IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

VII. ANALISIS FINANSIAL

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

VIII. ANALISIS FINANSIAL

TINJAUAN PUSTAKA. A. Bangsa-bangsa Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil PT. Pandanaran Arta Perkasa. 1. Sejarah PT. Pandanaran Arta Perkasa

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian


MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

VII. RENCANA KEUANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

II. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Ternak Rukun Tani 1. Keadaan Umum Kelompok Ternak Rukun Tani yang diketuai oleh Bp. Sunarjo dengan pekerjaan petani, merupakan salah satu unit usaha masyarakat dibidang peternakan yang terletak di Desa Jingglong Rt 02 Rw 02 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. Kelompok ternak Rukun Tani berdiri sejak tahun 2010, bergerak dibidang peternakan rakyat pada sektor pembibitan dan penggemukan sapi potong yang berada di bawah bimbingan langsung dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati. Bantuan yang diberikan dari pemerintah provinsi berupa uang tunai kemudian diwujudkan dengan 30 ekor sapi oleh pemerintah daerah. Bantuan berupa sapi dikelola oleh kelompok tani ternak tersebut, yang terdapat 30 orang untuk bertanggung jawab melaksanakan peternakan. Kelompok Ternak Rukun Tani merupakan salah satu kelompok ternak yang bergerak di bidang peternakan untuk melaksanakan pembangunan ekonomi kerakyatan. 2. Ketenagakerjaan Kelompok Ternak Rukun Tani memiliki anggota 30 orang. Anggota kelompok ternak tersebut diambil dari penduduk sekitar yang bertujuan agar mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan ternak. Pendidikan rata-rata kelompok tani ternak tersebut adalah SD, SMP, dan SMA. Semua anggota kelompok ternak tersebut tidak mendapatkan upah gaji, namun setiap satu orang anggota diberi wewenang dua ekor sapi untuk penggemukan, sehingga hasil yang didapat berupa bakalan sapi yang sudah digemukan dan siap dijual. 3. Struktur dan Sistem Organisasi Struktur Organisasi Kelompok Tani Ternak Rukun Tani yang dikelola oleh warga Desa Jingglong Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati dibawahi oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia, Kementerian 17

18 Sosial Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati Jawa Tengah, yang bergerak dibidang peternakan kerakyatan. Susunan organisasi Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Gambar 1: Pelindung Penasehat 1 Penasehat 2 Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Wakil Bendahara Anggota Gambar 1. Struktur Organisasi Kelompok Tani Ternak Rukun Tani B. Lokasi Peternakan Lokasi Peternakan Rukun Tani terletak di Desa Jingglong Rt 02, Rw 02, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Peternakan ini berada pada lahan milik salah satu anggota kelompok tani ternak yang memiliki luas 450 m 2. Secara geografis lokasi peternakan berada di daerah dataran rendah dan memiliki kondisi tanah yang bergelombang. Lokasi peternakan mempunyai jarak dengan jalan raya sekitar 200 meter. Jarak dengan pemukiman penduduk sangat dekat karena lokasi tersebut langsung bersebelahan dengan rumah

19 penduduk. Penduduk disekitar tidak terganggu dengan adanya peternakan tersebut karena sebagian besar penduduk adalah peternak. Daerah tersebut sebagian besar tanah persawahan yang memiliki potensi pakan terutama hijauan makanan ternak serta didukung dengan lokasi sentra industri pengolahan hasil pertanian (industri tahu dan penggilingan padi). Daerah peternakan Rukun Tani mampu untuk memenuhi kebutuhan pakan dengan memanfaatkan limbah pertanian, serta dapat membantu menekan biaya produksi pakan. Sesuai dengan pendapat Soeprapto dan Abidin (2006) yaitu untuk menekan biaya pakan, maka sebaiknya lokasi peternakan tidak jauh dari sumber pakan dan sumber air berasal dari air tanah. Hal ini menunjukkan bahwa pihak peternakan telah bisa menyediakan air untuk kebutuhan air minum, sanitasi dan kebutuhan lainnya. C. Kandang Model kandang sapi pada Kelompok Tani Ternak Rukun Tani menggunakan kandang sistem kelompok dengan diberi pembatas antar sapi dan penempatan sapi saling berhadapan (head to head) yang dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan dalam pemberian pakan dan minum. Keunggulan model kandang tipe kelompok yaitu mudah membersihkan kotoran di area perkandangan. Namun, ada kelemahannya yaitu antar ternak mudah bergesekan dan mengakibatkan luka. Hal ini dibenarkan oleh, Purnawan dan Cahyo (2010), kelemahan dari kandang bentuk kelompok adanya persaingan pakan yang terjadi pada ternak yang menyebabkan konsumsi pakan tidak optimal dan dapat mengakibatkan ternak terluka. Jarak kandang kelompok tani ternak ini dengan pemukiman berkisar 20 meter, dengan jumlah kandang 1 kandang yang berisi 6 line. Setiap line berukuran panjang 7,5 m x 3,5 m dan memiliki jarak antar line yaitu 1 m. Setiap satu line kandang berkapasitas 5 ekor sapi dewasa. Segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang dimiliki oleh Kelompok Tani Ternak Rukun Tani sudah cukup baik. Sarana penunjang yang ada adalah gudang pakan, kebun hijauan pakan,

20 dan tempat pembuangan kotoran. Lantai kandang yang dibuat agak miring dan agak kasar memiliki dampak baik, yaitu memudahkan dalam sanitasi dan meminimalisir terjatuhnya ternak. Peralatan kandang yang digunakan untuk menunjang proses produksi antara lain sabit, sekop, cangkul, garpu, sikat, selang, dan ember. Peralatan tersebut mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan di kandang. Hal ini sependapat dengan Rianto dan Purbowati (2009) menambahkan bahwa lantai kandang harus rata, tidak licin, tidak terlalu keras atau tajam, tahan lama dan dibuat miring sekitar 5 0 10 0. D. Pakan Usaha pemeliharaan sapi potong modal utama merupakan pakan yang secara kuantitas cukup dan kualitas baik untuk menunjang pertumbuhan hidup ternak. Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dalam pemberian pakan dilakukan setiap pagi, siang dan sore. Pemberian pakan Kelompok Ternak Rukun Tani dilakukan sehari tiga kali yaitu jam 05.00 berupa konsentrat 3kg, siang jam 12.00 berupa ampas tahu dan bekatul halus, sore jam 15.00 berupa jerami padi 7 kg. Keterbatasan waktu yang terjadi pada kelompok ternak ini dikarenakan, seluruh anggota mempunyai pekerjaan di luar pemeliharaan saja. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Abidin (2002), yang menyatakan bahwa, pemberian hijauan dilakukan sekitar 2 jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari. Pemberian hijauan secara berkala bertujuan untuk meminimalisir pakan yang tercecer karena tidak dikonsumsi oleh ternak. Pakan konsentrat berasal dari daerah Kabupaten Pati, sedangkan untuk hijauan diambil dari lahan persawahan di sekitar peternakan. Pakan jerami yang digunakan oleh Kelompok Tani Ternak Rukun Tani berupa jerami non fermentasi sehingga mempunyai nilai kandungan nutrien yang berbeda. Pemberian pakan hijauan non fermentasi dilakukan berkala, sehingga tidak membutuhkan tempat penyimpanan karena keterbatasan lahan peternakan dan menghemat biaya untuk proses fermentasi. Kandungan nutrien pakan konsentrat, jerami padi non fermentasi, ampas tahu dan bekatul halus

21 yang digunakan oleh peternakan Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 1, 2, 3, dan 4. Tabel 1. Kandungan nutrien konsentrat No Nutrien Presentase (%) 1 Bahan kering (BK) 86 2 Abu 5 3 Protein kasar (PK) 13,5 4 Lemak kasar (LK) 4,0 5 Serat kasar (SK) 12,7 6 Kalsium (Ca) 0,7 7 Total Digestible Nutrient (TDN) 67 8 (BETN) 64,0 Sumber: Kjub Puspetasari, 2013 Tabel 2. Komposisi bahan konsentrat pabrik No Jenis pakan BK % PK% LK% SK% TDN% 1 Bekatul halus 91,26 9,96 2,32 18,51 55,52 2 Onggok 90,17 2,83 0,67 8,26 77,24 3 Bungkil sawit 92,94 14,78 11,93 10,72 67,43 4 Kulit kacang 91,44 36,39 17,27 0,89 71,72 5 6 Molases Wheat pollard 30,23 89,56 Sumber: Kjub Puspetasari, 2013 8,30 16,41-4,00 Tabel 3. Kandungan nutrien jerami non fermentasi - 5,86 63,00 74,82 No Jenis Bahan BK (%) PK (%) SK (%) LK (%) TDN (%) 1 Jerami Padi 64 5,4 29,1 1,7 44,5 Sumber: Ali. et al, 2005 Tabel 4. Kandungan nutrien ampas tahu dan bekatul Halus No Jenis Bahan BK (%) PK (%) SK (%) LK (%) TDN (%) 1 Ampas Tahu 13,3 23,7 23,58 10,49 51,93 2 Bekatul Halus 91,26 9,96 18,51 2,32 55,52 Sumber: Tarmidi, 2009 Jadwal pemberian pakan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dilakukan tiga kali sehari. Jenis pemberian pakan juga berbeda setiap pagi, siang, dan sore. Pemberian pakan dibedakan bertujuan untuk meningkatkan kecernaan mikrobia dalam rumen sapi. Pemberian jerami padi untuk satu ekor

22 sapi sebanyak 7 kg dengan sisa 2 kg, jadi konsumsi jerami padi satu ekor sapi yaitu 5 kg. Jabel pemberian pakan dan jenis pakan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jadwal pemberian pakan No Waktu Jenis pakan Pemberian (kg) 1 2 05.00 12.00 Konsentrat Ampas Tahu dan Bekatul Halus 3 1 dan 2 3 15.00 Jerami padi 7 Sumber: Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2012 Kebutuhan nutrien antar ternak sapi potong mempunyai kebutuhan yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh bobot badan sapi yang berbeda, sehingga daya konsumsi pakan juga berbeda. Analisa kecukupan nutrien ternak sapi potong dapat dihitung sebagai berikut: a. Jerami padi 5 kg/ekor/hari BK = 64 % x 5 kg = 3,2 kg TDN = 44,5% x 3,2 kg = 1,42 kg PK = 5,4% x 3,2 kg = 0,17 kg b. Konsentrat 3 kg/ekor/hari BK = 86 % x 3 kg = 2,58 kg TDN = 67 % x 2,58 kg = 1,72 kg PK = 13,5 % x 2,58 kg = 0,34 kg c. Ampas 1 kg/ekor/hari BK = 13,3 % x 1 kg = 0,13 kg TDN = 51,93 % x 0,13 kg = 0,06 kg PK = 23,7 % x 0,13 kg = 0,03 kg d. Bekatul Halus 2 kg/ekor/hari BK = 91,26 % x 2 kg = 1,82 kg TDN = 55,52 % x 1,82 kg = 1,01 kg PK = 9,96 % x 1,82 kg = 0,18 kg e. Total Pemberian BK = 3,2 kg + 2,58 kg + 0,13 kg + 1,82 kg = 7,73 kg TDN = 1,42 kg + 1,72 kg + 0,06 + 1,01 kg = 4,21 kg PK = 0,17 kg + 0,34 kg + 0,03 kg + 0,18 kg = 0,72 kg

23 Berdasarkan kebutuhan nutrisi sapi potong sumber dari NRC, (1984) dengan rata rata bobot badan sapi bakalan 200 kg didapat kebutuhan nutrisinya adalah bahan kering (BK) 4,80 kg, protein kasar (PK) 0,12 kg, dan total digestible nutrient (TDN) 3,10 kg. Pakan yang diberikan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani memiliki kandungan bahan kering (BK) 7,73 kg, protein kasar (PK) 0,72 kg, dan total digestible nutrient (TDN) 4,21 kg. Kandungan pakan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani sudah mencukupi standart NRC. Penghitungan bobot badan dan lama pemeliharaan perlu dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan ternak yang dipelihara. Hal ini ditujukan untuk mengetahui keuntungan atau kerugian yang akan didapat selama pemeliharaan. Cara menghitung bobot badan sapi potong dengan rumus scroll sebagai berikut: Bobot badan awal = (L + 22) 2 100 = (145 + 22) 2 100 = 278 kg Bobot badan setelah 3 hari = (L + 22) 2 100 = (145,6 + 22) 2 100 = 280 kg Berdasarkan perhitungan tersebut mendapatkan bobot badan sapi dengan lingkar dada 145 cm diperoleh berat badan sapi 278 kg. Satu ekor ternak sapi yang terdapat di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani memiliki bobot awal 206 kg dan pemeliharaan selama 90 hari memiliki bobot badan 278 kg, setelah 3 hari pengukuran lingkar dada bertambah 0,6 cm, sehingga bobot badan terakhir 280 kg dengan lama pemeliharaan 93 hari. Penghitungan PBBH dengan menggunakan rumus bobot akhir bobot awal dibagi lama pemeliharaan menghasilkan pertumbuhan bobot badan harian yaitu 0,79 kg per hari.

24 Hal ini menunjukkan bahwa sapi yang terdapat di Peternakan Rukun Tani memiliki pertumbuhan bobot badan yang baik dan menguntungkan bagi peternak. Menurut Parakkasi (1998), faktor faktor yang mempengaruhi berat badan yaitu umur, bangsa ternak, jenis kelamin, kekurangan pakan, dan lingkungan. Konsumsi pakan dan konversi pakan yang dihasilkan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani : Konversi pakan = Jumlah bahan kering yang dikonsumsi Pertumbuhan bobot badan harian = 7,83 0,79 = 9,91 kg Konversi pakan yang didapatkan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani sebesar 9,91 kg. Kebutuhkan pakan dalam bentuk bahan kering sebanyak 9,91 kg, untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan harian sebesar 0,79 kg. Pakan dalam bentuk bahan kering yang disediakan Kelompok Tani Ternak Rukun Tani memiliki keunggulan dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan harian stabil. E. Pengadaan Bakalan Pengadaan bakalan merupakan salah satu unsur penting dalam usaha di bidang peternakan serta untuk menunjang perkembangan yang baik dalam peternakan. Sapi bakalan yang berada di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani terdapat 30 ekor sapi dengan perkiraan bobot badan 200 kg yang didatangkan dari pasar Wage, Pati. Jumlah bakalan yang tersedia 30 ekor untuk digemukkan. Lama penggemukan yang dilakukan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani selama 4 bulan pemeliharaan. Jenis sapi yang dipelihara oleh Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Populasi Ternak No Jenis Sapi Jumlah (ekor) 1 Peranakan Simmental 10 2 Peranakan Brangus 8 3 Peranakan Ongole 12 Sumber. Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016

25 Jenis sapi yang terdapat di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani yaitu Peranakan Ongole, Peranakan Simmental, dan Peranakan Brangus. Pemilihan bakalan yang dilakukan harus memiliki kriteria yang baik. Pemilihan bakalan ini bertujuan untuk menjamin kualitas bakalan yang akan dipelihara dan pembibitan. Salah satu ciri bakalan yang dipilih adalah bakalan sehat, tidak cacat fisik, agak kurus dan belum afkir. Hal ini dikarenakan ternak yang memiliki badan sehat dan umur antara 8 bulan sampai 1,5 tahun menunjukkan bahwa bakalan tersebut masih mempunyai tahap untuk penggemukan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1992), bahwa kriteria pemilihan bakalan selalu berdasarkan penilaian visual, silsilah, penampilan, dan pengujian produksi. F. Kesehatan Manajemen pemeliharaan yang baik, khususnya program kesehatan ternak menjadi hal yang paling mendasar untuk meningkatkan produksi dan pertumbuhan ternak. Manajemen yang kurang tepat dapat menyebabkan masalah yang menghambat dalam pertumbuhan ternak bahkan ancaman pagi keberlangsungan peternakan tersebut. Hal ini sependapat dengan Akoso (2006), yang menyatakan bahwa tingkah laku sapi memberikan gambaran tentang status kesehatan sapi tersebut. Sapi yang sehat akan menampakkan gerakan yang aktif, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi disekitarnya. Peternakan Rukun Tani menjaga kesehatan mulai dari pengendalian bakalan, kandang, pakan, minum, dan sanitasi dilingkungkan perkandangan. Bakalan sapi yang baru datang diberi antibiotik untuk mencegah penyebaran penyakit atau virus. Pemberian vaksin dilakukan setelah 2 hari pemberian antibiotik yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ternak agar tidak mudah terjangkit penyakit yang diakibatkan mikroorganisme. Peternakan Rukun Tani melakukan pemberian antibiotik dan vaksin empat bulan sekali. Pemberian antibiotik, vaksin, dan obat cacing, sanitasi perkandangan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh kotoran

26 ternak yang menumpuk. Sanitasi kandang di Kelompok Ternak Rukun Tani ini dilakukan sehari 1 kali pada jam 16.00 WIB secara bersama-sama oleh anggota kelompok. Pembersihan dimulai dari memandikan sapi, pembersihan lantai kandang, tempat pakan, minum, pembuangan kotoran dalam tempat limbah, pembersihan lantai kandang, dan pembersihan alat-alat kandang. Hal ini sesuai dengan Sugeng (2001), bahwa salah satu cara untuk menjaga agar ternak terhindar dari penyakit dengan usaha menjaga kebersihan lingkungan kandang seperti lantai yang bersih. Sapi harus dimandikan satu kali perhari dengan tujuan agar parasit kulit tidak mudah menghinggapinya. Penyakit yang sering muncul di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani antara lain: 1. Diare Diare merupakan penyakit yang disebabkan adanya perubahan fisiologis di dalam tubuh terutama saluran pencernaan. Perubahan yang disebabkan oleh fisiologis meliputi perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan. Ciri-ciri sapi yang terserang penyakit diare yaitu feses lembek sampai mencair tanpa disertai perubahan, berlendir, dan disertai bercak darah. Menurut Blakely dan Bade (1993), sapi yang terserang penyakit diare akan mengeluarkan feses yang banyak dan encer, serta dapat mengakibatkan kematian bila tidak segera ditangani. Penyakit diare dapat dicegah dengan cara tidak melakukan perpindahan pakan yang dilakukan secara mendadak dan perlu disediakan kandang karantina untuk sapi bakalan yang baru datang agar beradaptasi lingkungan terlebih dahulu. 2. Cacingan Penyakit cacingan sering menyerang ternak sapi. Ciri-ciri ternak sapi yang terserang penyakit cacingan ini yaitu nafsu makan menurun, ternak terlihat pasif, bulunya kasar dan kusam, dan ternak terlihat kurus. Menurut Arifin dan Soedarmono (1982), penyakit cacingan pada ternak sapi cukup merugikan, karena penyakit cacingan berbeda dengan penyakit ternak yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Penyakit cacingan menimbulkan kerugian antara lain gangguan pertumbuhan, penurunan daya tahan tubuh

27 dan gangguan metabolisme. Penyakit cacingan dapat dicegah dengan cara kandang selalu kering, sisa pakan slalu dibersihkan dan diberi obat cacing secara berkala. Ternak sapi yang terjangkit penyakit cacingan dapat diberi obat Albenol dengan cara oral atau dimasukan lewat mulut sapi. Obat yang digunakan untuk pengobatan ternak sapi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Obat Nama Gejala Nama Penyakit Obat Dosis Cara Perlakuan Diare Mencret Vetedryl 10 ml Injeksi Intramuscular Cacing Konsumsi meurun dan mencret Albenol 100 15ml Sumber: Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 G. Pengolahan Limbah Oral Limbah ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan sapi yang dapat diolah menjadi suatu produk yang bisa dimanfaatkan oleh manusia dan bersifat ramah lingkungan. Kelompok Ternak Rukun Tani memperhatikan limbah hasil peternakan yang berasal dari kotoran hewan meliputi, feses, urin, dan sisa pakan diolah menjadi biogas. Biogas dapat digunakan untuk membantu keperluan rumah tangga yaitu memasak. Keunggulan biogas yaitu mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas serta tidak berbau kotoran ternak. Hal ini sependapat dengan Setiawan (2008), yang menyatakan bahwa biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi. Selain dijadikan biogas, limbah peternakan juga dapat diolah sebagai pupuk kompos untuk tanaman. Namun, pembuatan pupuk kompos dari limbah peternakan tidak dilakukan di Peternakan Rukun Tani ini dikarenakan minimnya tempat untuk pengolahannya.

28 H. Aspek Ekonomi Usaha Penggemukan Sapi Potong 1. Investasi Biaya investasi penggemukan sapi potong di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Investasi Investasi Biaya (Rp) Pembuatan kandang dan bangunan Rp 80.000.000,00 Tanah Rp 120.000.000,00 Instalasi Listrik Rp 1.000.000,00 Instalasi Air Rp 2.000.000,00 Peralatan Kandang Rp 900.000,00 Jumlah Rp 203.900.000,00 Sumber : Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa total jumlah investasi adalah Rp. 203.900.000,00. Jumlah tersebut didapat dari pembuatan kandang dan bangunan sebesar Rp. 80.000.000,00. Biaya pembelian tanah sebesar Rp. 120.000.000,00. Pemasangan instalasi listrik dan instalasi air masing - masing sebesar Rp 1.000.000,00 dan Rp 2.000.000,00 Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya investasi berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung, biaya pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan sebagainya (Subagyo, 2001). 2. Biaya Operasional Biaya operasional dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan, misalnya adalah gaji pekerja bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan jumlah produksi sapi potong

29 yang diusahakan. Semakin banyak sapi potong semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi peternakan secara total (Rasyaf, 1995). Biaya tetap di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya tetap per tahun Uraian Biaya tetap (Rp) Tenaga kerja Rp 9.000.000,00 Perawatan kandang Rp 15.000.000,00 Pajak Rp 500.000,00 Rekening listrik Rp 600.000,00 Rekening air Rp 360.000,00 Total Jumlah Rp 25.460.000,00 Sumber : Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 Berdasarkan Tabel 9 Kelompok Tani Ternak Rukun Tani mengeluarkan biaya tetap pertahun mencapai Rp 25.460.000,00. Total tersebut meliputi pemberian upah tenaga kerja satu orang per periode penggemukan 4 bulan sebesar sebesar Rp 9.000.000,00. Biaya perawatan kandang sebesar Rp 15.000.000,00. Biaya pajak per tahunnya sebesar Rp 500.000,00. Biaya listrik dan air masing masing sebesar Rp 600.000,00 dan Rp 360.000,00. Biaya tidak tetap di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya tidak tetap per tahun Uraian Biaya tidak tetap (Rp) Bibit/Bakalan Rp 990.000.000,00 Pakan Rp 261.360.000,00 Obat Rp 3.600,000,00 Biaya Transportasi Rp 900.000,00 Sumbangan Rp 1.000.000,00 Total Jumlah Rp 1.256.860.000,00 Sumber : Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 Berdasarkan Tabel 6 biaya tidak tetap pertahun mencapai Rp 1.256.860.000,00. Total tersebut meliputi biaya pembelian bakalan sejumlah 90 ekor selama 1 tahun sebesar Rp 990.000.000,00. Pembelian pakan konsentrat dengan harga Rp 4.750,00 per kg, ampas tahu dengan harga Rp 3.000,00 per kg, jerami padi dengan harga Rp 350,00 per kg, dan bekatul dengan harga Rp 2.250,00 per kg, dengan total biaya pakan per

30 tahunnya Rp 261.360.000,00. Biaya obat-obatan meliputi pembelian obat dan vitamin sebesar Rp 3.600.000,00. Biaya transportasi sebesar Rp 900.000,00. Sumbangan sukarela peternakan sebesar Rp 1.000.000,00 3. Penerimaan Besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak maka harus ada keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR TC dimana π adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah Total Revenue atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan). TR adalah total revenue atau total penerimaan peternak dan TC adalah total cost atau total biayabiaya. Pemisahan biaya dan penerimaan dilakukan terlebih dahulu sebelum menggunakan alat analisis (Hoddi, 2011). Penerimaan usaha penggemukan sapi potong di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Penerimaan per tahun Uraian Jumlah (Rp) Penjualan ternak Rp 1.350.000.000,00 Nilai sisa Rp 48.000.000,00 Total Jumlah Rp 1.398.000.000,00 Sumber : Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 Berdasarkan data Tabel 7 dapat diketahui bahwa penerimaan per tahun mencapai angka Rp 1.398.000.000,00 dengan jumlah ternak sapi 90 ekor selama 3 kali periode per tahun dan setiap pemeliharaan selama 120 hari. I. Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Potong 1. Pendapatan Pendapatan adalah penambahan aktiva yang dapat mengakibatkan bertambahnya modal dari perusahaan melalui penjualan (Kusnadi, 2000). Berikut adalah perhitungan pendapatan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani :

31 Harga sapi per ekor Rp 15.000.000,00 Penjualan 90 ekor sapi per tahun = Rp 15.000.000,00 x 90 Keuntungan = Rp 1.350.000.000,00 = penerimaan - biaya produksi = Rp 1.350.000.000,00- Rp 1.282.320.000,00 = Rp 67.680.000,00 Jadi keuntungan yang diperoleh Kelompok Tani Ternak Rukun Tani sebesar Rp 67.680.000,00 selama satu tahun. 2. Benefit cost ratio (BCR) Benefit Cost Ratio (BCR) memperhitungkan jumlah keuntungan moneter diwujudkan dengan melakukan proyek versus jumlah biaya untuk melaksanakan proyek. Semakin tinggi BCR yang lebih baik investasi. Aturan umum praktis adalah bahwa jika manfaat lebih tinggi dari biaya proyek ini adalah investasi yang baik. BCR yang diperoleh dengan perhitungan perhitungan sebagai berikut: BCR = total NPV positif total NPV negatif = Rp 386.400.000,00 Rp 203.900.000,00 = 1,8 Berdasarkan hasil perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) diatas, dapat diketahui bahwa Kelompok Tani Ternak Rukun Tani yang bergerak dalam bidang peternakan diperoleh nilai BCR 1,8. Maka usaha tersebut layak untuk dijalankan dan menguntungkan perusahaan karena BCR >1. Hal ini sesuai dengan Kadariah (1999) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana B/C Ratio > 1 : Efisien, B/C Ratio = 1 : Impas B/C Ratio < 1 : Tidak efisien. 3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek atau investasi dapat dilakukan apabila laju

32 pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain). Berdasarkan analisa finansial Kelompok Tani Ternak Rukun Tani diperoleh hasil sebagai berikut: IRR =I I + NPV I x (I II -I I ) (NPV I +NPV II ) = 12% + Rp 67.680.000,00 x (13-12)% (Rp 67.680.000,00+ Rp 13.252.197,00) = 12% + Rp 67.680.000,00 x 8% Rp 80.932.197,00 = 12% + (0,83 x 0,01) = 12% + 0,008 = 12% + 0,8% = 12,8% Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa Kelompok Tani Ternak Rukun Tani layak untuk dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari bunga bank yang berlaku saat ini yaitu 12,8%. Hasil tersebut sesuai dengan peryataan Soetriono (2006) yang menyatakan bahwa, jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank. 4. Payback Period of Credit (PPC) Payback periode digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi (initial investment) yang dihitung dengan membagi investasi semua dengan cash in flow (Sugiono, 2009). Payback periode dapat dihitung dengan sebagai berikut: PPC = tahun negatif terakhir + nilai negatif terakhir nilai positif pertama = 3 + Rp 860.000,00 Rp 67.680.000,00 = 3 + 0,012 = 3,01

33 Berdasarkan perhitungan diatas Kelompok Ternak Rukun Tani dapat mengembalikan investasi selama 3,01 tahun. 5. Net Present Value (NPV) Net present value merupakan nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang. Kriteria penilaian untuk Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut : jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung (Gittinger, 1986). Discount factor yang digunakan dalam metode ini adalah 12% sesuai dengan suku bunga bank yang berlaku, sehingga nilai NPV didapatkan dengan hasil Rp 67.308.064,00 Angka NPV yang lebih dari 0 atau bersifat positif berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan. 6. Break Even Point (BEP) Break even point (BEP) adalah titik dimana usaha dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi (Kuswandi, 1999). Berikut adalah perhitungan Break even point (BEP) : Biaya variable per unit = biaya variable Produk dalam 1 tahun = Rp1.256.860.000,00 90 = Rp 13.965.111,00 BEP (penjualan) = biaya tetap 1 harga variable harga jual = Rp 25.460.000,00 1 Rp 13.965.111,00 Rp15.000.000,00 = Rp 25.460.000,00 1 0,93 = Rp 25.460.000,00 0,07 = Rp 363.714.285,00

34 Berdasarkan perhitungan data diatas titik impas usaha Kelompok Tani Ternak Rukun Tani adalah sebesar Rp 363.714.285,00 selama pemeliharaan.