BAB III PENUTUP. pertanggungjawaban pidana pengganti (vicarious liablity) sebagaimana dimaksud

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

JURNAL PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN DITINJAU DARI PASAL 46 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR

JURNAL PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM PASAL 118 UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KEHUTANAN. Oleh: Esti Aryani 1 Tri Wahyu Widiastuti 2. Abstrak

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku:

DAFTAR PUSTAKA. Hukum Lingkungan), Bestari, Bandung, Anthon Freddy Susanto, Penelitian Hukum Transformatif-Partisipatoris,

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada. keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana

UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :

dikeluarkan oleh masyarakat sekitar perkebunan. 1. Perlu adanya ketegasan dalam peraturan perundang-undangan, bahwa

DAFTAR PUSTAKA. Abidin, A.Z, 1983, Bunga Rampai Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen, Banjarmasin, FH.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

Lex Crimen Vol. VII/No. 2 /April/2018

Lex Administratum, Vol. III/No. 6/Ags/2015. Kata kunci: Pertanggungjawaban, pidana, korporasi

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2016, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku-buku Sianturi, S.R., 1996, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta: Alumni Ahaem-Patahaem.

PERUMUSAN KETENTUAN PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penulis yang telah dilakukan maka dapat

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/2017

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku-Buku Adami Chazawi, 2011, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Grafindo Persada

suatu kebutuhan di masa akan datang. Konsepsi pertanggungjawaban pidana

Daftar Pustaka. Abulsyani, 1987, Sosiologi Kriminalitas, Jakarta: Remaja Karya

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat di simpulkan :

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB I PENDAHULUAN. atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lex Privatum Vol. V/No. 7/Sep/2017

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

DAFTAR PUSTAKA. Ali Rido, Badan Hukum Dan Kedudukan Badan Hukum Bagi Perseroan. Perkumpulan Koperasi Yayasan Wakaf, Alumni, Bandung, 1986.

BAB IV SIMPULAN A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat (memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi), sedangkan

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

DAFTAR PUSTAKA. Bakhri, Syaiful, 2009, Hukum Pembuktian Dalam Praktik Peradilan Pidana, Cetakan I, P3IH FH UMJ dan Total Media, Yogyakarta.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DAN TINDAK PIDANA PEMILU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan penulis, berdasarkan

PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN KEJAHATAN PADA TAHAP PENUNTUTAN DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE. (Studi Kasus Penganiyayaan di Kota Malang)

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penulisan hukum ini sebagai berikut: menggunakan telepon seluler pada saat berkendara adalah langsung

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2008, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung, Alumni,

DAFTAR PUSTAKA. Batas Berlakunya Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

kejahatan ekonomi di bidang perbankan dalam hukum pidana yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, (2008), Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cet. Ke- I, Jakarta: Prenada Media Group.

BAB III PENUTUP. a. Kesimpulan. 1. Pertanggungjawaban pidana menyangkut pemidanaannya sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan

BAB III PENUTUP. penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Bentuk penyelesaian yang dilakukan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi

Prakoso, D, (1988), Hukum Penitensir di Indonesia, Bandung: Armico.

DAFTAR PUSTAKA. Zul Akrial. Antara Kejahatan Warungan Dan Kejahatan Korporasi. Pekanbaru: UIR Press

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI PELAKU PELANGGARAN HAK INDIKASI GEOGRAFIS

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto,Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ed.revisi II, Rineka Cipta, Jakarta.

LEVEL KOMPETENSI I Pemahaman Konsep Korporasi

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016

BAB III PENUTUP. korupsi dan kekuasaan kehakiman maka penulis menarik kesimpulan. mengenai upaya pengembalian kerugian negara yang diakibatkan korupsi

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DAN INDIVIDUALISASI PIDANA

SANKSI PIDANA BAGI KORPORASI ATAS PEMALSUAN UANG RUPIAH 1 Oleh : Putri Sofiani Danial 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Achmad, Menguak Realitas Hukum: Rampai Kolom Dan Artikel Pilihan Dalam Bidang Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008).

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA

SUKMA VIOLETTA, SH, LLM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Suatu hal yang tidak dapat dielakkan dalam proses modernisasi adalah

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

KONSISTENSI HAKIM MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM HAL TERJADI PERBARENGAN TINDAK PIDANA (CONCURCUS REALIS) PENULISAN HUKUM

PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Secara yuridis status keuangan Negara yang diinvestasikan dalam

BAB III PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP. perseorangan sebagai subjek hukum. Berdasarkan hal tersebut untuk

DAFTAR PUSTAKA. Abidin, Andi Zainal, Asas-asas Hukum Pidana Bagian Pertama, Bandung: Alumni, 1987

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pembahasan, hasil penelitian yang penulis

DAFTAR PUSTAKA. Ari Wibowo, Hukum Pidana Terorisme Kebijakan Formulatif Hukum Pidana

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017

Lex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015

BAB III PENUTUP. di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

V. PENUTUP. 1. Penyebab timbulnya kejahatan penistaan agama didasari oleh faktor; Pertama,

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Kriminal, op.cit, hal.2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembahasan, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

Kebijakan Formulasi Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

DAFTAR PUSTAKA. A. Literatur Buku

BAB III PENUTUP. maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2005, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang.

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat diberikan kesimpulan guna menjawab pokok permasalahan dalam skripsi ini, yakni : Bahwa pertanggungjawaban pidana terhadap subjek hukum korporasi yang melakukan tindak pidana perbankan dilakukan dengan bentuk pertanggungjawaban pidana pengganti (vicarious liablity) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Pembebanan pertangggungjawaban pidana pengganti (vicarious liablity) itu sendiri dikenakan kepada korporasi atas perbuatan yang telah dilakukan oleh pelaku fungsionalnya (functioneel daderschaap) yang dalam hal ini adalah mereka yang telah memberi perintah melakukan perbuatan itu atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya. Korporasi hanya dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana apabila suatu tindak pidana perbankan yang dilakukan oleh pengurus-pengurus maupun agen-agen korporasi ditujukan untuk kepentingan korporasi, sehinggga nantinya pemidanaan akan dikenakan dan sanksi dijatuhkan kepada mereka yang berperan sebagai pemberi perintah maupun pemimpin dalam melakukan tindak pidana perbankan atas kepentingan korporasi. Dengan demikian, maka Pasal 46 (2) Undang-Undang Nomor 10 79

80 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan belum mengatur secara tegas mengenai Korporasi yang dapat dipidanakan secara langsung sebagai badan hukum apabila melakukan tindak pidana perbankan. Sebab dalam perkembangan, sebenarnya korporas sebagai badan hukum sangat dimungkinkan untuk dimintai pertanggungjawaban secara langsung bersama dengan pengurus korporasi. Adapun nantinya pembebanan sanksi pidana kepada korporasi sebagai badan hukum adalah sanksi pidana denda dan sanksi pidana yang bersifat administratif, sedangkan untuk pengurus korporasi diberikan sanksi pidana badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). B. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah disampaikan diatas, maka dapat terlihat adanya kesulitan dalam meminta pertanggungjawaban pidana secara langsung kepada korporasi sebagai badan hukum. Sehingga, diperlukan kesadaran bagi para penegak hukum untuk membentuk suatu perubahan pengaturan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan bagi pelaku tindak pidana perbankan dengan memberikan sanksi pidana secara tegas kepada korporasi sebagai badan hukum agar sesuai dengan tujuan dari keberadaan hukum pidana. Berdasarkan hal-hal sebagaimana dimaksud diatas, maka penulis menyarankan agar nantinya korporasi sebagai badan hukum yang melakukan tindak pidana perbankan dapat dimintai pertanggungjawaban pidana secara langsung berupa sanksi pidana denda maupun sanksi pidana yang bersifat

81 adminstratif bersamaan dengan adanya pembebanan sanksi pidana penjara kepada pengurus korporasi sebagai pelaksana dalam tindak pidana perbankan yang dilakukan oleh korporasi tersebut. Secara rinci adalah supaya rumusan yang ada dalam Pasal 46 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undan Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang didalamnya terdapat unsur yang memberi perintah atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan tersebut atau kedua-keduanya diperjelas dengan lebih menekankan pada pertanggungjawaban pidana korporasi secara langsung. Penulis menyarankan agar rumusan tersebut direvisi dengan unsur-unsur yang lebih tegas, seperti apabila korporasi yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), maka pembebanan pertanggungjawaban pidana dikenakan pada korporasi sebagai pelaku fungsional dan para pengurus maupun agen-agen korporasi yang terlibat dalam perbuatan tersebut, sehingga korporasi secara khusus dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Hasbullah F. Sjawie, 2013, Direksi Perseroan Terbatas serta Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Citra Aditya Bakti, Bandung. Andi Hamzah, 2008, Azas-azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta Kritian dan Yopi Gunawan, 2013, Tindak Pidana Perbankan, Nuansa Aulia, Bandung Mahrus Ali, 2013, Asas-asas Hukum Pidana Korporasi, Rajawali Pers, Jakarta Hiariej O.S. Eddy, 2014, Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Moeljatno, 2008, Azas-azas Hukum Pidana,Rineka Cipta, Jakarta. Muladi dan Priyatno Dwidja, 2010, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta. Frans Maramis, 2012, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta 82

83 H. Setiyono, 2005, Kejahatan Korporasi : Analisis Viktimologi dan Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang. Hamzah Hatrik, 1996, Strict Liability dan Vicarious Liability : Asas Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2. Internet - http://www.pkh.komisiyudisial.go.id/id/files/materi/tinggi01/tinggi01 suta n_tpp.pdf. diakses tanggal 09 maret 2016. http://digilib.ump.ac.id/download.php?id=1270, diakses tanggal 10 Maret 2016 3. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1946, Sekretariat Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang Menyatakan Berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Republik Indonesia Tentang Peraturan Hukum Pidana Untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia Dan Mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958, Sekretariat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Sekretariat

84 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32, Sekretariat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Sekretariat