BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

Bab I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Prosentase Rasio Pendapatan Pariwisata Terhadap GDP di Negara-negara ASEAN ( )

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Perbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari minat masyarakat

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA


EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. atau surat berharga. Financial Market sendiri terbagi menjadi dua yaitu Capital

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. proses globalisasi. Begitu pula halnya dengan pasar modal Indonesia, melalui

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2. Ekspor Produk DKI Jakarta

Peran Ekonomi Syariah Dalam Kebijakan Ekonomi Nasional Untuk Menghadapi AEC

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Kerja sama ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini mendorong berbagai negara dan kawasan untuk melakukan peningkatan pertumbuhan perekonomian negaranya ataupun kawasannya dengan berbagai macam cara. Salah satu indikator dari peningkatan pembangunan ekonomi di suatu negara yaitu dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan nasional per kapita riil. Arthur Lewis dalam bukunya The Theory Of Economic Growth mengkaji bahwasanya pembangunan ekonomi suatu negara identik dengan pertumbuhan ekonomi dari negara tersebut (Kuncoro, 1997 : 18). Ada berbagai cara yang dilakukan untuk meningkatkan perekonomian seperti peningkatan kapasitas produksi domestik, bekerjasama dengan korporasi korporasi besar hingga melakukan investasi dengan negara lain. Oleh karena pentingnya peran investasi dalam perekonomian suatu kawasan menyebabkan dibutuhkannya suatu wadah kerjasama untuk menarik investasi agar negara - negara yang tergabung dengan kawasan itu dapat saling mendukung daya tarik kawasan terhadap investor. Pada Tahun 2011, negaranegara yang berada di kawasan ASEAN membentuk ASEAN Investment Forum sebagai wadah bagi negara ASEAN untuk mendorong peningkatan investasi di kawasan ASEAN. Apalagi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 diharapkan akan semakin meningkatkan investasi langsung asing (foreign direct invesment) ke kawasan ASEAN. Sebahagian besar negara yang sedang berkembang seperti halnya negara negara di kawasan Asia Tenggara yang merupakan kawasan 1

2 Association Of South East Asian Nations (ASEAN) sangat membutuhkan investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Namun, sumbersumber dana yang berasal dari dalam negeri di masing masing negara di kawasan ASEAN seringkali tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan investasi di dalam negeri. Adanya masalah keterbatasan dana tersebut menjadikan perlu adanya pembiayaan pembangunan yang berasal dari sumber-sumber dana lainnya. Oleh karena itu strategi yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan dana tersebut dengan cara pembentukan modal yang dapat dilakukan dengan mendatangkan investasi asing secara langsung (Foreign Direct Investment). Penyumbang FDI Inflow ke kawasan ASEAN berdasarkan 10 besar negara atau kawasan penyumbang FDI di ASEAN ditunjukkan pada Tabel1. 1. Tabel. 1.1. 10 Besar Negara/ Kawasan Penyumbang FDI di ASEAN Negara / Kawasan US$ Juta Nilai Share to total inflows 2011 2012 2013 2011 2012 2013 US$ US$ US$ % % % European Union (EU) 29.693,3 18.084,9 26.979,6 30,4 15,8 22,0 Japan 9.709,0 23.777,1 22.904,4 10,0 20,8 18,7 ASEAN 15.228,4 20.657,6 21.321,5 15,6 18,1 17,4 China 7.857,7 5.376,8 8.643,5 8,1 4,7 7,1 Hong Kong 4.273,8 5.029,9 4.517,3 4,4 4,4 3,7 USA 9.129,8 11.079,5 3.757,5 9,4 9,7 3,1 Republic of Korea 1.742,1 1.708,4 3.516,2 1,8 1,5 2,9 Australia 1.530,2 1.831,0 2.002,3 1,6 1,6 1,6 Taiwan, Province of China 2.317,0 2.242,3 1.321,7 2,4 2,0 1,1 India (2.230,5) 2.233,4 1.317,5 (2,3) 2,0 1,1 Total top ten sources 79.250,8 92.021,0 96.281,6 81,3 80,5 78,7 Others 18.287,3 22.263,1 26.095,0 18,7 19,5 21,3 Total FDI inflow to ASEAN 97.538,1 114.284,0 122.376,5 100,0 100,0 100,0 Sumber : ASEAN Foreign Direct Investment Statistics, 2014 (diolah) Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa Porsi FDI antar sesama negara ASEAN pada tahun 2013 mencakup persentase yang cukup tinggi sebesar

3 17,4% setelah Uni Eropa (22%) dan Jepang (18%). Negara sumber FDI lainnya di ASEAN adalah China mencapai 7,1%, Hongkong (3,7%), Amerika Serikat (3,1%), Republik Korea (2,9%), Australia (1,6%), Taiwan (1,1%) dan India (1,1%). Adapun Total 10 besar kawasan atau negara penyumbang sebesar 78,7% dari keseluruhan FDI Inflow dan sisanya sebesar 21,3% di sumbang oleh negara atau kawasan lainnya dengan porsi yang lebih kecil dibandingkan dengan sumbangan FDI Inflow 10 negara atau kawasan penyumbang di ASEAN. Melalui gambaran pada tabel 1.1 dari total keseluruhan FDI Inflow tahun 2013 yang masuk ke ASEAN sebesar US$122.376,5 Million, Kawasan Uni Eropa memiliki peranan sebesar 22% atau sebaesar US$ 26.979,6 Miliion, sedangkan negara Jepang memiliki peranan sebesar US$ 22.904,4 Miliion atau sebesar 18% sebagai wilayah atau kawasan dari 10 besar penyumbang Foreign Direct Invesment ke kawasan ASEAN. Hal ini menunjukkan bahwa Asia Tenggara merupakan kawasan yang menarik untuk investasi langsung luar negeri (Foreign Direct Invesment) bagi negara dan kawasan maju. Tentunya peningkatan investasi asing langsung (FDI) di kawasan asia tenggara ( ASEAN) pada dua tahun berturut turut ini dikarenakan pesatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN dan juga merupakan imbas dari perlambatan industri manufaktur di China karena naiknya biaya produksi dan lemahnya permintaan secara global. Martin (Capital Economics, 2014) mengkaji bahwa adanya kenaikan biaya produksi dan biaya upah tenaga kerja di China mendorong perusahaan manufaktur dari negara maju mencari ke lokasi pabrik yang baru dengan biaya yang lebih rendah. Dan alternatif tersebut didapatkan di kawasan asia tenggara seperti di negara Filipina dan Vietnam. Disamping itu Martin juga menjelaskan bahwa perlambatan ekonomi di China karena adanya perlambatan industri manufaktur di negara tersebut menyebabkan naiknya biaya produksi dan tingginya biaya upah, sehingga perusahaan perusahaan lokal di China juga

4 mengalihkan dan mencari pabrik baru ke negara lain seperti ke kawasan ASEAN dengan harapan mendapatkan biaya produksi dan biaya tenaga kerja yang lebih murah demi kelangsungan bisnis perusahaan di negara tersebut. Dan hal ini dapat dilihat dari peningkatan FDI Inflow negara China yang mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar US$ 5,376,8 Million meningkat menjadi US$ 8.643,5 Million pada taun 2013. Efendi dan Suska (ASEAN Investment Forum Untuk Mendorong Investasi di Kawasan ASEAN Yang Lebih Tinggi, 2013) mengkaji bahwa melalui forum ini diharapkan terciptanya free flow of investment dalam rangka mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi sebagai salah satu komponen dari komunitas ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Untuk mewujudkan terciptanya peningkatan investasi di kawasan ASEAN, oleh karena itu perlu dipetakan terlebih dahulu besarnya arus Foreign Direct Investment (FDI) ke negara-negara ASEAN yang menjadi proxy dalam menghitung investasi yang masuk ke negara-negara ASEAN. Tabel.1.2 menunjukkan proporsi FDI Inflow di masing-masing negara ASEAN untuk perbandingan antara tahun 2011 hingga tahun 2013, FDI Inflow ke negara-negara ASEAN menunjukkan bahwa Singapura masih merupakan tujuan utama diikuti oleh Indonesia, Thailand dan Malaysia. Pada tahun 2013 terdapat FDI Inflow sebesar US$ 122.376,5 juta, relatif lebih besar apabila dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2012. Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa FDI Inflow di 5 negara di kawasan ASEAN yaitu Brunai Darussalam, Indonesia, Laos, Malaysia dan Myanmar mengalami penurunan pada tahun 2012 apabila dibandingkan dengan jumlah FDI Inflow pada tahun 2011. Sedangkan 5 negara ASEAN lainnya yaitu Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina dan Kamboja mengalami peningkatan nilai FDI Inflow pada tahun 2012 apabila dibandingkan dengan nilai FDI pada tahun 2011. Namun secara menyuluruh jumlah FDI Inflow di negara

5 kawasan ASEAN pada tahun 2013 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2012, hanya 2 negara yaitu Indonesia dan Kamboja yang terus mengalami penurunan jumlah FDI Inflow pada tahun 2013 apabila dibandingkan dengan periode 2 tahun sebelumnya. Tabel 1. 2. FDI Inflow di ASEAN Berdasarkan Negara Periode Tahun 2011-2013 Negara Nilai dalam US$ Million 2011 2012 2013 n FDI / FDI Tahun 2013 (US$) (US$) (US$) % Brunei Darussalam 1.208,3 864,8 908,4 0,7 Kamboja 891,7 1.557,1 1.274,9 1,0 Indonesia 19.241,6 19.137,9 18.443,8 15,1 Laos 466,8 294,4 426,7 0,4 Malaysia 12.000,9 9.400,0 12.297,4 10,0 Myanmar 2.058,2 1.354,2 2.620,9 2,1 Filipina 1.815,9 2.797,0 3.859,8 3,2 Singapura 48.474,5 59.811,5 60.644,9 49,6 Thailand 3.861,1 10.699,2 12.999,8 10,6 Viet Nam 7.519,0 8.368,0 8.900,0 7,3 ASEAN 97.538,1 114.284,1 122.376,6 100,0 Sumber : ASEAN Foreign Direct Investment Statistics,2014 (diolah) Dari Tabel 1.2 menunjukkan bahwa FDI Singapura tahun 2013 sebesar US$60.644,9 juta atau memiliki share sebesar 50% dari Total FDI Inflow dari seluruh kawasan di ASEAN, tingginya FDI Singapura ini disebabkan karena nilai GDP Singapura yang paling terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan pendapatan nasional sebesar US$55,182.5 juta. Besarnya pendapatan negara Singapura tentunya berhungan yang signifikan terhadap besarnya nilai FDI negara tersebut. Sedangkan Indonesia berada pada urutan kedua dengan nilai FDI pada tahun 2013 sebesar US $18.443,8 juta atau memiliki share sebesar 15% dari total FDI di kawasan ASEAN dengan GDP per kapita sebasar US$ 3.459,8 juta. Walaupun GDP Per Kapita Indonesia tidak sebesar apabila dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam, namun faktor geografis yang sangat luas di Indonesia dan mudahnya mendapatkan tenaga kerja yang banyak

6 dan biaya upah yang relatif lebih murah di bandingkan negara di kawasan ASEAN yang lainnya menjadi alasan sehingga banyaknya FDI yang terjadi di Indonesia. Di posisi ketiga dengan nilai US$ 12.999,8 juta atau meiliki share sebesar 10,6% dari total FDI di kawasan ASEAN dan selanjutnya diurutan keempat yang miliki andil besar dari Total FDI di kawasan ASEAN yaitu Malaysia dengan jumlah nilai sebesar US$ 12.297,4 juta atau memiliki share sebesar 10% dari total FDI di kawasan ASEAN. Melalui data yang ditampilkan pada Tabel 1.2, dapat dijelaskan pendapatan nasional (GDP) sangat mempengaruhi besarnya FDI yang terjadi di suatu wilayah. Di kawasan Asia tenggara Sharing masing masing negara terhadap total FDI Inflow di Kawasan ASEAN dapat dilihat pada gambar 1. Brunei Cambodia, 891.7 Indonesia, Darussalam, Thailand,, 1% 19,241.6, 20% 1,208.3 Viet, 1% 3,861.1, 4% Nam, 7,519.0, 8% Lao PDR, 466.8, 0% Singapore, 48,474.5, 50% Philippines, 1,815.9, 2% Malaysia, 12,000.9, 12% Myanmar, 2,058.2, 2% Gambar 1. Share FDI Negara ASEAN Terhadap Total FDI di Kawasan ASEAN Tahun 2013 Sumber : ASEAN Foreign Direct Investment Statistics,2014 Oleh karena peningkatan FDI dianggap penting dalam menjamin kelangsungan pembangunaan, sebab terjadinya FDI disuatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how, management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih untung. Sebagai bentuk aliran modal yang bersifat jangka panjang dan relatif tidak rentan terhadap gejolak perekonomian, FDI diharapkan untuk

7 membantu mendorong pertumbuhan investasi yang sustainable di kawasan ASEAN. Untuk mengetahui faktor-faktor penentu masuknya FDI di kawasan ASEAN, maka penelitian ini memilih 10 negara ASEAN ( Brunai Darusalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Myanmar, Vietnam dan Kamboja) dikarenakan faktor kedekatan geografis dan berada di satu kawasan ekonomi yang sama yaitu ASEAN. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi masuknya foreign direct investment ke negara di kawasan ASEAN. Peneliti membatasi variabel Gross Domestic Product, Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Corupcy Perception Index sebagai variabel bebas yang memiliki pengaruh terhadap nilai Foreign Domestic Invesment di Kawasan ASEAN. Dan data yang digunakan penulis merupakan data sekunder dari Tahun 2000 sampai Tahun 2013 yang berasal dari sumber sumber seperti Data World Bank, Data Corruption Perseption Index, Data Foreign Direct Invesment ASEAN resources. 1.2. Rumusan Masalah Oleh karena peningkatan Foreign Direct Invesment (FDI) dianggap penting dalam menjamin kelangsungan pembangunaan dan FDI diharapkan dapat membantu mendorong pertumbuhan investasi yang sustainable di kawasan ASEAN. Hal inilah yang menarik penulis untuk membuat penelitian dengan mengambil permasalahan bahwa Apakah Gross Domestic Product, Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Corupcy Perception Index mempengaruhi Foreign Domestic Invesment di Kawasan ASEAN?

8 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor faktor seperti Gross Domestic Product, Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Corupcy Perception Index yang mempengaruhi nilai Foreign Domestic Invesment di kawasan ASEAN. 1.4. Manfaat Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah dan relevansinya dengan tujuan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dapat dipergunakan : 1. Memberikan kontribusi ilmiah dari perspektif ilmu ekonomi, khususnya yang berkaitan Foreign Domestic Invesment di kawasan ASEAN khususnya ataupun pada region lainnya. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi untuk studi-studi kuantitatif selanjutnya.