BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang

BABl PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita makin dominan sehingga

19 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Juni 2014 Training Room Ortax Read More...

19 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Juni 2014 Training Room Ortax Read More...

2016, No pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) P

PER - 69/PJ/2010 KESEPAKATAN HARGA TRANSFER (ADVANCE PRICING AGREEMENT)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Transfer pricing digunakan untuk mengukur efektifitas departemen

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan secara bijak untuk keperluan belanja Negara. Namun daripada itu, banyak

07 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Read More...

BAB I PENDAHULUAN. banyak didanai dari sektor pajak. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 29/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAPORAN PER NEGARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prinsip Kewajaran Dan Dokumentasi Sebagai Penangkal Kecurangan Transfer Pricing di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa pajak. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan yang dihadapi di era globalisasi ini, menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh perusahaan tersebut. Karena alasan inilah setiap perusahaan selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Comprehensive Tax Planning 2014

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

KementerianKeuangan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak saat ini berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai oleh pemiliknya, salah satu tujuan umum didirikan sebuah perusahaan adalah untuk

SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM

A. PENENTUAN WAJIB PAJAK YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN DAN MENYIMPAN DOKUMEN PENENTUAN HARGA TRANSFER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

19 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Read More Juni 2014 Training Room Ortax Read More

BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan investasi, salah satunya adalah transfer pricing. Meskipun beberapa

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB I PENDAHULUAN. objek pajak melalui peningkatan jumlah PMA. Namun, dalam meningkatkan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.03/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

APAKAH TARIF PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGGUNA NORMA SUDAH ADIL? STUDI KASUS PEDAGANG ECERAN MINUMAN DI JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidakpatuhan wajib pajak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Controlled Foreign..., Stenny Mariani Lumban Tobing, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. pembayar pajak, dan (2) melakukan ketentuan perpajakan secara seragam untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendorong transaksi internasional atau sering disebut dengan cross border

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan

Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu. dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan sebagai alat dalam mengatur pelaksanaan kebijakan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

Tax Alert Panduan Penyampaian Laporan per Negara (Country by Country Report) (PER-29/PJ/2017)

BAB I PENDAHULUAN. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa transfer pricing dilakukan antara

BAB 3 OBJEK PENELITIAN DAN DESAIN PENELITIAN Sejarah Kantor Konsultan Pajak Panorama48

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat arus transaksi perdagangan antarnegara juga semakin mudah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang diberikan pemerintah terhadap warganya atas pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan nasional atau internasional di perlukan dalam rangka

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

Transfer Pricing: Problematika dan Tantangannya 1

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk membiayai kegiatan pembangunan dan kegiatan rutin

MUC BLITZ. Updating Your Knowledge

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

Perencanaan Pajak atas Akun Penjualan, Pembelian, Biaya Royalti, dan Biaya Entertainment di PT ABC

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB 4 PEMBAHASAN. 1. Tahap persyaratan pencatatan dan penyediaan informasi awal analisis FAR

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG KURSUS DAN PELATIHAN SESUAI DENGAN LAMPIRAN PERMENDIKBUD NO

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini sebagai sumber penerimaan terbesar negara. yang terlihat dalam Tabel 1.1 berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada Bab IV, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

UNIVERSITAS INDONESIA. Penerapan Analisis Fungsi, Aset dan Risiko untuk Menentukan Remunerasi sesuai Arm s Length Principle di Indonesia TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan negara tersbesar ini dapat dilihat dalam RAPBN sebesar Rp

Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara. Oleh: Hadi Setiawan 1

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 04 /PJ/2014 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam perdagangan lintas negara, terutama dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan multinasional (Multinational Company/MNC) dengan menempatkan keberadaan anak perusahaannya di berbagai negara. Globalisasi, perdagangan bebas dan era keterbukaan informasi menyebabkan akses investasi ke berbagai negara menjadi luas dan mudah. Banyak perusahaan mengembangkan dirinya menjadi perusahaan besar dengan mendekatkan diri pada potensi pasar yang ada di negara lain atau mencari negara dengan sumber daya murah baik tenaga kerja, bahan baku, fasilitas, energi maupun peluang yang bisa didapat dari bea dan pajak. Hal tersebut secara langsung mempengaruhi peningkatan transaksi antar perusahaan/entitas dengan pengendalian sama (under common control entities). Transaksi antar perusahaan ini menjalankan suatu praktik penetapan harga transaksi yang dipengaruhi hubungan dari sisi kepemilikan dan pengendalian antar perusahaan, yang dikenal dengan harga transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa/pihak afiliasi atau dengan istilah transfer pricing. Globalisasi telah membawa perubahan pada ekonomi dunia. Selain manfaat yang diperoleh terdapat juga permasalahannya, seperti dalam hal isu transfer pricing dengan pengalihan keuntungan pada tax haven countries. Kofi Annan menyatakan pendapatnya seperti dikutip dalam Conway (2011), 1

Globalisasi adalah sebuah fakta kehidupan. Namun saya yakin kita telah meremehkan kerapuhannya. Dalam sebuah kata pengantar oleh Steven Carey dalam Paisey & Li (2012) menyatakan bahwa: Transfer pricing is reality for multinationals. Tax payers generally are not seeking to profit shift and want to be compliant in addressing Transfer Pricing risks, but don t always know where to begin in understanding the issue and creating the right framework for managing it. (p. IX) Transfer pricing merupakan fakta yang melekat pada bisnis multinasional. Pandangan atas kecenderungan praktik menggeser penghasilan pada entitas yang berada di low tax country dan beban pada entitas di high tax country dikaitkan pada operasional MNC. Hal ini karena transfer pricing merupakan salah satu alat dalam pengendalian manajemen, bagaimana perusahaan melakukan perencanaan, implementasi, pengendalian dan evaluasi strategi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini dengan mengefisienkan pembayaran pajak secara entitas ekonomi yaitu dari sisi konsolidasi. Pajak merupakan hal yang diperlukan dalam pembangunan terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia sebagai sumber utama penerimaan negara. Menurut Holmes Jr. yang diakses dalam http://quoteinvestigator.com/2012/04/13/ taxes-civilize/ (2012), Taxation is the price which we pay for civilization, for our social, civil and political institutions, for the security of life and property, and without which, we must resort to the law of force. Transfer pricing sebagai keputusan penentuan harga jual atas suatu produk atau jasa kepada pihak afiliasi akan mempengaruhi pendapatan dan laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Laba ini kemudian menjadi dasar dalam 2

menentukan besarnya pajak penghasilan badan yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada negara. Transfer pricing dan perbedaan harga merupakan hal normal dalam bisnis namun kemudian menjadi permasalahan jika dilakukan pengaturan yang tidak wajar dan tidak lazim atas transaksi dan penentuan harga yang menyebabkan laba perusahaan dipindahkan ke entitas lain di luar negeri, sehingga pengenaan pajak perusahaan menjadi lebih kecil. Sejak 2007 pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) agresif melakukan reformasi perpajakan terutama mengenai transfer pricing melalui pembenahan dan penerapan peraturan serta sosialisasi terutama pada Wajib Pajak (WP) yang memiliki banyak potensi transaksi dengan pihak afiliasi. Salah satu upaya awalnya adalah dengan diterapkannya peraturan DJP mengenai Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang dikeluarkan sebagai salah satu alat untuk mengakomodasi Pasal 18 dari Undangundang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 yang mengatur mengenai transaksi hubungan istimewa. Formulir SPT PPh Badan tersebut diatur dalam Peraturan DJP Nomor PER-39/PJ/2009, dimana perubahannya terdapat pada penambahan kolom baru pada formulir induk mengenai pernyataan transaksi hubungan istimewa. Pada tahun 2010, DJP akhirnya mengeluarkan beleid sebagai peraturan pelaksana untuk perlakuan transfer pricing dan pendokumentasiannya melalui Peraturan DJP Nomor PER-43/PJ/2010 (PER-43) tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa yang kemudian diperbaharui dalam Peraturan DJP Nomor PER-32/PJ/2011 (PER-32) di tahun 2011 tentang Perubahan atas 3

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Isu yang berkembang dari transfer pricing ini membuat perhatian lebih dari pihak di dalam perusahaan yang bertanggung jawab terhadapnya seperti yang terlihat dari hasil survey yang dilakukan oleh kantor konsultan Ernst & Young. Gambar 1.1 Recent Most Important Tax Issues for Tax Manager Sumber: 2010 Global Transfer Pricing Survey, Ernst & Young, 2011 Perusahaan dapat memanfaatkan secara terstruktur dan melakukan praktik yang tidak wajar dan/atau tidak lazim untuk sebesarnya keuntungan entitas ekonominya sehingga tidak menutup kemungkinan ada anak perusahaan MNC mengalami kerugian dalam jangka yang lama namun tetap beroperasi secara normal. Tidak setiap pihak serta merta berkeinginan untuk melakukan profit shiting terutama jika melanggar peraturan yang ada, norma dan etika bisnis. Peraturan yang tidak mengatur secara jelas dan tegas dan bahkan ketiadaan peraturan menyebabkan subyektifitas dalam memandang isu transfer pricing akan tetap ada. Pemahaman atas isu dan peraturan yang ada serta bagaimana membentuk, mengimplementasi, 4

mengendalikan dan mengevaluasi strategi dalam menjalankan bisnis perusahaan merupakan hal selanjutnya yang perlu dikelola perusahaan. Perusahaan perlu melakukan pengendalian manajemen yang sesuai untuk pencapaian tujuannya termasuk untuk kepentingan stakeholders, dalam hal ini pemerintah. Penyelenggaraan dokumentasi transfer pricing yang merupakan pendokumentasian atas analisis kebijakan transfer pricing dan penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha yang sesuai dengan pedoman dan peraturan yang ada perlu dipertimbangkan, jika tidak maka terdapat konsekuensi risiko untuk dilakukan penyesuaian oleh otoritas pajak. Penyelenggaraan dokumentasi transfer pricing dapat berbeda untuk tiap MNC dengan berbagai pertimbangan seperti kebijakan transfer pricing yang dilakukannya, peraturan di berbagai negara dan sebagainya. Hasil dari survey yang dilakukan oleh konsultan Ernst & Young di tahun 2010 menunjukkan beberapa pendekatan yang dilakukan MNC dalam menyelenggarakan dokumentasi transfer pricing seperti pada gambar berikut. Gambar 1.2 Approach to Transfer Pricing Documentation Sumber: 2010 Global Transfer Pricing Survey, Ernst & Young, 2011 5

Hasil survey lain yang dilakukan menunjukkan prioritas yang melatarbelakangi atas penerapan dokumentasi transfer pricing di MNC (seperti terlihat pada Gambar 1.3), dimana prioritas utama adalah sebagai mitigasi risiko yang merupakan pengendalian dengan upaya preventif untuk meminimalisasi dampak negatif atau risiko yang ada, dalam hal ini risiko dari kebijakan transfer pricing dan kesesuaiannya dengan peraturan yang ada. Prioritas berikutnya adalah sebagai sarana untuk audit defence dalam rangka pemeriksaan pajak atas penerapan kewajaran dan kelaziman usaha. Gambar 1.3 Top Priority in Preparing Transfer Pricing Documentation Sumber: 2010 Global Transfer Pricing Survey, Ernst & Young, 2011 Terkait dengan dikeluarkannya PER-43 di tahun 2010 dan PER-32 di tahun 2011 diperlukan penyesuaian dan evaluasi atas penerapan yang dilakukan perusahaan. Perusahaan perlu menyesuaikan kebijakannya terutama setelah adanya pedoman mengenai prinsip kewajaran dan kelaziman usaha yang diatur dalam peraturan tersebut dengan semangat untuk menjalankan usaha di Indonesia yang tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Sebelum adanya peraturan pelaksana ini dan selama penyesuaiannya dimungkinkan banyak manajer 6

perusahaan yang melakukan praktik manajemen penetapan harga yang lemah atau tidak mempunyai dasar/dokumentasi pendukung/pertimbangan yang kuat atau secara tidak sadar melakukan kebijakan yang kurang sesuai dengan semangat dari peraturan ini atau bahkan kurang peduli dan meneruskan kebijakan yang sudah diterapkan sejak lama di perusahaan tanpa ada upaya untuk mencoba memberikan saran dan masukan kepada induk perusahaan akan adanya potensi risiko yang dapat dihadapi. Seorang manajer di anak perusahaan multinasional merupakan representasi dari entitas anggota multinasional di suatu negara dan tentunya merupakan pihak yang paling mengetahui mengenai kondisi lingkungan bisnis di negara tersebut termasuk mengenai peraturan yang berlaku dan bagaimana praktik bisnis yang seharusnya dijalankan. Peran manajer dalam hal ini manajer yang mengelola kebijakan penetapan harga dan pendokumentasiaannya penting bagi manajemen pengendalian usaha anak perusahaan, terkait dengan bagaimana mempengaruhi kebijakan induk perusahaan terhadap entitas yang dikelolanya. Sebagai salah satu anak perusahaan MNC yang beroperasi di yurisdiksi pajak Indonesia yang menjalankan transaksi bisnis dengan induk perusahaan yang memiliki kepemilikan mayoritas dan dengan anak perusahaan lain yang berada dalam satu kelompok usaha, PT X menghadapi kondisi dan permasalahan transfer pricing seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 1.2 Rumusan Masalah Mengacu pada uraian latar belakang tersebut, penulis melakukan analisis pada kondisi bahwa perubahan lingkungan baik lingkungan internal maupun 7

eksternal dapat mempengaruhi operasional dan tujuan perusahaan. Pemberlakuan peraturan mengenai penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi dengan pihak afiliasi merupakan perubahan lingkungan eksternal yang baik dan sudah seharusnya diaplikasikan sebagai pedoman atas operasional dan kebijakan transfer pricing perusahaan. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa dengan adanya isu transfer pricing yang dapat dipandang sebagai alat untuk menggeser penghasilan pada entitas yang berada di low tax country dan beban pada entitas di high tax country dengan praktik yang tidak wajar dan tidak lazim perlu dibuktikan dengan penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dengan pihak afiliasi oleh perusahaan termasuk PT X sebagai entitas anak perusahaan MNC dengan berpedoman pada peraturan yang dikeluarkan oleh DJP yaitu PER-43 sebagaimana diubah dengan PER-32. Penerapan peraturan ini membawa pengaruh pada bagaimana upaya kepatuhan yang dilakukan PT X dengan melakukan pembuktian dan penyelenggaraan dokumentasi yang semestinya. Upaya penyesuaian dalam proses pengendalian manajemen berdasarkan pedoman dalam peraturan ini seharusnya bertujuan untuk menyelaraskan tujuan perusahaan dengan kepentingan negara dan meminimalisir potensi dispute. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pemerintah melalui DJP terus melakukan reformasi perpajakan termasuk dalam masalah transfer pricing dengan memberikan pedoman/aturan dan kesempatan kepada perusahaan untuk melakukan pembuktian dan analisis atas 8

penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dengan pihak afiliasi dan penyelenggaraan dokumentasi atas analisis tersebut. Sebagaimana permasalahan yang telah dirumuskan, perusahaan memerlukan upaya kepatuhan atas penerapan peraturan sesuai dengan yang dipersyaratkan dan mencapai tujuan perusahaan. Terhadap kondisi tersebut terdapat pertanyaan dalam penelitian dan diharapkan menjawab permasalahan yang ada, yaitu: 1. Bagaimana kebijakan umum yang dilakukan PT X atas transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa atau pihak afiliasi? 2. Bagaimana pendekatan atas pengendalian manajemen yang dilakukan oleh PT X sehubungan dengan diterapkannya PER-43 sebagaimana diubah dengan PER-32 yang memberikan pedoman penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dengan pihak afiliasi dalam menjalankan bisnisnya? 3. Bagaimana implementasi kepatuhan yang dilakukan PT X dalam melaksanakan pedoman yang diatur dalam PER-43 sebagaimana diubah dengan PER-32 dengan menyelenggarakan dokumentasi pembuktian penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman transaksi transfer pricing? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian dalam tesis ini pada intinya bertujuan untuk menganalisis penyesuaian dan kepatuhan yang dilakukan PT X atas penyelenggaraan pembuktian dan dokumentasi transfer pricing yang sesuai dengan pedoman yang ada di dalam PER-43 sebagaimana diubah dengan PER-32. Analisis diharapkan 9

memberikan gambaran bagaimana PT X mengimplementasikan peraturan tersebut dan penyesuaian yang dilakukan. Secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi kebijakan dan hal-hal yang terkait dengan transaksi pihak afiliasi yang dilakukan oleh PT X; 2. Mengidentifikasi pendekatan atas pengendalian manajemen yang dilakukan PT X sehubungan dengan diterapkannya PER-43 sebagaimana diubah dengan PER-32 yang memberikan pedoman penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman transaksi dengan pihak afiliasi dalam menjalankan bisnisnya; 3. Menganalisis implementasi kepatuhan dan penyelenggaraan dokumentasi yang dilakukan PT X untuk penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman transaksi dengan pihak afiliasi seperti yang diatur dalam PER-43 sebagaimana diubah dengan PER-32. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat ataupun kegunaan utama yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya: 1. Bagi akademisi a. Diharapkan berguna bagi perkembangan pengetahuan khususnya mengenai perpajakan dan aplikasi dari teori dalam praktik bisnis; b. Menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai wacana diskusi yang memperkaya pembahasan atas topik terkait bagi perkembangan dan perbaikan sistem perpajakan di Indonesia dalam 10

rangka turut menyukseskan reformasi perpajakan untuk mencapai tujuan perpajakan nasional; c. Penelitian diharapkan dapat dilanjutkan, sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran dalam menambahkan hal-hal yang perlu diperbaiki mengenai topik yang sama dalam rangka terus memperbaiki dan memberikan saran bagi sistem dan praktik perpajakan di Indonesia khususnya mengenai transfer pricing. 2. Bagi praktisi a. Menambah wawasan dan sebagai referensi dengan diperolehnya gambaran mengenai bagaimana penerapan dan pengaruh atas peraturan perpajakan mengenai tranfer pricing pada pengendalian menajemen dalam menjalankan bisnis yang berpedoman pada aturan yang berlaku dan memberikan analisis serta masukan bagi penyempurnaan penyelenggaraan dokumentasi PT X selanjutnya; b. Menjadi masukan bagi DJP untuk terus memperbaiki dan mengembangkan pelayanan perpajakan dalam hal penyediaan peraturan dan law enforcement untuk melakukan reformasi perpajakan sehingga perusahaan mendapatkan pedoman yang jelas dalam pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya dan tujuan pemerintah dari sisi pajak dapat tercapai dengan mempertimbangkan kepentingan dan kondisi bisnis agar tercipta kondisi yang saling menguntungkan. 11