BAB VI HASIL RANCANGAN. Dalam perancangan museum ini menggunakan dasar pemikiran dari alur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI HASIL RANCANGAN. Dalam perancangan museum ini menggunakan dasar pemikiran dari alur"

Transkripsi

1 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Dalam perancangan museum ini menggunakan dasar pemikiran dari alur cerita pengaruh raja Bhre Wengker I(Wijayarajasa) selama berada di kerajaan Majapahit. Dalam hal ini pengaruh Wijayarajasa dapat diketahui dalam 3 periode, yang mana 3 periode tersebut dijadikan acuan untuk pembagian zoning: Tahun 1351 M (Wijayarajasa Menjadi Anggota Pertimbangan Agung) sebagai Zona I Wijayarjasa adalah orang baru di kerajaan Majapahit sehingga pengaruhnya masih sedikit, hal ini diimplementasikan bahwa Wijayarajasa merupakan seseorang yang membawa kebaruan di kerajaan Majapahit. Aplikasi kedalam desain adalah Wijayarajasa dianggap sebagai unsur kebaruan(modern) sedangkan kerajaan Majapahit sendiri dianggap sebagai sebuah tradisi. Pada zona ini unsur tradisi lebih mendominasi dari pada unsur kebaruannya. Tahun 1357 M (Pernikahan Paduka Sori/putri Wijayarajasa dengan Hayam Wuruk/raja kerajaan Majapahit) sebagai Zona II Zona II merupakan perwujudan dari terjadinya hubungan keluarga antara wengker dengan Majapahit. Dalam hal ini di implementasikan bahwa 159

2 pengaruh wijayarasa telah masuk ke dalam majapahit mengingat pernikahan 2 kerajaan adalah pernikahan politik sehingga unsur kebaharuan telah menempel pada unsur majapahit. Adanya karakter menempel menginformasikan bahwa terdapat 2 unsur yang disandingkan yakni kerajaan majapahit dan kerajan wengker. Tahun 1364 M (Diangkat Menjadi Dewan Sapta Prabu) sebagai Zona III Dewan Sapta Prabu merupakan jabatan yang tinggi, sehingga Wijayarajasa sudah mempunyai peran dalam kerajaan Majapahit. Aplikasi pada desain pada tahun ini adalah unsur modern dan tradisi yang sudah menyatu, modern yang tradisi yang modern dan tradisi yang modern. 6.2 Hasil Rancangan Tapak Hasil Rancangan Perletakan Massa Perletakan massa pada museum Agro-History ini dibagi menjadi 3 zona. Zona I terdapat candi, museum indoor dan gedung pertunjukan. Zona II terdapat ruang pamer agro serta zona yang menghubungkan dari zona I dan III yang berupa jalan dan tempat istirahat sedangkan zona III terdapat terowongan Surowono (museum outdoor). Seperti terlihat pada gambar 6.1 dan 6.2 berikut. 160

3 Gambar 6.1 Layout Plan Gambar 6.2 Site Plan 161

4 Pada zona I merupakan implementasi dari peran Wijayarajasa yang menjadi dewan pertimbangan agung dari kerajaan Majapahit yang mana peran Wijayarajasa belum terlalu mendominasi sehingga dalam zona ini unsur majapahit sangat dominan dan unsur kebaharuan (perupamaan dari pengaruh wijayarajasa) masih minim. Seperti terlihat pada gambar 6.3 berikut. Gambar 6.3 Site Plan zona I Zona II adalah penyandingan 2 unsur seperti halnya pada kerajaan Majapahit dan Wengker. Dalam implementasinya zona II ini telah menghubungkan zona I dan zona III yang berjauhan. Fasilitas penghubung pada zona ini adalah jalan penghubung dan kereta gantung. Seperti terlihat pada gambar 6.4 berikut. 162

5 Gambar 6.4 Site Plan zona II Zona III merupakan zona terowongan Surowono, terdapat gedung amphiteater dan gedung toko souvenir serta cafetaria. Pola yang digunakan pada zona III ini adalah memusat, karena pada zona ini merupakan aplikasi dari tradisi yang modern dan modrn yang tradisi. Sehingga mengambil dari sistem pemerintahan dari majapahit yang terpusat. Pusat di zona ini adalah di sumuran 1. Seperti terlihat pada gambar 6.5 berikut. 163

6 Gambar 6.5 Site Plan zona III Hasil Rancangan aksesibilitas dan Sirkulasi a. Aksesibilitas Pada rancangan museum ini mempunyai 3 situs yang terpisah berjauhan sehingga diberikan alternatif penghubung yakni dengan menggunakan kereta gantung, jalan penghubung, serta kereta kuda/ andong yang dilengkapi dengan fasilitas halte. Sistem kunjungan pada museum ini memperbolehkan pengunjung memilih situs mana yang terlebih dahulu dikunjungi. Namun dalam hal ini pengunjung diarahkan menuju museum indoor terlebih dahulu, karena museum ini diletakkan di Candi Surowono yang dekat dengan jalan utama desa Surowono. Selanjutnya pengunjung bisa memilih melanjutkan perjalanan rekreasinya atau kembali pulang. Ketika masih di dalam museum pengunjung memiliki 2 alternatif jalur jika ingin melanjutkan perjalanan, jalur tersebut adalah jalan penghubung dan kereta gantung. Sedangkan jika pengunjung sudah di luar museum bisa 164

7 mengambil alternatif menggunakan andong. Seperti terlihat pada gambar 6.6 dan 6.7 berikut Gambar 6.6 Aksesibilitas Kawasan Gambar 6.7 Alternatif Akses Situs 165

8 b. Sirkulasi Sirkulasi pada zona I dan zona II menggunakan sirkulasi linear yang mana pengunjung diarahkan secara terarah sehingga tidak ada satupun tempat yang terlewatkan. Setelah penunjung parkir diarahkan menuju plaza surya majapahit yang searah dengan Candi Surowono selanjutnya membeli tiket, masuk ke ruang maket kawasan surowono. Ruang maket kawasan yang berada di lantai ini masih tergolong ruang publik yang bisa dimasuki semua orang tanpa harus membayar tiket. Seperti terlihat pada gambar 6.8 berikut Gambar 6.8 Sirkulasi zona I 166

9 Sesampainya di lantai 1, jika pengunjung mempunyai tiket masuk maka melanjutkan naik ke lantai 2 menggunakan ramp menuju ruang pamer Candi Surowono, ruang pamer terowongan dan ruang pamer sumber air. Setelah itu naik ke lantai 3 menuju gardu pandang. Seperti terlihat pada gambar 6.9, 6.10 dan 6.11 berikut Gambar 6.9 Sirkulasi Gedung Sejarah lantai 1 Gambar 6.10 Sirkulasi Gedung Sejarah lantai 2 167

10 Gambar 6.11 Sirkulasi Gedung Sejarah lantai 3 Setelah dari gardu pandang yang berada di lantai 3 gedung sejarah, pengunjung diarahkan menuju lantai 2 gedung agro dengan menggunakan ramp outdoor yang mana di dalamnya terdapat ruang bioskop dan ruang pamer agro nabati dan hewani, dari ruangan tersebut pengunjung menuruni ramp menuju lantai 1 yang terhubung lansung dengan ruangan aquarium ikan. Setelah keluar dari aquarium ikan pengunjung mendapati souvenir shop dan cafetaria. Sirkulasi gedung agro dapat dilihat pada gambar 6.12 berikut. Gambar 6.12 Sirkulasi Gedung Agro 168

11 Pada zona II ini mulai terdapat pemecahan sirkulasi. Untuk mencapai zona III pengunjung bisa memilih 3 alternatif yakni kereta gantung, jalan penghubung serta kembali ke halte dan menaiki andong/ angkutan yang disediakan masyarakat sekitar. Sirkulasi memusat digunakan pada zona III, karena pada zona ini terdapat sumuran yang berada di tengah tapak, selain itu melihat fungsi dari ruangan yang berbeda-beda namun fungsi utama dari zona III adalah sebagai wahana rekreasi menyusuri terowongan sehingga sumuran I diletakkan di tengah-tengah bangunan lainnya. Seperti terlihat pada gambar 6.13 berikut. Gambar 6.13 Sirkulasi Zona III Selain itu pada museum ini dibedakan juga sirkulasi untuk pengunjung dan pengelola. Untuk sirkulasi pengelola pada zona I dan II berada di gedung sejarah dan gedung agro, namun hal ini bukan berarti pengelola di gedung agro dan sejarah sendiri-sendiri. Sistem dan pengelolaan di zona I dan II di tangani oleh 169

12 pengelola yang sama dan berada dalam satu tempat, lain halnya dengan zona III yang mempunyai ruang untuk pengelola tersendiri. 6.3 Hasil Rancangan Penataan Ruang Penataan ruang pada zona I yakni museum indoor dirancang dengan pola linear karena disesuaikan dengan materi yang akan didisplaykan, mulai dari pengetahuan tentang sejarah (candi, terowongan dan sumber air Surowono), teknologi terowongan, ilmu tentang pertanian dan aquarium yang berisi koleksi ikan yang ada di Surowono. Dengan pola linear akan memberi isyarat kepada pengunjung agar dapat memahami ilmu agro-history di Surowono dengan runtut. Pada zona I ini mempunyai 3 gedung yakni 1. Gedung Sejarah Gedung sejarah yakni gedung yang berhadapan langsung dengan candi memiliki 3 lantai, lantai 1 digunakan untuk fasilitas umum seperti toilet, mushola, ticket loker, dan panggung selain itu terdapat ruang privat yakni ruang pengelola. Ruang pengelola diletakkan di berdekatan dengan main entrance agar pengelola mudah mengakses jika terdapat masalah pada lapangan selain itu untuk memudahkan pengunjung jika mempunyai kepentingan dengan pengelola. Lantai 2 pada gedung ini digunakan sebagai ruang sejarah, sedang lantai 3 diunakan sebagai gardu pandang, ditujukan agar setelah pengunjung memahami sejarahnya, pengunjung bisa melihat langsung situs-situs yang dimaksudkan. Seperti terlihat pada gambar 6.14 berikut 170

13 Gambar 6.14 Denah Gedung Sejarah Pada gedung ini digunakannya atrium yang di bawahnya terdapat maket kawasan Surowono, ditujukan agar ketika pengunjung melihat di ruang pamer candi, terowongan dan sumber air yang berada di lantai 2, pengunjung bisa melihat langsung letak dan posisi situs tersebut. Selain itu di ruang pamer candi diletakkan langsung menghadap candi yang asli dan di lengkapi kaca sehingga pengunjung bisa melihat secara langsung dan bisa membandingkan dengan replikanya. Di ruang pamer terowongan dan sumber air dilengkapi teleskop yang digunakan untuk melihat situs dari jarak jauh. Selain itu ruang pamer terowongan dihadirkan replika terowongan dengan skala 1:1 sehingga pengunjung bisa memasukinya, terlebih untuk pengunjung yang disable, yang mana tidak bisa masuk ke terowongan yang sesungguhnya. 171

14 2. Gedung Pertunjukan Gedung pertunjukan hanya memiliki 1 lantai dengan ruangan sebagai berikut Ruang Publik Podium dan tempat duduk penonton Semi Publik adalah back stage Ruang Privat ruang make up, ruang latihan, gudang, ruang ganti dan toilet Denah gedung pertunjukan seperti terlihat pada gambar 6.5 berikut: Gambar 6.15 Denah Gedung Pertunjukan Zona II terdapat ruang pamer agro dan sebuah gazebo untuk istirahat sejenak dari perjalanan dari zona I menunju zona III, Gedung Agro Pada gedung ini terdapat 2 lantai. Bioskop, ruang pamer agro diletakkan di lantai 2 yang mana lantai 2 dapat diakses melalui ramp yang dihubungkan dengan gardu pandang di 172

15 lantai 3 gedung sejarah. Lantai 1 pada gedung ini terdapat aquarium, souvenir shop, cafetaria, ruang kereta gantung dan gudang museum. Gambar 6.16 Denah Gedung Agro Zona III terdapat ruang terowongan, amphiteater, souvenir shop, cafetaria, ticket loker, dan kolam pemancingan ikan. DENAH SUMURAN TEROWONGAN DENAH GD. SOUVENIR AND CAFETARIA DENAH GD. AMPHITEATER Gambar 6.17 Denah Gedung di Zona III 173

16 Gambar 6.18 Interior Museum 6.4 Hasil Rancangan Bentuk dan tampilan Bentuk dan tampilan bangunan adalah modifikasi dan replika dari bentuk atap candi yang telah runtuh. Hal ini dapat dilihat dari tampak kawasan, sehingga dapat diketahui perubahan bentuk atap dari zona I, II dan III. Seperti terlihat pada gambar 6.19 berikut. 174

17 Gambar 6.19 Tampak Kawasan Zona I Pada zona I terdapat atap meru yang dipertahankan dan sedikit modifikasi karena pada zona ini unsur kebaharuan masih sedikit, dan unsur tradisi yang mendominasi. Seperti terlihat pada gambar 6.20 berikut 175

18 Gambar 6.20 Eksterior Zona I Dari entrance dapat dilihat adanya gerbang yang menggunakan ornamen motif batik dari majapahit, selain itu bentuknya menyerupai bentukan gerbanggerbang khas Majapahit. Seperti terlihat pada gambar 6.21 berikut. Gambar 6.21 Bentuk Gapura 176

19 Pada zona I ini dihadirkan pula plaza dengan menggunakan ornamen surya Majapahit. Hal ini ditujukan agar pengunjung mengetahui bahwa situs yang ada di Surowono merupakan situs peninggalan Majapahit. Seperti terlihat pada gambar 6.22 berikut Gambar 6.22 Plaza Surya Majapahit Museum sejarah di letakkan pada zona ini tepatnya di sebelah utara Candi Surowono. Museum ini atapnya menggunakan atap meru, secara tersirat agar pengunjung mengetahui bahwa atap dari candi yakni tidak lain dari apa yang telah dilihatnya pada muaeum sejarah dan warna-warna nya disenadakan dengan warna candi. Hal ini dimaksudkan agar nuansa tradisinya bisa tercapai. Seperti terlihat pada gambar 6.23 dan 6.24 berikut 177

20 Gambar 6.23 Eksterior Gedung Sejarah Gambar 6.24 Tampak Gedung Sejarah 178

21 Atap pada gedung sejarah mengalami modifikasi disamping karena untuk menghadirkan replika atap candi namun juga karena fungsi dari atap itu sendiri yakni sebagai pencahayaan alami dari atrium yang ada di bawahnya. Penutup atrium menggunakan kaca temperd agar pencahayaan alami tetap masuk namun dari sisi keamanan tetap terjaga dan terhindar dari bahaya hujan. Seperti terlihat pada gambar 6.25 berikut. Gambar 6.25 Potongan Gedung Sejarah Gedung pertunjukan juga diletakkan di zona I tepatnya di belakang gedung sejarah. Gedung ini memiliki atap yang landai dan terlihat dari depan karena 179

22 tertutup gedung sejarah. Hal ini juga dimaksudkan karena pengaruh Wijayarajasa pada saat itu masih belum mendominasi dan belum terlihat. Atapnya berundak undak sama halnya dengan atap meru, namun atap ini lebih dimodifikasi. Atap pada gedung pertunjukan dan gedung sejarah memiliki kesamaan dalam warnanya. Seperti terlihat pada gambar 6.26 berikut. Gambar 6.26 Tampak Gedung Pertunjukan Selain itu pada gedung pertunjukan ini terdapat ornamen motif batik Majapahit yang digunakan sebagai ornamen dinding. Ornamen ini masih melekat 180

23 pada gedung pertunjukan karena mengisyaratkan bahwa Wijayarajasa masih dalam kekuasaan Majapahit sehingga tidak terkesan gedung ini berdiri sendiri. Seperti terlihat pada gambar 6.27 berikut Gambar 6.27 Ornamen pada Dinding Gedung Pertunjukan Zona II Pada zona II terdapat modifikasi yang lebih banyak dari zona I namun masih dikenali bahwa karakternya seperti atap meru. Seperti terlihat pada gambar 6.28 dan 6.29 berikut. Gambar 6.28 Tampak Gedung Ilmu Agro 181

24 POTONGAN B-B Gambar 6.29 Potongan Gedung Ilmu Agro POTONGAN A-A Pada zona II dijumpai jalan penghubung mempunyai 2 atap yang sama dan saling bersandingan. Elemen ini wujud dari terjadinya pernikahan antara Hayam Wuruk dengan Paduka Sori. 182

25 Gambar 6.30 Tempat Istirahat Jalan Penghubung Zona III Pada zona III terjadi modifikasi yang signifikan sehingga tidak dikenali lagi karakter merunya. Gambar 6.31 Eksterior zona III 183

26 Gambar 6.32 Kolam Pemancingan Ikan 6.5 Hasil Rancangan Struktur Pondasi, Sloof dan Kolom a. Gedung Sejarah Gedung sejarah menggunakan pondasi tiang pancang yang digunakan untuk pondasi setempat dan pondasi batu kali digunakan untuk pondasi menerus yang diletakkan di bawah dinding. Sloof yang digunakan adalah 30/40, kolom struktur 60 x 60 cm dengan bentang 10 m serta kolom praktis 15 x 15 cm. Gedung ini memiliki kolam di sekeliling bangunannya, kolam tersebut menggunakan pondasi pasangan batu rolag. Seperti terlihat pada gambar 6.33 berikut 184

27 Gambar 6.33 Rencana Pondasi Gedung Sejarah b. Gedung Agro Pada gedung agro tidak jauh berbeda dengan gedung sejarah, hanya saja gedung ini tidak terdapat kolam di sekelilingnya dan gedung ini memiliki terminal kereta gantung berupa tower, kolom yang digunakan adalah 40 x 40 cm dengan ketinggian 20 m dan diameter 5 m sehingga tower ini memiliki pondasi tersendiri berupa pondasi tiang pancang. Seperti terlihat pada gambar 6.34 dan 6.35 berikut. 185

28 Gambar 6.34 Rencana Pondasi Gedung Agro Gambar 6.35 Detail Pondasi 186

29 c. Gedung Pertunjukan Pondasi pada gedung ini menggunakan pondasi plat dengan lebar 1,5 m. Bentang antar kolom yakni 5,5 m dan kolom dengan ukuran 30 x 30 cm. Seperti terlihat pada gambar 6.36 berikut Gambar 6.36 Rencana Pondasi Gedung Pertunjukan d. Gedung Amphiteater Gedung ini memiliki 2 lantai dengan kolom 20 x 20 cm, bentang 6 m dan sloof 20 x 30 cm sehingga menggunakan pondasi plat dengan lebar pondasi 1.5 x 1.5 m. Seperti terlihat pada gambar 6.37 berikut. 187

30 Gambar 6.37 Rencana Pondasi Amphitheater e. Gedung Toko dan Cafetaria Gedung ini memiliki kolom dengan ukuran 20 x 20 cm dengan bentang 5 m, ukuran sloof 20 x 30 cm serta menggunakan pondasi plat. Pada bagian terminal kereta gantung menggunakan kolom 30 x 30 cm dengan tinggi dinding 15 m dan sloof 25 x 35 cm dan menggunakan pondasi tiang pancang. Seperti terlihat pada gambar 6.38 berikut Gambar 6.38 Rencana Pondasi Gedung Souvenir shop dan Cafetaria 188

31 6.5.2 Pembalokan a. Gedung Sejarah dan Gedung Agro Pembalokan terdapat 2 jenis balok yakni balok induk dan balok anak. Untuk balok induk dihitung dengan cara 1/12 x bentang terpanjang dan dikurangi 5. Sehingga pada gedung sejarah dan agro balok induknya adalah (1/12 x 10)-5= 4,16 atau dibulatkan menjadi 40/50. Untuk balok anaknya adalah 20/30. Seperti terlihat pada gambar 6.39 dan 6.40 berikut. Gambar 6.39 Rencana Pembalokan Gedung Sejarah 189

32 Gambar 6.40 Rencana Pembalokan Gedung Agro c. Gedung Pertunjunkan Gedung ini hanya mempunyai rencana pembalokan pada back stage karena atapnya menggunakn atap dak beton, sedangkan pada area stage dan tempat duduk penonton menggunakan atap rangka batang(truss). Untuk area backstage, balok induknya adalah 30/40 dengan bentang 9 m dan ditengahtengahnya terdapat balok anak adalah 20/30. Seperti terlihat pada gambar 6.41 berikut. 190

33 Gambar 6.41 Rencana Pembalokan Gedung Pertunjukan d. Gedung Amphiteater dan Gedung Souvenir shop dan Cafetaria Balok induk untuk gedung amphiteter adalah 20/30. Sama halnya dengan balok induk pada gedung Souvenir shop dan Cafetaria sedangkan balok anaknya adalah 15/25. Seperti terlihat pada gambar 6.42 dan 6.43 berikut. Gambar 6.42 Rencana Pembalokan Gedung Souvenir shop dan Cafetaria 191

34 Gambar 6.43 Rencana Pembalokan Amphitheater Rencana Atap a. Gedung Sejarah dan Gedung Agro Pada gedung sejarah menggunakan atap meru sebagaimana replika dari runtuhan atap Candi Surowono. Rangka atapnya menggunakan kayu dan penutupnya menggunakan genteng. Atap meru tersebut digunakan untuk menaungi atrium yang ada di bawahnya sedangkan atap yang lain menggunakan dak beton. Gedung agro menggunakan atap kuda-kuda dengan rangka atap menggunakan rangka baja dan penutupnya menggunakan genteng metal sehingga ringan. Rangka kuda-kuda ini mengalami modifikasi. Seperti terlihat pada gambar 6.44 berikut. 192

35 Gambar 6.44 Rencana Atap Gedung Sejarah dan Gedung Agro b. Gedung Pertunjukan Pada gedung ini menggunakan rangka batang(truss) dan menggunakan bahan penutup atap berupa atap bitumen selulosa. Hal ini dikaranakan bahan atap ini lentur dan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk atap serta atap ini ringan sehingga tidak membebani konstruksi lain, selain itu berhubungan dengan fungsinya sebagai gedung pertunjukan dengan menggunakan bahan ini tidak menimbulkan kebisingan ketika ada hujan. Seperti terlihat pada gambar 6.45 berikut. 193

36 Gambar 6.45 Rencana Atap Gedung Pertunjukan c. Gedung Amphiteater Gedung ampiteater menggunakan atap dak beton pada bagian di atas ruang pembelian tiket. Sedangkan untuk tempat duduk amphiteater menggunakan kayu. Seperti terlihat pada gambar 6.46 berikut. Gambar 6.46 Rencana Atap Gedung Amphitheatre 194

37 d. Gedung Toko dan Cafetaria Gedung ini rangka atap menggunakan rangka atap ½ kuda-kuda dengan bahan galvalum dan bahan penutup atap genteng biasa. Sedangkan untuk atap di area ruang makan menggunakan dak beton. Seperti terlihat pada gambar 6.47 berikut. Gambar 6.47 Rencana Atap Gedung Souvenir shop dan Cafetaria 195

38 6.6 Hasil Rancangan Utilitas Utilitas Air Gambar 6.48 Utilitas Kawasan Utilitas pada museum ini pada zona I dan zona II di bagi menjadi dua bagian yakni bagian depan dan belakang. Pada bagian depan tandon bawah dan pompa diletakkan di taman antara gedung sejarah dan gedung agro, sedang septic tank dan sumur resapan diletakkan disamping gedung agro. Pada bagian belakang tandon bawah diletakkan di belakang gedung pertunjukan dengan 2 pompa yang digunakan untuk mengalirkan air ke gedung pertunjukkan dan gedung agro. Seperti terlihat pada gambar 6.49 berikut. 196

39 Gambar 6.49 Utilitas Zona I dan II Pada zona III, tandon bawah diletakkan di sebelah utara gedung Amphiteater yang selanjutnya dipompa menuju 2 tandon atas yakni di gedung cafetaria and souvenir shop dan Amphiteater. Sumur resapan diletakkan di taman dekat parkir sedangkan septic tank diletakkan di sebelah selatan gedung amphiteater. Seperti terlihat pada gambar 6.50 berikut. 197

40 Gambar 6.50 Utilitas Zona III Air Bersih Pada hasil rancangan ini kebutuhan air bersih menggunakan layanan PDAM. Selanjutnya disalurkan ke bangunan dengan menggunakan meteran, kemudian ditampung di tandon bawah dan dipompa dengan mesin pompa untuk dialirkan ke tandon atas. Selanjutnya disalurkan ke seluruh lantai. Berikut ilustrasi dan gambar rancangan untuk air bersih: Gambar 6.51 Utilitas Air Bersih 198

41 Air Kotor Sistem air kotor ini, limbah yang dapat diolah digunakan untuk keperluan yang ada di dalam bangunan maupun luar bangunan. Sedangkan untuk limbah yang tidak dapat diolah langsung disalurkan ke pembuangan limbah. Berikut gambar dari alur air kotor. Seperti terlihat pada gambar 6.52 berikut Listrik Gambar 6.52 Rencana Air Kotor pada Gedung Agro Listrik pada museum ini menggunakan jasa PLN dan disalurkan ke beberapa bagian. Seperti terlihat pada gambar 6.53 berikut. Gambar 6.53 Rencana Listrik pada Gedung Agro 199

42 Gambar 6.54 Rencana Titik Lampu Gedung Sejarah Gambar 6.55 Rencana Titik Lampu Gedung Agro 200

43 Gambar 6.56 Rencana Titik Lampu Gedung Pertunjukan Gambar 6.57 Rencana Titik Lampu Gedung Cafetaria and Souvenir Shop 201

44 Gambar 6.58 Rencana Titik Lampu Gedung Amphiteater Bahaya Kebakaran Kebakaran dapat ditanggulangi dengan sistem hidrant baik di luar maupun di dalam bangunan. Selain itu adanya fasilitas sprinkler untuk mencegah terjadinya kebakaran. Air yang didapat berasal dari tandon yang sudah disediakan. Selanjutnya untuk evakuasi, disediakan tangga dan pintu darurat di samping bangunan. Kemudian diarahkan ke area luar bangunan untuk sementara. Seperti terlihat pada gambar 6.59 dan 6.60 berikut. 202

45 Gambar 6.59 Rencana Hydrant Gambar 6.60 Jalur Evakuasi dan Titik Kumpul 203

46 Gambar 6.61 Rencana Sprinkler Gedung Sejarah Gambar 6.62 Rencana Sprinkler Gedung Agro 204

47 Gambar 6.63 Rencana Sprinkler Gedung Pertunjukan Gambar 6.64 Rencana Sprinkler Gedung Souvenir Shop dan Cafetaria Gambar 6.65 Rencana Sprinkler Gedung Amphiteater 205

48 6.5.4 Air Conditioner(AC) Pada museum ini digunakan penghawaan berupa AC pada bagian-bagian tertentu seperti ruang pamer. Hal ini digunakan untuk menstabilkan suhu agar koleksi museum terjaga dari bahaya jamur dan lain sebagainya, ruang-ruang tersebut diantaranya ruang pamer (sejarah candi, terowongan, dan sumber air). Penggunaan AC ini menggunakan AC split karena hanya pada titik-titik tertentu yang difasilitasi AC, sehingga tidak terjadi pemborosan. Seperti terlihat pada gambar 6.66 berikut. Gambar 6.66 Rencana AC 206

49 6.7 Integrasi Keislaman Integrasi terhadap rancangan ini diambil dengan cara pendekatan hubungan manusia terhadap Allah, manusia, dan alam. Hubungan pada Allah dihasilkan dengan mewadahi kegiatan ibadah secara langsung maupun tidak langsung. Maka diwujudakan dengan adanya ruang sholat. Di zona I terdapat mushola untuk pengunjung di lantai 1 di sebelah ruang maket kawasan Surowono. Di zona II terdapat musholah untuk pegawai di letakkan di lantai 1 di sebelah ruang pegawai. Sedangkan di zona III di area cafetaria. Seperti terlihat pada gambar 6.67 berikut. Gambar 6.67 Perletakan Mushola Selanjutnya hubungan antar manusia diwujudkan dengan adanya ruangruang bersama sehingga tercipta interaksi antar sesama seperti gazebo, 207

50 amphiteatre, tempat istirahat, dsb. Sedangkan hubungan dengan alam diwujudkan dengan adanya ruang-ruang terbuka seperti taman, kolam, dsb. Seperti terlihat pada gambar 6.68 dan 6.69 berikut. Gambar 6.68 Ruang-Ruang Bersama Gambar 6.69 Ruang-Ruang Resapan Air 208

PERANCANGAN MUSEUM AGRO-HISTORY SUROWONO KABUPATEN KEDIRI TEMA : HISTORICISM TUGAS AKHIR. Oleh: MIMIN AMINAH YUSUF NIM

PERANCANGAN MUSEUM AGRO-HISTORY SUROWONO KABUPATEN KEDIRI TEMA : HISTORICISM TUGAS AKHIR. Oleh: MIMIN AMINAH YUSUF NIM PERANCANGAN MUSEUM AGRO-HISTORY SUROWONO KABUPATEN KEDIRI TEMA : HISTORICISM TUGAS AKHIR Oleh: MIMIN AMINAH YUSUF NIM. 11660005 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet ini dibagi menjadi 3 yaitu bangunan primer, sekunder dan penunjang yang kemudian membentuk zoning sesuai fungsi,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan wisata budaya dan karapan sapi Madura di sini mengintegrasikan antara tema regionalisme, karakter umum orang Madura (jujur, terbuka dan tegas) dan wawasan keislaman sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Hasil perancangan Museum Sejarah dan Budaya di Blitar adalah penerapan konsep arsitektur candi Penataran. Konsep dasar ini dicapai dengan cara mengambil filosofi

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema BAB VI HASIL RANCANGAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema yang terkandung antara lain celebration

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN 4.1 Property size, KDB, KLB Lantai 1 Zona Seni lukis Sanggar lukis anak 108,2 sanggar lukis remaja 65,9 sanggar lukis dewasa 82,3 Ruang komunal 111,6 Ruang tunggu orang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Pusat Pengembangan Seni Karawitan ini merupakan sebuah sarana edukasi yang mewadahi fungsi utama pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan seni karawitan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu 153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan tema reinterpreting yaitu menginterpretasikan ulang terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep exspresi bangunan Dasar pemikiran kesan dan penempilan bangunan : PENAMPILAN BANGUNAN Persepsi manusia Kesan Teknologi Arsitektur Iklim Kemajuan jaman Bahan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan kawasan terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam perancangan kawasan yaitu dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman BAB VI HASIL PERANCANGAN 1.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Eduwisata Kakao di Glenmore Banyuwangi mempunyai dasar tema Arsitektur Ekologis dengan mengacu pada ayat Al-quran. Tema Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan Konsep Perancangan Museum Sejarah Singosari pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa Kertanegara

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Taman Pintar dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang publik yang semakin menurun, salah satunya adalah Taman Senaputra di kota Malang. Seperti

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Transformasi pada objek

Transformasi pada objek PROFIL UKURAN LAHAN KEBUTUHAN RUANG KONSEP PELETAKAN MASSA wadah kegiatan komersil dan kegiatan wisata edukasi untuk meningkatkan apresiasi konsumen terhadap hasil karya produsen. Pemilik : Swasta - APTA

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN 1.1 Property size, KDB, KLB A. KDB koefisien dasar bangunan (KDB) menengah (20% - 50%) 50% x 9850m 2 = 4925 m 2, sedangkan luas bangunan yang adalah 4356,3 m 2 B. KLB

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center menggunakan tema Metafora Intangible Libasuttaqwa. Yang diperoleh dari hasil analisis yang kemudian disimpulkan(sintesis).

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant Fire Protection Pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran aktif Penanggulangan bahaya kebakaran dilakukan dengan media air( dari pasokan air utama tendon atas). Adapun alat yang dipersiapkan untuk

Lebih terperinci

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN 1 BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah Cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep Representasi Citra High Tech Architecture yang berkaitan erat dengan aspek teknologi kekinian atau modernisasi. konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1. BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Konsep Dasar Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1. Primer sebagai pusat informasi dan edukatif, 2. Sekunder merupakan penjabaran fungsi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Untuk memudahkan dan mengarahkan spesifikasi perancangan bangunan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Untuk memudahkan dan mengarahkan spesifikasi perancangan bangunan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memudahkan dan mengarahkan spesifikasi perancangan bangunan dilakukan usaha-usaha yang dapat memaksimalkan pengerjaan dan perancangan Pusat Peragaan Ilmu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Museum kereta api merupakan bangunan yang mewadahi aktivitas memajang / memamerkan lokomotif, dan menampung pengunjung museum dan aktivitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan

Lebih terperinci

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK Latar Belakang Pemilihan OBJEK OBJEK sebagai wadah pengembangan potensi dan bakat dalam bidang olahraga serta sebagai media hiburan. JENIS KEGIATAN Kegiatan Olah Raga dibagi menjadi dua, yaitu : Sepakbola

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan Konsep dasar kawasan mengambil konsep terbuka tertutup seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Terbuka dan tertutup merupakan dua kata berlawanan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Penerapan Konsep Perancangan Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari proses melanjutkan atau mencari keberlanjutan sebuah tradisi dengan cara

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Pusat Wisata Budaya Ponorogo yang mengintegrasikan antara konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan perancangan yang lebih spesifik dan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR VI.I Konsep Dasar Permasalahan dalam dari perencanaan dan perancangan bangunana Taman Pintar ini adalah, bagaimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Pusat Seni Teater mencakup tiga aspek yaitu: Prinsip-prinsip yang ada di dalam Architecture As Literature Empat

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN 6.1. TUJUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Gedung Pertunjukan Seni di Yogyakarta direncanakan akan menjadi suatu fasilitas publik sebagai wadah seni

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Tapak dan Ruang Luar BAB V KONSEP PERANCANGAN mengaplikasikan konsep rumah panggung pada bangunan pengembangan, agar bagian bawah bangunan dapat dimanfaatkan untuk aktifitas mahasiswa, selain

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Rancangan Kawasan Setelah beberapa proses sebelumnya rancangan kawasan adalah salah satu hasil yang didapat dari proses perumusan masalah, analisis, dan konsep. Rancangan kawasan

Lebih terperinci

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Berdasarkan tinjauan dan proses analisis, permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan kawasan wisata Pantai Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Hasil rancangan pada Perancangan Kompleks Gedung Bisnis Multimedia di Malang ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

FASILITAS WISATA SIMULASI PROFESI DI SURABAYA

FASILITAS WISATA SIMULASI PROFESI DI SURABAYA JURNAL edimensi ARSITEKTUR Vol. II, No.1 (2014), 243-250 243 FASILITAS WISATA SIMULASI PROFESI DI SURABAYA Aditya Eka Angga Widodo dan Anik Juniwati S.T., M.T. Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG TEMA DAN KONSEP T E M A Trend dalam berpakaian dari tahun ke tahun akan TEMA terus berputar, dan akan berkembang lagi seiring berjalannya waktu eksplorasi tentang suatu pergerakan progressive yang selalu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN BAB V KONSEP RANCANGAN 5.1 Ide Awal Pertimbangan awal saat hendak merancang proyek ini adalah : Bangunan ini mewadahi keegiatan/aktivitas anak yang bias merangsang sensorik dan motorik anak sehingga direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan desain pengembangan kawasan Agrowisata berdasarkan analisis perancangan. Konsep perancangan tersebut di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan mengenai Stasiun KA Merak ini didasarkan pada pendekatan yang telah dilakukan pada bab

Lebih terperinci

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Sport Hall pada dasarnya merupakan sebuah tempat untuk melakukan kegiatan olahraga tertentu dalam ruangan tertutup dimana di dalamnya terdapat sarana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN 4.1 Property size, KDB, KLB Berdasarkan peraturan (lihat Bab 2), sempadan bangunan terhadap tepi jalan menyesuaikan lebar jalan yang menjadi tepian tapak yaitu kurang lebih

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012) BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar mengambil dari prinsip tema yang telah dipertajam sehingga mendapatkan sebuah konsep dasar yaitu save the land surface. Save the land surface mempunyai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Rumah Sakit Orthopaedi (RSO) di Kota Malang yang terletak di jalan Panji Suroso menerapkan konsep analogi kerangka tangan. aspek yang diterapkan dalam perancangan ini

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pengembangan tempat pelelangan ikan dan prasarana samudera dalam

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pengembangan tempat pelelangan ikan dan prasarana samudera dalam BAB VI HASIL PERANCANGAN Pengembangan tempat pelelangan ikan dan prasarana samudera dalam perancangannya menggunakan tema dalam konsep analogi pergerakan ombak yang berintegrasi dengan wawasan keislaman

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Kabupaten Pamekasan paling berpotensi untuk membangun sentra batik di Madura. Sentra batik di pamekasan ini merupakan kawasan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan pada Perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan penurunan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re- BAB 6 HASIL PERANCANGAN A. Hasil Rancangan Kawasan Konsep yang digunakan dalam perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re- Inventing Tradition

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture yang kaitannya sangat erat dengan objek perancangan hotel resort wisata organik dimana konsep

Lebih terperinci

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada BAB III KONSEP 3.1. KONSEP EDUKASI PADA BANGUNAN Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada pengadaan space I ruang yang memungkinkan pengunjung memahami betul bagaimana sebuah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni 128 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis ini adalah mencakup tiga aspek yaitu Konsep kosmologis rumah bugis, beserta

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Terminal Patria ini menggunakan Tema Hi-Tech Architecture, yang memiliki sifat dinamis dengan fungsinya yang mewadahi kegiatan-kegitan mobilitas tinggi. Progresif karena

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN.

BAB VI HASIL RANCANGAN. BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep yang digunakan dalam perancangan museum olah raga ini adalah Metafora dari Gerakan Shalat, dimana konsep ini merupakan hasil penggabungan antara: Nilai gerakan shalat, yaitu:

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1. Rancangan Tapak Hasil akhir dari rancangan mengacu pada konsep yang telah ada. Dengan demikian rancangan yang dihasilkan tidak jauh berbeda dari konsep yang telah dibuat. Konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Konsep dari akuarium terumbu karang ini didasari dari karakteristik laut. Dalam perancangan akuarium terumbu karang ini diharapkan mampu menyampaikan kekayaan

Lebih terperinci