Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN SISTEM PEMASARAN MENDUKUNG AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN DONGGALA. Kegiatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang menghubungkan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 KERANGKA PEMIKIRAN

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

BAB. I PENDAHULUAN Secara umum sektor pertanian pada Pembangunan Jangka

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

PENDAHULUAN Latar Belakang

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

Heni Sulistyawati PR dan Lintje Hutahaean Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Transkripsi:

Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan dipasar baik pasar domestik maupun internasional. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud mencakup penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur misalnya pasar dan kebiasaan petani setempat. Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas unggulan Sulawesi Tengah, komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini cukup mendasar karena harga kakao internasional saat ini cukup tinggi dan momentum yang baik untuk dimanfaatkan petani atau pelaku usaha (masyarakat agribisnis). Trend luas panen, produksi, dan produktivitas kakao cenderung meningkat dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan tersebut, diikuti dengan peningkatan volume dan nilai ekspor. Volume dan nilai ekspor komoditi kakao merupakan yang terbesar untuk komoditi perkebunan. Volume ekspor meningkat 20,08%, sedangkan nilai ekspor meningkat sangat besar 87,74%. Peningkatan nilai ekspor salah satunya dikarenakan peningkatan harga jual biji kakao ditingkat petani sekitar 19,82% (BPS Sulteng, 2003). Kabupaten Donggala merupakan sentra produksi kakao di Sulawesi Tengah. Luas areal perkebunan rakyat sebesar 21.169 ha dengan produktifitas baru mencapai1,04 ton/ha/tahun (BPS Sulteng, 2004). BPTP Sulawesi Tengah bekerja sama dengan LRPI dalam tiga tahun terakhir telah melakukan kajian pengembangan sistem usahatani integrasi kakao dan ternak di Kabupaten Donggala, hasil kajian yaitu peningkatan rataan produktivitas kakao kering mencapai 1.382 kg/ha/tahun (Munier et al, 2006) Produktivitas kakao yang tinggi seringkali tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan yang signifikan, hal ini dikarenakan petani masih dihadapkan pada masalah berfluktuasinya harga biji kakao sehingga posisi tawar (bargaining position) petani lemah yang menyebabkan petani mendapatkan nilai jual biji kakao yang rendah. Masalah pasar merupakan masalah yang penting dalam rangka merangsang petani untuk meningkatkan produksinya. Pasar merupakan salah satu syarat penting dalam pembangunan 1 / 6

pertanian, karena pasar akan menentukan besarnya permintaan suatu komoditi (Mosher, 1981). Pemasaran yang efektif sangat dibutuhkan dalam memasarkan biji kakao, salah satu faktor yang menentukan adalah tingkat harga dan stabilitas harga. Semakin tinggi harga jual biji kakao, petani akan termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Hal ini berarti, tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas kakao, harus diikuti usaha penyempurnaan/perbaikan dalam bidang pemasaran. Memperbesar nilai yang diterima petani/produsen, memperkecil biaya pemasaran dan terciptanya harga jual dalam batas kemampuan daya beli konsumen merupakam perbaikan bidang pemasaran yang bertujuan memperbesar tingkat efisiensi pemasaran. Survai analisis pemasaran dilakukan di kabupaten Donggala pada bulan Januari sampai dengan Desember 2007. Pengkajian dilakukan pada daerah-daerah yang merupakan sentra produksi kakao di kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka lokasi pengkajian ditetapkan pada sentra produksi kakao di Kabupaten Donggala. Penentuan lokasi responden dilakukan secara sengaja atau Pur posive Sampling, berdasarkan nilai LQ (Location Quotient) yang tertinggi di kabupaten Donggala, yaitu kecamatan Banawa, kecamatan Palolo, dan kecamatan Sirenja. Pada masing-masing kecamatan ditetapkan tiga desa, dimana setiap desa ditentukan 10 responden petani. Pedagang pengumpul tingkat desa ditentukan secara sengaja masing-masing sebanyak 2 pedagang tiap desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan masing-masing ditentukan sebanyak 2 pedagang tiap kecamatan, sedangkan pedagang besar di luar kecamatan masing-masing ditentukan 3 pedagang di kabupaten Donggala dan kota Palu, dan 1 eksportir. Sehingga jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 118 responden. Analisis Data dengan menggunakan analisis regresi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kakao. Untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan, dihitung nilai koefisien determinasi ganda (R 2 ). Nilai determinasi ini menunjukkan besarnya kemampuan menerangkan variabel bebasnya. Nilai R 2 2 / 6

ini berkisar antara 0-1 dan bila hasil yang diperoleh nilai R 2 nya sama dengan 1 atau mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik. Analisis margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap lembaga perantara, serta bagian harga yang diterima petani. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada pendapatan usahatani kakao yaitu kuantitas tenaga kerja, bahan pengendalian organisme pengganggu tanaman, dan biaya pemasaran. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata dinyatakan dari nilai regresi dan nilai beda nyata pada tingkat kesalahan 10%, 5% dan 1% yang disajikan pada Tabel 23. Tabel Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kakao di Kabupaten Donggala, 2007 Variabel Independen Koefisien Regresi X 1 (Luas lahan) 1.801.162 (0,539) X 2 (Kuantitas Pohon) - 4.626,89 (-1,268) 3 / 6

X 3 (Kuantitas Tenaga Kerj 18.658,27 (1,736)* X 4 (Biaya Pupuk ) 0,407 (0,926) X 5 (Biaya Bahan OPT) -2,786 (-2,802)*** X 6 (Biaya Angkut/Pemasa 17,26 (3,42)*** X 7 (Lama Fermentasi) 278.146 (0,45) Konstanta 4 / 6

2.471.439 (1,377) R 2 33,00 F-hitung 3,655*** Keterangan : * = beda nyata pada tingkat kesalahan 10 % ** = beda nyata pada tingkat kesalahan 5 % *** = beda nyata pada tingkat kesalahan 1 % Angka dalam kurung menunjukkan nilai t hitung Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 6 (enam) saluran utama pemasaran kakao di kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja kabupaten Donggala yaitu : 5 / 6

1. Petani --- pedagang pengumpul desa --- pedagang pengumpul kecamatan --- pedagang besar kabupaten --- eksportir 2. Petani ----- pedagang pengumpul desa ------ pedagang besar kabupaten------ eksportir 3. Petani ----- pedagang pengumpul kecamatan ----- pedagang besar kabupaten ----- eksportir 4. Petani ----- pedagang pengumpul kecamatan---- eksportir 5. Petani ----- pedagang besar kabupaten ---- eksportir 6. Petani ----- kelompok tani----------eksportir Total margin pemasaran dari saluran pemasaran berkisar antara Rp. 750 Rp. 2.400/kg. Margi n pemasaran terbesar diperoleh pedagang besar yang berkisar antara Rp. 560 980/kg. Bagian harga (share) yang tertinggi diterima petani pada saluran pemasaran petani---- kelompok tani---pedagang akhir/eksportir (saluran 6) di desa Bahagia kecamatan Palolo yaitu sebesar 95,31% dengan total margin yang terkecil yaitu Rp. 750/kg. Pemasaran biji kakao dapat dikatakan belum efisien, namun nilai koefisien korelasi sebesar 0,57 menunjukkan bahwa korelasi harga ditingkat petani (Pf) dengan harga ditingkat pedagang akhir/eksportir (Pr) cukup kuat, sehingga dapat dikatakan bahwa integrasi pasarnya mendekati sempurna, atau memberikan arti bahwa bargaining position antara petani dengan lembaga pemasaran sudah cukup kuat. 6 / 6