Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan dipasar baik pasar domestik maupun internasional. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud mencakup penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur misalnya pasar dan kebiasaan petani setempat. Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas unggulan Sulawesi Tengah, komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini cukup mendasar karena harga kakao internasional saat ini cukup tinggi dan momentum yang baik untuk dimanfaatkan petani atau pelaku usaha (masyarakat agribisnis). Trend luas panen, produksi, dan produktivitas kakao cenderung meningkat dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan tersebut, diikuti dengan peningkatan volume dan nilai ekspor. Volume dan nilai ekspor komoditi kakao merupakan yang terbesar untuk komoditi perkebunan. Volume ekspor meningkat 20,08%, sedangkan nilai ekspor meningkat sangat besar 87,74%. Peningkatan nilai ekspor salah satunya dikarenakan peningkatan harga jual biji kakao ditingkat petani sekitar 19,82% (BPS Sulteng, 2003). Kabupaten Donggala merupakan sentra produksi kakao di Sulawesi Tengah. Luas areal perkebunan rakyat sebesar 21.169 ha dengan produktifitas baru mencapai1,04 ton/ha/tahun (BPS Sulteng, 2004). BPTP Sulawesi Tengah bekerja sama dengan LRPI dalam tiga tahun terakhir telah melakukan kajian pengembangan sistem usahatani integrasi kakao dan ternak di Kabupaten Donggala, hasil kajian yaitu peningkatan rataan produktivitas kakao kering mencapai 1.382 kg/ha/tahun (Munier et al, 2006) Produktivitas kakao yang tinggi seringkali tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan yang signifikan, hal ini dikarenakan petani masih dihadapkan pada masalah berfluktuasinya harga biji kakao sehingga posisi tawar (bargaining position) petani lemah yang menyebabkan petani mendapatkan nilai jual biji kakao yang rendah. Masalah pasar merupakan masalah yang penting dalam rangka merangsang petani untuk meningkatkan produksinya. Pasar merupakan salah satu syarat penting dalam pembangunan 1 / 6
pertanian, karena pasar akan menentukan besarnya permintaan suatu komoditi (Mosher, 1981). Pemasaran yang efektif sangat dibutuhkan dalam memasarkan biji kakao, salah satu faktor yang menentukan adalah tingkat harga dan stabilitas harga. Semakin tinggi harga jual biji kakao, petani akan termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Hal ini berarti, tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas kakao, harus diikuti usaha penyempurnaan/perbaikan dalam bidang pemasaran. Memperbesar nilai yang diterima petani/produsen, memperkecil biaya pemasaran dan terciptanya harga jual dalam batas kemampuan daya beli konsumen merupakam perbaikan bidang pemasaran yang bertujuan memperbesar tingkat efisiensi pemasaran. Survai analisis pemasaran dilakukan di kabupaten Donggala pada bulan Januari sampai dengan Desember 2007. Pengkajian dilakukan pada daerah-daerah yang merupakan sentra produksi kakao di kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka lokasi pengkajian ditetapkan pada sentra produksi kakao di Kabupaten Donggala. Penentuan lokasi responden dilakukan secara sengaja atau Pur posive Sampling, berdasarkan nilai LQ (Location Quotient) yang tertinggi di kabupaten Donggala, yaitu kecamatan Banawa, kecamatan Palolo, dan kecamatan Sirenja. Pada masing-masing kecamatan ditetapkan tiga desa, dimana setiap desa ditentukan 10 responden petani. Pedagang pengumpul tingkat desa ditentukan secara sengaja masing-masing sebanyak 2 pedagang tiap desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan masing-masing ditentukan sebanyak 2 pedagang tiap kecamatan, sedangkan pedagang besar di luar kecamatan masing-masing ditentukan 3 pedagang di kabupaten Donggala dan kota Palu, dan 1 eksportir. Sehingga jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 118 responden. Analisis Data dengan menggunakan analisis regresi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kakao. Untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan, dihitung nilai koefisien determinasi ganda (R 2 ). Nilai determinasi ini menunjukkan besarnya kemampuan menerangkan variabel bebasnya. Nilai R 2 2 / 6
ini berkisar antara 0-1 dan bila hasil yang diperoleh nilai R 2 nya sama dengan 1 atau mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik. Analisis margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap lembaga perantara, serta bagian harga yang diterima petani. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada pendapatan usahatani kakao yaitu kuantitas tenaga kerja, bahan pengendalian organisme pengganggu tanaman, dan biaya pemasaran. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata dinyatakan dari nilai regresi dan nilai beda nyata pada tingkat kesalahan 10%, 5% dan 1% yang disajikan pada Tabel 23. Tabel Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kakao di Kabupaten Donggala, 2007 Variabel Independen Koefisien Regresi X 1 (Luas lahan) 1.801.162 (0,539) X 2 (Kuantitas Pohon) - 4.626,89 (-1,268) 3 / 6
X 3 (Kuantitas Tenaga Kerj 18.658,27 (1,736)* X 4 (Biaya Pupuk ) 0,407 (0,926) X 5 (Biaya Bahan OPT) -2,786 (-2,802)*** X 6 (Biaya Angkut/Pemasa 17,26 (3,42)*** X 7 (Lama Fermentasi) 278.146 (0,45) Konstanta 4 / 6
2.471.439 (1,377) R 2 33,00 F-hitung 3,655*** Keterangan : * = beda nyata pada tingkat kesalahan 10 % ** = beda nyata pada tingkat kesalahan 5 % *** = beda nyata pada tingkat kesalahan 1 % Angka dalam kurung menunjukkan nilai t hitung Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 6 (enam) saluran utama pemasaran kakao di kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja kabupaten Donggala yaitu : 5 / 6
1. Petani --- pedagang pengumpul desa --- pedagang pengumpul kecamatan --- pedagang besar kabupaten --- eksportir 2. Petani ----- pedagang pengumpul desa ------ pedagang besar kabupaten------ eksportir 3. Petani ----- pedagang pengumpul kecamatan ----- pedagang besar kabupaten ----- eksportir 4. Petani ----- pedagang pengumpul kecamatan---- eksportir 5. Petani ----- pedagang besar kabupaten ---- eksportir 6. Petani ----- kelompok tani----------eksportir Total margin pemasaran dari saluran pemasaran berkisar antara Rp. 750 Rp. 2.400/kg. Margi n pemasaran terbesar diperoleh pedagang besar yang berkisar antara Rp. 560 980/kg. Bagian harga (share) yang tertinggi diterima petani pada saluran pemasaran petani---- kelompok tani---pedagang akhir/eksportir (saluran 6) di desa Bahagia kecamatan Palolo yaitu sebesar 95,31% dengan total margin yang terkecil yaitu Rp. 750/kg. Pemasaran biji kakao dapat dikatakan belum efisien, namun nilai koefisien korelasi sebesar 0,57 menunjukkan bahwa korelasi harga ditingkat petani (Pf) dengan harga ditingkat pedagang akhir/eksportir (Pr) cukup kuat, sehingga dapat dikatakan bahwa integrasi pasarnya mendekati sempurna, atau memberikan arti bahwa bargaining position antara petani dengan lembaga pemasaran sudah cukup kuat. 6 / 6