsip tema yang mengambil tiga pembabakan sejarah dari cerita Kerajaan Singosari yaitu zona konflik, zona rekonsiliasi dan zona pemersatuan nusantara, pembagian tiga fungsi ruang produksi kerajinan pada bangunan juga terbagi menjadi tiga zona: Zona konflik dengan cerita sejarah konflik antar raja-raja Singosari dan keturunannya, diterapkan dengan fungsi utama objek yaitu sebagai ruang produksi kerajinan dengan tetap menyajikan ruang publik bagi pengunjung yang dapat menyaksikan proses produksinya. Zona rekonsiliasi dengan cerita sejarah kerajaan singosari yang mulai muncul peredaan dari konflik, dengan penerapan pada objek dengan memberikan jembatan penghubung untuk menuju ke bangunan selanjutnya. Jembatan penghubung sebagai simbolik proses menuju suatu kondisi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. 120 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Zona pemersatuan nusantara dengan cerita sejarah meluasnya kerjasama kerajaan Singosari dengan kerajaan-kerajaan di beberapa penjuru nusantara, penerapan pada bangunan dengan fungsi objek yang menghasilkan ruang bersama bagi pengunjung dan pengrajin juga pengelola. Zona Pemersatuan Nusantara Zona Rekonsiliasi Zona Konflik Gambar 6.6 Pembagian Zona pada Lantai Satu 121 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Zona Pemersatuan Nusantara Zona Rekonsiliasi Zona Konflik Gambar 6.7 Pembagian Zona pada Lantai Dua Pembagian zona pada lantai dua sesuai dengan pembagian zona yang mengacu pada pembabakan sejarah seperti pada Gambar 6.7, aktivitas dan sirkulasi pada objek terutama bagi pengunjung agar dapat merasakan suasana pembabakan sejarah dengan aktivitas yang memperkenalkan pengunjung pada kerajinan. Hampir secara keseluruhan bangunan bersifat ruang publik, pada bagian zona pemersatuan nusantara bersifat ruang bersama, namun pengunjung diarahkan untuk melewati setiap zona. 122 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.2.2 Penzoningan Pembagian zona sesuaikan pada pembagian zona sejarah, antara lain: Zona Konflik Ruang produksi dengan tingkat kebisingan yang cukup tinggi berada pada zona konflik untuk menggambarkan suasana gaduh. Pengunjung dapat menyaksikan para pengrajin memproduksi kerajinan tetapi berada di ruang yang berbeda. Hal tersebut dapat menggambarkan suasana dua kegiatan yang berbeda dalam satu suasana, selain itu memberikan kesan bersama namun terpisah sehingga dapat mendukung suasana pada zona konflik yang diterapkan. Pada denah area konflik Gambar 6.8 di bawah ini, zona pengunjung pada area perkerasan sedangkan lantai pada ruang produksi untuk pengrajin dan pengelola. Gambar 6.8 Zona konflik 123 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Zona Rekonsiliasi Zona rekonsiliasi merupakan zona yang menggambarkan perubahan kondisi dari zona sebelumnya, zona konflik, menuju zona selanjutnya. Pada objek ini, zona rekonsiliasi menjadi area yang menghubungkan zona konflik menuju zona pemersatuan nusantara. Penerapan pada objek dengan adanya jembatan penghubung yang menjadi jalur utama bagi pengunjung untuk memberikan kesan perjalanan menuju karena jembatan tersebut menjadi satu-satunya jalur menuju ruang bersama dengan suasana lebih luas. Letak zona rekonsiliasi dapat dilihat pada Gambar 6.9 berikut, Gambar 6.9 Zona rekonsiliasi 124 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Zona Pemersatuan Nusantara Pada zona yang terakhir, zona pemersatuan nusantara dengan menjadikan objek menjadi ruang bersama. Pada objek diterapkan dengan adanya ruang yang dapat menjadi interaksi antara pengunjung dengan pengelola atau pengrajin. Salah satu contoh pada ruang restoran dengan suasana ternaung tanpa dinding luar agar dapat melihat suasana lingkungan disekitar bangunan sehingga kesan nusantara yang muncul dalam suasana pandang yang luas seperti pada Gambar 6.10 berikut. Gambar 6.10 Zona pemersatuan nusantara 125 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.2.3 View View ke dalam Untuk menuju ke dalam bangunan, pengunjung dimudahkan karena alur linier pada bangunan dengan satu entrance utama sehingga pengunjung dapat langsung menuju alur zonase pada objek. Untuk dapat mencapai view yang leluasa menuju bangunan, perlu ada jarak antara ruang luar site dengan bangunan dengan taman terbuka yang berada di depan bangunan. Penanda pada bangunan yang mengarahkan pengunjung menuju bangunan seperti Gambar 6.11 berikut, Gambar 6.11 view ke bangunan 126 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

View ke luar Fungsi utama bagi pengunjung berada di lantai dua pada bangunan, sehingga cukup memiliki view ke luar bangunan yang menarik. Terutama pada bangunan yang berada di zona pemersatuan nusantara, view yang luas menjadi satu penerapan perluasan dari pembabakan sejarah yang diambil. Restoran dan beberapa ruang yang lain diperuntukkan menjadi ruang bersama bagi pengunjung dengan suasana dapat melihat keluar bangunan, seperti pada Gambar 6.12 di bawah ini, Gambar 6.12 view ke sekitar bangunan 127 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.3 Rancangan Bangunan 6.3.1 Bentuk bangunan Bentuk dasar bangunan yang mengadaptasi unsur ruang candi singosari dengan empat sisi bangunan yang menonjol, pada bagian ini bangunan dijadikan sebagai fungsi utama objek rancangan yaitu sebagai ruang produksi kerajinan. Bentuk tersebut berada pada zona konflik sehingga menampilkan bentuk yang cukup distorsi dari bentuk candi yang diambil seperti pada Gambar 6.13 di bawah ini. Gambar 6.13 Eksterior zona konflik Zona selanjutnya yaitu zona rekonsiliasi yang bermakna peredaan konflik seperti pada Gambar 6.14, ditampilkan dengan bentuk yang sama dengan zona konflik tetapi dengan bentuk yang sedikit lebih teratur. 128 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Gambar 6.14 Eksterior zona rekonsiliasi Berlanjut ke bangunan pada zona pemersatuan nusantara seperti yang tampak pada Gambar 6.15 di bawah ini, bentuk bangunan sedikit mengambil bentuk kemiringan atap dari atap Melayu, wilayah kerajaan yang bekerjasama dengan kerajaan Singosari pada sejarahnya. Bentuk bangunan yang lebih luas dengan atap yang menaungi beberapa aktivitas pada ruang bersama di bawahnya. bangunan Gambar 6.15 Eksterior zona pemersatuan nusantara Gambar 6.16 menjelaskan alur zonase pada keseluruhan rancangan Gambar 6.16 Alur zonase (garis merah) pada bangunan 129 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.3.2 Fasad bangunan Adanya ornamentasi Melayu pada setiap selubung bangunan menjadi salah satu menerapan adanya unsul Melayu pada objek rancangan. Pada tampilan bangunan untuk mendukung suasana zonase pembabakan sejarah, ada beberapa bagian bangunan yang beralur. Pada zona konflik, fasad dari bangunan yang berbentuk distorsi dengan warna ornamentasi yang mencolok sehingga memunculkan suasana gertakan namun tetap menjadi daya tarik pengunjung menuju sentral wisata, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.17 di bawah ini. Gambar 6.17 Tampak bangunan pada zona konflik Pada zona rekonsiliasi, menjadi zona peredaan konflik, ditampilkan dengan ornamentasi seperti pada Gambar 6.18 dengan warna yang tidak begitu mencolok namun masih kontras dengan bangunan secara keseluruhan. Suasana dalam bangunan juga menjadi pengarah yang berfungsi sebagai penghubung menuju zona selanjutnya. 130 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Gambar 6.18 Tampak bangunan pada zona rekonsiliasi Zona pemersatuan nusantara dengan bentuk yang mengadaptasi kemiringan bentuk atap Melayu dengan warna ornamentasi yang lebih tenang pada tampilan fasad, bentuk bangunan yang tampak lebih menyatu pada selubung bangunan menaungi kegiatan dan aktivitas di dalamnya seperti tampak pada Gambar 6.19. Gambar 6.19 Tampak bangunan pada zona pemersatuan nusantara Adanya ornamentasi pada seluruh selubung bangunan dengan perbedaan warna ornamentasi pada fasad bangunan menjadi pembeda bagian-bagian zonase bangunan namun tetap menjadi satu kesatuan bangunan. 131 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.4 Rancangan Ruang Dari area publik yang ada, akan dibagi menjadi area publik yang bersifat literal dan area publik yang bersifat bersama. area publik yang bersifat literal merupakan area publik dengan aktivitas publik namun aktivitas masih dapat dilakukan oleh pelaku tunggal, sedangkan area publik yang bersifat bersama merupakan area publik yang melibatkan pelaku aktivitas dengan jumlah lebih dari satu. Rancangan Wisata ini membentuk suatu jalur koridor panjang yang dimaksudkan untuk memberikan suasana suatu perjalanan sesuai dengan pembabakan sejarah yang diambil. Dengan menjelajahi setiap ruang yang ada untuk mendapatkan makna yang terdapat pada setiap pembentukan ruang bangunan. Terdapat juga area produksi yang bersifat privat bagi pengrajin dan pengelola, pengunjung dapat melihat dan menyimak pada proses aktivitasnya namun tidak dapat terlibat di dalam proses produksi kerajinan. Pembagian tapak sesuai dengan area yang dibutuhkan seperti pada Gambar 6.20 dan juga penjalasan denah pada pembagian tapak pada Gambar 6.21 berikut. 132 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Area publik bersifat bersama, mewadahi aktivitas yang melibatkan pelaku aktivitas dengan jumlah lebih dari satu. Ruang: workshop, musholla, area jual-beli dan restoran. Area publik bersifat literal, mewadahi aktivitas yang dapat dilakukan oleh pelaku aktivitas berjumlah tunggal. Ruang: koridor entrance dan area pameran. Gambar 6.20 Layout Plan 133 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Area bersama pada bagian belakang tapak sebagai akhir dari cerita sejarah pada pembabakan yang diambil. Area publik lateral pada bagian depan sebagai alur masuk bagi pengunjung yang langsung diarahkan pada area produksi kerajinan Gambar 6.21 Ruang produksi, area publik lateral 134 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Tatanan area pada lantai dua yang dapat dilihat pada Gambar 6.22 yang diperuntukkan bagi pengunjung dengan pembagian area publik yang sama dengan pembagian area lantai satu. Area publik bersifat bersama, mewadahi aktivitas yang melibatkan pelaku aktivitas dengan jumlah lebih dari satu. Ruang: workshop, musholla, jual-beli restoran. area dan Area publik bersifat literal, mewadahi aktivitas yang dapat dilakukan oleh pelaku aktivitas berjumlah tunggal. Ruang: koridor entrance dan area pameran. Gambar 6.22 Tatanan Ruang pada Lantai 2 135 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Pembagian ruang sesuai dengan pembabakan sejarah Singosari antara lain sebagai berikut: Zona Konflik Tatanan ruang pada zona konflik seperti pada Gambar 6.23 dengan fungsi produksi dan area pameran, fungsi ruang yang memiliki tingkat kebisingan tinggi untuk mendukung suasana konflik. Selain itu sirkulasi produksi yang utama pada zona konflik yaitu bada bagian depan bangunan berada pada lantai satu. Untuk area pameran dengan sirkulasi pengunjung dengan mengkondisikan jumlah massa yang cukup banyak ditempatkan pada lantai dua. Ruang Produksi Entrance Rest area bagi pengunjung Jalur entrance yang ada pada area produksi kerajinan Gambar 6.23 Interior pada zona konflik 136 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Entrance pengunjung terletak pada zona konflik, pengunjung dapat menyimak proses kerajinan sebagai fungsi edukasi, dengan bembatas kaca sehingga suasana produksi dapat dirasakan pengunjung namun tetap tidak mengganggu proses produksi para pengrajin. Suasana konflik juga dapat muncul pada kondisi pengrajin dan pengunjung pada area yang sama namun berada pada ruang yang berbeda. Zona rekonsiliasi Penataan ruang pada zona rekonsiliasi berada di jembatan penghubung yang hanya sebagai jalur bagi pengunjung menuju zona selanjutnya. Tidak ada fungsi lain pada jembatan sehingga dapat memperkuat suasana perpindahan dari zona sebelumya menuju zona selanjutnya seperti pada Gambar 6.24 di bawah ini. Gambar 6.24 Interior pada zona rekonsiliasi 137 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Suasana dengan ornamentasi yang cukup kontras dapat menjadi pengarah bagi pengunjung. Selain itu fungsi sirkulasi pada jembatan memberikan kondisi yang mulai tenang jika dibandingkan dengan zona konflik sebelumnya. Zona pemersatuan nusantara Zona nusantara menjadi bagian bangunan yang fungsinya mengharuskan pengunjung menyatu dalam artian berinteraksi dengan pengrajin, pengelola dan/atau penjual. Pada zona ini pengunjung berinteraksi dengan pengrajin pada ruang workshop di alntai satu (Gambar 6.25) jika pengunjung ingin mengikuti beberapa langkah produksi kerajinan. Pengunjung berinteraksi dengan penjual pada area jual-beli dan restoran pada lantai dua (Gambar 6.26) atau fungsi berjamaah yang bersifat kebersamaan pada musholla pada lantai tiga sehingga zona pemersatuan nusantara menjadi area publik dengan sifat ruang bersama. 138 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Drop Off keramik pada workshop pengunjung Workshop dan ruang pengrajin Gambar 6.25 Zona Pemersatuan Nusantara pada lantai satu Gambar 6.26 Zona Pemersatuan Nusantara pada lantai dua 139 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Salah satu suasana kenusantaraan yang bersifat meluas dimunculkan pada restoran dengan tampilan yang dapat melihat area luar bangunan dengan memunculkan suasana lebih luas dari dalam bangunan, pembagian zonase dapat dilihat pada Gambar 6.27 di bawah ini. Gambar 6.27 Potongan Kawasan 140 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.5 Rancangan Utilitas 6.5.1 Utilitas Plumbing Kebutuhan air bersih bukan menjadi kebutuhan utama dari aktivitas dan kegiatan pengunjung pada objek, sehingga kebutuhan air bersih dapat dipenuhi dari sumur dengan sistem tandon. Berbeda dengan ruang produksi yang salah satu di antaranya merupakan ruang produksi kerajinan batik dengan kebutuhan air bersih yang cukup banyak dalam proses pembuatannya sehingga penempatan beberapa titik sumur pada tapak salah satunya pada sekitar ruang produksi batik. Untuk penjelasan letak titik sumur air bersih, sumur resapan dan septictank dapat dilihat pada Gambar 6.28 di bawah ini. Gambar 6.28 Rencana Utilitas Plumbing pada Ruang Produksi 141 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.5.2 Utilitas Penanganan Kebakaran Objek sentral wisata kerajinan rakyat merupakan bangunan yang bersifat publik, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kebakaran baik skala kecil atau skala besar. Memberikan fasilitas penanganan kebakaran akan diperlukan pada bangunan untuk mengurangi tingkat kecelakaan bagi pengguna objek. Pada Gambar 6.29 dan Gambar 6.30 di bawah ini merupakan rencana titik sprinkler, hydrant dan fire extinguisher pada denah objek sentral wisata. Gambar 6.29 Rencana Penanganan Kebakaran pada Denah Ruang Produksi 142 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Gambar 6.30 Rencana Penanganan Kebakaran pada Denah Workshop, Area Jual Beli dan Musholla 6.5.3 Rencana Mekanikal Elektrikal (ME) Rencana mekanikal elektrikal atau kelistrikan sebagai penunjang kegiatan dan aktivitas dalam objek rancangan sentral wisata kerajinan rakyat karena dapat dipastikan kebutuhan akan daya listrik akan terus dibutuhkan, penggunaan saluran listrik Meteran akan dapat memakan biaya yang relatif mahal sehingga penggunaan genset menjadi solusi pada permasalahan daya listrik yang dibutuhkan. Rencana titik ME dan perletakan genset pada objek dapat dilihat pada Gambar 6.31 dan Gambar 6.32 berikut. 143 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Ruang Genset Gambar 6.31 Rencana ME pada Denah Ruang Produksi Ruang Genset Gambar 6.32 Rencana Penanganan Kebakaran pada Denah Workshop 144 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.6 Rencana Struktur 6.6.1 Rencana Pondasi, Kolom, Sloof dan Balok Pada beberapa tatanan kolom dengan menyesuaikan bentuk ruang dengan menggunakan grid dengan jarak sepuluh meter antar as kolom. Sedangkan pada ruang yang sedikit mengalami rotasi arah dengan jarak antar as kolom yang sama hanya saja dengan ruas grid yang berbeda. Untuk rencana pondasi, sloof, kolom dan pembalokan mengikuti pola grid. Rencana kolom, pondasi dan sloof dapat dilihat pada Gambar 6.33 dan Gambar 6.34 di bawah ini, Gambar 6.33 Rencana Kolom, Pondasi dan Sloof pada Denah Ruang Produksi 145 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Gambar 6.34 Rencana Kolom, Pondasi dan Sloof pada Denah Workshop Rencana pembalokan juga mengikuti grid yang sama dengan grid kolom. Rencana pembalokan dapat dilihat pada Gambar 6.35 dan Gambar 6.36 berikut. 146 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

Gambar 6.35 Rencana Balok pada Denah Ruang Produksi Gambar 6.36 Rencana Balok pada Denah Workshop 147 Iffatuz Zuhdah -- 10660044

6.6.2 Rencana Atap Selubung bangunan sekaligus menjadi atap pada bangunan dengan menggunakan struktur space frame dengan penutup carbon polymer yang di ekspos, pada bagian bukaan seperti jendela menggunakan tempered glass delapan millimeter, sedangkan pada bukaan pada bagian ornamentasi di sekeliling selubung bangunan dengan menggunakan tempered glass lima millimeter pada bagian yang memungkinkan tampias hujan dengan finishing ukiran pada papan kayu dua belas millimeter. Penerapan rencana atap pada bangunan dapat dilihat pada Gambar 6.37 di bawah ini. Gambar 6.37 Rencana Atap 148 Iffatuz Zuhdah -- 10660044