BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMK KI HAJAR DEWANTORO DI TANGERANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

Study Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB II LANDASAN TEORI. (2005) menyatakan bahwa perencanaan karir adalah proses yang harus dilewati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Di dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa teori terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

Terdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya;

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR PADA PARA CALON SARJANA DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir (Super, 1951, dalam Sharf, 2006). Menurut Crites (dalam Brown, 2002) kematangan karir adalah tingkat dimana individu sudah menguasai perkembangan karirnya dengan baik, meliputi komponen, pengetahuan, maupun sikap yang sesuai dengan tahap perkembangan karir. Sedangkan Gonzales (2008) mengatakan kematangan karir adalah proses kematangan seseorang berhubungan dengan tahapan perkembangan, dibandingkan dengan tahapan kematangan orang lain yang seumuran. Schmitt-Rodermund dan Sillbereisen (1998) juga menambahkan bahwa kematangan karir adalah suatu kondisi siap atau tidak seseorang sudah memiliki ide tentang pekerjaan di masa depan. Super ( dalam Sharf, 2006) mendeskripsikan terdapat 4 komponen utama berkenaan dengan kematangan karir, yaitu : - Orientasi untuk pemilihan vokasional, yang berhubungan dengan pemusatan pada pilihan karir dan penggunaan informasi mengenai pekerjaan. - Konsistensi terhadap pilihan, tidak hanya konsisten terhadap pilihan pekerjaan tetapi juga konsisten terhadap bidang yang diminati dan jabatan pekerjaan. - Perwujudan dari perilaku - Kebijakan atas pilihan utama, yang merujuk pada hubungan antara pilihan dan kemampuan, aktivitas dan minat. 8

9 2.1.1 Tahapan Perkembangan Karir Super (dalam Brown, 2002) membuat tahapan perkembangan karir sesuai dengan tugas tugas yang spesifik yang ada dalam masing masing tahapan perkembangan karir tersebut, yaitu: a) Perkembangan (4 13 tahun) Tahap ini ditandai dengan perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri. Anak anak mengamati lingkungan untuk mendapat informasi mengenai dunia kerja dan menggunakan perasaan untuk mengetahui minat mereka. Pada tahap ini terdapat tia sub tahap, antara lain: 1) Sub tahap fantasi (4 10 tahun) minat pada anak ditandai dengan berfantasi menjadi individu yang diinginkan, kebutuhan dan menjalani peran merupakan suatu hal yang penting. 2) Sub tahap minat (11 12 tahun) Tahap ini ditandai dengan tingkah laku yang berhubungan dengan karir mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak menjadi penentu utama aspirasi dan aktifitas. 3) Sub tahap kapasitas Pada tahap ini individu mulai mempertimbangkan kemampuan dan persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan. b) Eksplorasi (14 24 tahun) Super (dalam Hami, Hinduan, dan Sulastiana, 2007) menjelaskan bahwa tahapan perkembangan karir pada masa ini memasuki tahap eksplorasi. Pada tahap ini keputusan keputusan pendidikan yang penting tujuan tujuan karir pertama

10 kali diuji secara serius (Super, dalam Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, dan Firameutia, 2007). Tahun tahun sekolah lanjutan dan perguruan tinggi ini sendiri merupakan suatu masa dimana para siswa/mahasiswa mengumpulkan informasi mengenai kekurangan dan kelebihan diri mereka, dan juga informasi dunia kerja yang mereka pilih. Tahap eksplorasi ini dibagi menjadi 3 sub tahap, yaitu: 1) Tentative ( 15 17 tahun), pada tahap ini individu berupaya mencari kejelasan tentang apa yang ingin dikerjakan. Mereka mulai merealisasikan kemampuannya, minat minat, dan nilai yang dimiliki. 2) Transition (18 21/22 tahun), pada tahap ini individu harus lebih spesifik dalam memilih pekerjaan. 3) Trial little Commitment (22 24/25tahun), pada tahap ini individu membuat perencanaan lebih matang untuk mencapai karirnya. Mereka mulai menghubungi dan mencari informasi kepada orang orang yang bisa menolongnya mendapatkan pekerjaan yang diminati. c) Pembentukan ( 25 44 tahun) Pada tahap ini individu mulai memasuki dunia kerja yang sesuai dengan dirinya dan bekerja keras untuk mempertahankan karir atau pekerjaannya. Terdapat dua sub tahap pada tahap ini, antara lain: 1) Sub tahap percobaan dengan komitmen ( 25 30 tahun) Tugas pada tahap ini adalah menstabilkan pilihan pekerjaan. Individu merasa nyaman dengan pekerjaannya sehingga bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. 2) Sub tahap stabilisasi ( 31 44 tahun)

11 Pada tahap ini pekerjaan individu sudah stabil. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menetapkan pekerjaan agar memperoleh keamanan dan kenyamanan sehingga dapat meningkatkan kinerja dan menunjukkan perilaku yang positif serta produktif pada rekan kerja. d) Pemeliharaan ( 45 64 tahun) Pada tahap ini individu telah menetapkan pilihan pada satu bidang, fokus mempertahankan posisi dengan menambah wawasan agar tidak tersaingi oleh rekan yang lebih muda. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi, yaitu holding, updating, dan innovating. e) Penolakan ( lebih dari 65 tahun Pada tahap ini individu mulai mempertimbangkan tahap pra pensiun, hasil kerja, dan akhirnya pensiun. Terdapat dua sub tahap, yaitu: 1) Sub tahap decelaration ( 65 70 tahun) Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengurangi tingkat pekerjaan dan mulai merencanakan pensiun. 2) Sub tahap retirement ( lebih dari 71 tahun) Pada tahap ini individu pada akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerja

12 2.1.2 Dimensi Kematangan Karir Menurut Career Development Inventory yang dikembangkan oleh Super (dalam Hami, Hinduan, dan Sulastiana, 2007) terdapat empat dimensi yang mengukur kematangan karir, yaitu: - Career Planning Skala ini mengukur seberapa banyak pemikiran individu yang diberikan dalam mencari informasi dan seberapa banyak mereka merasa mengetahui tentang berbagai aspek kerja. Seperti mencari informasi karir, berbicara dengan orang dewasa mengenai rencana rencana, mengambil kursus kursus, ikut ekstrakulikuler dan memperoleh pendidikan atau pelatihan untuk suatu pekerjaan. Selain itu, konsep ini berhubungan dengan kondisi pekerjaan, syarat pendidikan, pandangan pekerjaan, pendekatan pendekatan lain untuuk masuk ke dalam pekerjaan dan kesempatan-kesempatan untuk maju. Perencaan karir menunjukan pada seberapa besar seorang siswa merasakan bahwa dia mengetahui tentang aktivitas-aktivitas ini (termasuk tentang apa yang dipikirkan oleh siswa tersebut), bukan seberapa besar yang benar-benar dia ketahui. - Career Exploration Merupakan suatu keinginan untuk mencari informasi karir dengan menggunakan sumber daya atau media yang ada seperti orang tua, guru, orang dewasa yang memiliki karir seperti yang diinginkan, buku, artikel, dan film. Eksplorasi karir menggambarkan penggunaan sumber daya untuk mencari tahu informasi karir.

13 - Decision Making Kemampuan siswa menggunakan pengetahuan dan pemikirannya untuk membuat rencana karir. Konsep ini didasari pada tuntutan siswa untuk membuat keputusan karir. - World of Work Information Dimensi ini terdiri atas dua komponen, pertama terkait dengan tugas perkembangan, seperti kapan seseorang harus mencari tahu tentang minat dan kemampuannya, bagaimana cara orang lain melakukan pekerjaannya, dan kenapa seseorang berganti pekerjaan. Kedua mengetahui tugas tugas dalam suatu jabatan dan perilaku perilaku dalam bekerja. 2.1.3 Faktor faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir Remaja Menurut Piaget (dalam Sharf, 2006) secara perlahan proses perkembangan kemampuan dalam memecahkan masalah dan merencanakan dimulai saat remaja. Sejak awal memasuki SMP, remaja butuh untuk memilih apa yang mereka mau vocational track atau college track. Kemampuan untuk menentukan pilihan seperti itu seringkali berubah ubah pada saat remaja. Teori teori karir telah mempelajari aspek aspek dari perkembangan remaja yang berkaitan dengan proses pemilihan karir, seperti minat, kapasitas, dan nilai nilai. 2.2 Motivasi Belajar Sartain (dalam Ngalim, 2002) mengatakan motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks yang mengarahkan tingkah laku terhadap tujuan atau perangsang. Sedangkan menurut Sardiman (2011) motivasi adalah serangkaian usaha untuk

14 menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Soemanto (dalam Najah, 2007) menjelaskan motivasi adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah serta semangat belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi belajar dapat dikatakan sebagai penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arahan pada kegiatan belajar (Mustaqim, 2008). Menurut Winkel (2007) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis yang ada di diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar menurut Alderfer (dalam Nashar, 2004) adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus (Sardiman, 2011). Hudgins (1983) berpendapat bahwa individu yang memiliki motivasi belajar tinggi akan berusaha sekeras mungkin dalam mencapai tujuan, cita cita, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap masalah dalam belajar dan mempunyai respon yang positif untuk mencapai hal yang diinginkan. 2.1.1. Aspek-Aspek Motivasi Belajar Menurut Frandsen (dalam Suryabrata, 2012), ada beberapa aspek yang memotivasi belajar seseorang, yaitu: - Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

15 Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, karena setelah mereka mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan rasa puas terhadap dirinya sendiri - Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia tidak pernah berhenti menciptakan sesuatu yang baru karena adanya dorongan untuk lebih maju dan menjadi lebih baik dalam hidupnya. - Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang disekitarnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk rasa simpati yang lain. - Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi atau kompetisi. Kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya membuat seseorang memiliki motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi. - Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak merasa khawatir jika mendapat pertanyaan dari guru, menghadapi ujian, dan lain lain karena yakin dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang dapat menimbulkan rasa aman. - Adanya pemberian hadiah atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

16 Perbuatan yang dilakukan dengan baik akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila dilakukan kurang sungguh-sungguh maka hasilnya pun kurang baik mungkin berupa hukuman. 2.1.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Reid (2007) idealnya motivasi haruslah intrinsik, yakni pembelajar memiliki motivasi diri. Namun penting pula ekstrinsik (penghargaan) dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran untuk memotivasi siswa. faktor faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa diantaranya: 1. Motivasi karena tugas Siswa yang memiliki pengalaman kegagalan berulang kali, akan berkurang motivasinya dan sama sekali tidak ingin belajar materi baru dengan cara apapun. Perhatian yang diberikan ketika menyusun tugas dapat meyakinkan siswa dan hal ini dapat memotivasi siswa dalam mendapat hasil yang baik. 2. Motivasi karena penghargaan Penghargaan biasanya diberikan kepada siswa yang mendapatkan hasil belajar yang baik, namun sebaiknya digunakan dalam jangka pendek saja. 3. Motivasi sosial pengaruh kelompok teman sebaya Dinamika kelompok bisa menjadi positif atau negatif dan penting untuk meyakinkan bahwa komposisi kelompok menguntungkan bagi semuanya. Kelompok yang termotivasi dapat mengumpulkan sumber daya semua anggota kelompok dan kelompok ini dapat menjadi kekuatan motivasi yang kuat. 4. Motivasi karena umpan balik

17 Dengan memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa dapat meyakinkan bahwa mereka berada pada jalan yang tepat. Umpan balik yang diberikan harus positif dan dibingkai dalam cara yg positif. 5. Motivasi karena pencapaian prestasi Pencapaian prestasi tidak selalu berupa pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh guru. Namun pencapaian prestasi bergantung pada siswa dan kesiapannya dalam menyelesaikan tugas. 6. Lingkungan yang memotivasi Lingkungan sangat berpotensi memberikan dampak besar pada siswa, namun preferensi terhadap lingkungan sangat individual dan bergantung dari gaya belajar seseorang. Penting bagi siswa untuk menemukan lingkungan belajar terbaiknya. 7. Sekolah yang memberi motivasi Motivasi siswa merupakan tanggung jawab seluruh unsur sekolah dan manajemen sekolah. Penting pula motivasi terlihat dalam semua aspek sekolah dan tidak hanya dalam pencapaian prestasi, seperti ruang kelas yang menyediakan berbagai sarana yang mendukung motivasi anak, dan lainnya Reid (2007) juga mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membangun strategi motivasi belajar, antara lain: - Memastikan bahwa tugas berkaitan dengan minat dan usia Menggunakan materi yang sesuai dengan usia pembelajaran sangat penting agar dapat mengembangkan motivasi. Selain itu, sekarag ini banyak juga penerbit yang menyediakan materi sesuai dengan minat dan ketertarikan siswa.

18 - Memfokuskan pada tugas dan kurikulum Tugas dan sasaran kurikulum harus direvisi, hal ini dilakukan untuk mencegah tanggung jawab ada ditangan pembelajar dan konsekuensi yang dapat menekankan kesulitan siswa. - Memastikan pelajarannya bermakna Penting untuk mengecek level pemahaman dan pengetahuan konsep kunci pelajaran. Jika level konsep pemahaman sesuai dengan siswa, maka pelajaran akan bermakna. - Penilaian diri Siswa harus didorong untuk menilai kemajuan mereka sendiri dalam belajar sehingga dorongan ini bisa menjadi motivator. Penilaian diri ini dapat mendorong pemikiran diri secara mendalam yang kemudian membantu keterampilan berpikir tingkat tinggi. - Mendukung pilihan siswa Dengan mendukung pilihan siswa, hal ini dapat membantu siswa memupuk kemandirian dan tanggung jawab. - Mendorong evaluasi diri Dengan melakukan evaluasi diri, siswa menjadi tahu sudah sejauh mana target yang mereka capai dan kekurangan apa saja yang harus diperbaiki sehingga memacu siswa untuk menjadi lebih baik lagi dalam hal sikap maupun prestasi. 2.3 Kerangka Berpikir Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Lembaga pendidikan ini setara dengan Sekolah

19 Menengah Akhir, namun pada siswa SMK para siswa lebih dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja setelah lulus. Para siswa SMK dibekali berbagai macam ilmu dan keterampilan yang dapat membantu mereka di dunia kerja. Tujuan SMK sebagaimana ditegaskan dalam pasal 15 UU SISDIKNAS merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Diharapkan nantinya siswa lulusan SMK dapat bekerja sesuai di bidang yang mereka minati. Salah satu SMK yang berperan serta dalam mendidik dan mempersiapkan peserta didik agar mampu bekerja sesuai bidang yang diminati adalah SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang. Hampir 80% lulusan dari SMK Ki Hajar Dewantoro langsung bekerja setelah lulus SMK. Hal ini salah satunya didukung oleh kematangan karir siswa SMK tersebut. Kematangan karir menurut Super (dalam Sharf, 2006) adalah kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten. Siswa SMK yang kisaran usianya antara 15 18 tahun menurut Super (dalam Sharf, 2006) sedang berada pada tahap explorasi, dimana mereka mulai melakukan pencarian tentang pekerjaan yang sesuai dengan dirinya, tugas apa yang akan mereka hadapi saat bekerja nanti, tanggung jawab seperti apa yang harus mereka lakukan, dan juga keahlian seperti apa yang harus mereka kuasai untuk menunjang performa kerja mereka. Faktor yang mempengaruhi perkembangan karir ini sendiri di antaranya adalah minat, kapasitas, dan nilai nilai. Selain itu, kematangan karir dapat diukur dengan Career Development Inventory yang dimensinya terdiri dari career planning, career exploration, decision making, dan work of world information.

20 Anak SMK yang pada umumnya memang sudah dipersiapkan agar dapat langsung bekerja setelah lulus nanti, diharapkan sudah mengenali diri mereka, tahu akan minat, kapasitas, dan nilai nilai diri mereka. Sehingga mereka bisa memastikan sendiri sudahkah mereka mampu untuk menentukan pilihan pekerjaan mereka. Siswa yang sudah memiliki tujuan atau keinginan ingin menjadi apa atau bekerja sebagai apa di masa depannya nanti, secara otomatis mereka akan termotivasi dalam belajar untuk memenuhi standar pekerjaan yang mereka minati dan ingin mereka tekuni setelah lulus. Motivasi belajar menurut Seomanto (dalam Najah, 2007) adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah serta semangat belajar. Dengan mengetahui keahlian apa saja yang akan menunjang pekerjaan mereka nanti dan tugas seperti apa yang akan mereka tanggung, maka siswa akan belajar dengan giat guna memenuhi syarat syarat tersebut. Berdasarkan hal ini, peneliti menduga adanya hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro. Selain itu, faktor - faktor dapat mengukur motivasi belajar adalah adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi atau kompetisi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, adanya pemberian hadiah atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

21 Faktor faktor pengembangan karir: - Minat - Kapasitas - Nilai - nilai Faktor faktor motivasi belajar, adalah motivasi karena tugas, motivasi karena penghargaan, motivasi sosial dan pengaruh teman sebaya, motivasi karena feedback, motivasi karena pencapaian prestasi, lingkungan dan sekilah yang memotivasi Kematangan karir Motivasi belajar 1. Career planning 2. Career exploration 3. Decision making 4. World of work information 1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia 2. Adanya sifat yang kreatif 3. keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang 4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. 6. Adanya hadiah atau hukuman Gambar 2.1 Kerangka Berpikir