PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG IJIN LOKASI DENGAN RAHMAAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 2 TAHUN 2004 TENTANG FATWA PENGARAHAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 14 TAHUN : 2003 SERI :E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

j. PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG k. PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG l. NOMOR 3 TAHUN 2009

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN KUTAI BARAT MEMUTUSKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

IJIN LOKASI DAN PENETAPAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 8 TAHUN 2009 TENTANG

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LOKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PENYEDIAAN TANAH UNTUK PEMAKAMAN UMUM OLEH PERUSAHAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

L E M B A R A N D A E R A H

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 18 TAHUN : 1996 SERI : A NO : 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 2 TAHUN 2002 IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN IZIN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PENGEMBANGAN PEMANFAATAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG USAHA BAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 6 TAHUN 2006 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENEBANGAN POHON PADA PERKEBUNAN BESAR DI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 20 TAHUN : 1993 SERI :A.1

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG B E C A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1996 TENTANG USAHA HOTEL MELATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIMEULUE dan BUPATI SIMEULUE

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IJIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, perlu ditindaklanjuti secara arif dan bijaksana agar pelaksanaan otonomi daerah dapat memberi kesejahteraan yang merata dan berkeadilan; b. bahwa pemberian Ijin Lokasi tersebut pada dasarnya merupakan pengarahan peruntukkan tanah bagi perusahaan penanaman modal sebagai pelaksanaan penataan ruang dalam aspek pertanahan; c. bahwa pemberian Ijin Lokasi tersebut juga merupakan ijin untuk memperoleh tanah bagi perusahaan yang tidak menggunakan fasilitas penanaman modal; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pemberian Ijin Lokasi. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2047); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3215); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 350); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 6. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Kabupaten (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 03). Dengan persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT dan BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IJIN LOKASI. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat; BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 5. Dinas Pertanahan adalah Dinas Pertanahan Kabupaten Kutai Barat; 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pertanahan Kabupaten Kutai Barat; 7. Ijin Lokasi adalah ijin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai ijin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya; 8. Perusahaan adalah perorangan atau badan hukum yang telah memperoleh ijin untuk melakukan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 9. Group perusahaan adalah dua atau lebih badan usaha yang sebagian usahanya dimiliki oleh orang atau oleh badan hukum yang sama, baik secara langsung maupun melalui badan hukum lain, dengan jumlah atau sifat pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya badan usaha; 10. Penanaman modal adalah usaha menanamkan modal yang menggunakan maupun yang tidak menggunakan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970; 2

11. Hak Atas Tanah adalah hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 16 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960. Pasal 2 (1) Setiap perusahaan yang telah memperoleh persetujuan penanaman modal wajib mempunyai Ijin Lokasi untuk memperoleh tanah yang diperlukan untuk melaksanakan rencana usaha yang bersangkutan; (2) Ijin Lokasi tidak diperlukan dan dianggap sudah dipunyai oleh perusahaan yang bersangkutan dalam hal : a. Tanah yang akan diperoleh diperlukan dalam rangka melaksanakan usaha industri dalam suatu kawasan industri; b. Tanah yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan penanaman modal tidak lebih dari 25 Ha (dua puluh lima hektar) untuk usaha pertanian atau tidak lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi) untuk usaha bukan pertanian. (3) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) perusahaan yang bersangkutan hanya memberitahukan rencana perolehan tanah dan atau penggunaan tanah yang bersangkutan kepada Dinas Pertanahan untuk dimasukkan dalam peta monitoring. BAB II TANAH YANG DAPAT DITUNJUK DENGAN IJIN LOKASI Pasal 3 Tanah yang dapat ditunjuk dalam ijin lokasi adalah tanah yang menurut rencana tata ruang sesuai peruntukkan penggunaan tanah untuk jenis rencana usaha yang akan dilaksanakan oleh perusahaan menurut persetujuan instansi terkait. Ijin lokasi dapat diberikan kepada : a. Instansi pemerintah; b. Perusahaan Daerah/Negara; c. Badan Hukum Indonesia; d. Koperasi; e. Perorangan. Pasal 4 BAB III PROSEDUR TATA CARA PERIJINAN Pasal 5 (1) Ijin lokasi dapat diberikan kepada perusahaan yang sudah mendapat rekomendasi instansi teknis sesuai ketentuan yang berlaku, dengan luas tertentu sehingga perusahaan tersebut dapat membebaskan seluruh areal yang ditunjuk; (2) Ijin lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan mengenai aspek lingkungan dan aspek tata guna tanah yang meliputi penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah, kemampuan tanah serta lingkungan; (3) Luas penguasaan tanah dengan ijin lokasi oleh suatu perusahaan tersebut dan oleh perusahaanperusahaan yang merupakan 1 (satu) group tidak lebih dari luasan sebagai berikut : No. JENIS PERUNTUKAN SATU PERUSAHAAN GROUP PERUSAHAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Usaha pengembangan perumahan: - Kawasan Perumahan - Kawasan Resort Perhotelan Usaha Industri Usaha Perkebunan Usaha Pertambakan Usaha Peternakan Usaha Pariwisata Usaha Pertanian Tanaman Pangan 100 Ha 50 Ha 50 Ha 20.000 Ha 50 Ha 500 Ha 1.500 Ha 1.500 Ha 200 Ha 100 Ha 100 Ha 20.000 Ha 100 Ha 1.000 Ha 3.000 Ha 3.000 Ha 3

8. 9. Usaha Pertambangan Kawasan Industri Sesuai IUP eksploitasi 300 Ha Sesuai IUP eksploitasi 600 Ha (4) Hal-hal yang bersifat khusus akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Bupati; (5) Luas peruntukkan tanah dengan ijin lokasi yang dimaksud pasal 5 ayat (3) tidak termasuk penggunaan tanah oleh Pemerintah Daerah, dan penyertaan tanah milik masyarakat; (6) Permohonan Ijin Lokasi disampaikan kepada Bupati, tembusan kepada Kepala Dinas, Bappeda, Instansi terkait yang membidangi usahanya dan Camat setempat; (7) Bentuk permohonan sesuai dengan format yang telah diterbitkan oleh Kepala Dinas, dilampiri ; a. Rekaman Akte Pendirian Perusahaan dan perubahannya atau Kartu Tanda Penduduk bagi perorangan; b. Surat Keterangan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); c. Peta/sket tanah yang dimohon dengan skala yang jelas; d. Pernyataan kesanggupan untuk memberikan ganti rugi atau bermitra dan atau menyediakan tempat bagi pemilik tanah/yang berhak atas tanah; e. Uraian rencana proyek/project proposal yang akan dibangun; f. Surat Persetujuan BKPMD bagi perusahaan yang menggunakan fasilitas PMA/PMDN dan atau surat persetujuan teknis dari dinas teknis di Kabupaten Kutai Barat bagi perusahaan non fasilitas; g. Pernyataan bersedia membangun kantor perusahaan di Ibukota Kabupaten. (8) Berkas permohonan ini dibahas secara terpadu dengan instansi terkait dikoordinir oleh Kepala Dinas, mengikut sertakan tokoh masyarakat setempat; (9) Keputusan Ijin Lokasi ditandatangani oleh Bupati ; (10) Tim Koordinasi Ijin Lokasi ditetapkan dengan Keputusan Bupati ; (11) Penerbitan Ijin Lokasi diselesaikan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah berkas lengkap diterima dan dikoordinasikan seperti pada ayat (7); (12) Hasil Ijin Lokasi disosialisasikan kepada masyarakat setempat; (13) Ijin Lokasi berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali setelah ada permohonan tertulis sebelum 1 (satu) bulan berakhir masa berlakunya; (14) Ijin Lokasi tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain. (1) Biaya yang diperlukan meliputi : Pasal 6 a. Biaya peninjauan; b. Biaya pengawasan, pengendalian dan monitoring. (2) Besarnya biaya seperti dimaksud pada ayat (1), yaitu sebagai berikut : a. Untuk kegiatan non pertanian, sebesar 2 % (dua persen) dari nilai tanah didasarkan pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP); b. Untuk kegiatan pertanian : - Luas 200 Ha sebesar : Rp. 10.000,- per Hektar; - Luas 201-1.000 Ha sebesar : Rp. 7.000,- per Hektar; - Luas 1.001-5.000 Hektar sebesar : Rp. 3.000,- per Hektar; - Lebih dari 5.000 Ha sebesar : Rp. 1.500,- per Hektar. (3) Penerimaan biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dimasukkan dalam rekening Dinas; (4) Penggunaan biaya untuk kegiatan seperti dimaksud ayat (1) diatur melalui Keputusan Kepala Dinas. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 7 4

Pemegang Ijin Lokasi berhak mendapatkan Sertifikat Hak Atas Tanah sesuai ketentuan yang berlaku. Pemegang Ijin Lokasi berkewajiban : Pasal 8 a. Membebaskan hak-hak pihak lain yang ada diatas lokasi; b. Bermitra kepada masyarakat yang tidak mau dibebaskan haknya dan masyarakat setempat; c. Menyelesaikan Sertifikat Hak Atas Tanah yang telah dikuasai. BAB V PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 9 (1) Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan ijin lokasi dimaksudkan untuk memantau kegiatan perolehan hak atas tanahnya; (2) Pemantauan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan ijin lokasi dilakukan oleh Dinas Pertanahan; (3) Pembinaan, pengendalian, pemantauan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2), dilaksanakan oleh Dinas Pertanahan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 10 (1) Setiap Instansi Pemerintah, Perusahaan Daerah/Negara, Badan Hukum Indonesia, Koperasi dan Perorangan yang tidak mempunyai Ijin Lokasi, tetapi telah melakukan kegiatan sehingga menimbulkan kerugian pada Negara/Daerah dan kerusakan Lingkungan, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah); (2) Setiap pemegang ijin lokasi yang melakukan kegiatan sebelum memenuhi kewajibankewajiban terhadap yang berhak atas tanah diancam dengan tindak pidana kurungan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah); (3) Selain ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2), kepada pemegang Ijin Lokasi dapat dikenakan pidana tambahan berupa pencabutan hak, perampasan barang-barang yang dipergunakan dalam melakukan tindak pidana tersebut; (4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) adalah kejahatan dan atau pelanggaran. BAB VII PENYIDIKAN Pasal 11 (1) Penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang pengangkatannya sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, bila dianggap perlu dapat meminta bantuan penyidik POLRI; (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti kepada tersangka dan memeriksa tanda pengenal tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; 5

h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya ; i. Mengadakan tindakan lain menurut Hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB VIII SANKSI Pasal 12 (1) Ijin Lokasi dapat dicabut sebelum berakhir, jika perusahaan melanggar ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini maupun peraturan lain yang berkaitan dengan lokasi; (2) Ijin Lokasi tidak dapat diperpanjang jika : a. Perolehan tanah belum mencapai 25 % (dua puluh lima persen); b. Dipindahtangankan kepada pihak lain. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 Ijin Lokasi yang sudah dikeluarkan sebelum berlakunya peraturan ini tetap berlaku sampai jangka waktu berakhir, dengan ketentuan bahwa apabila Ijin Lokasi tersebut menunjuk areal yang meliputi luas tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 3 (tiga), maka Ijin Lokasi itu hanya dapat dilaksanakan sesuai peraturan ini untuk luas areal yang sesuai dengan ketentuan dalam pasal 5 ayat 3 (tiga) tersebut. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat terdahulu, sepanjang mengatur hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 15 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat. Ditetapkan di Sendawar pada tanggal 07 November 2006 BUPATI KUTAI BARAT, ttd Diundangkan di Sendawar pada tanggal 07 November 2006 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT, ttd ISMAIL THOMAS 6

YAHYA MARTHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2006 NOMOR 05 SERI D PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IJIN LOKASI A. PENJELASAN UMUM Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, kewenangan-kewenangan Dinas Pertanahan Kabupaten Kutai Barat semakin besar dan kompleks. Ada beberapa kewenangan di bidang pertanahan yang sudah diatur oleh Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional yaitu Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi yang sudah sepenuhnya dilimpahkan ke Daerah. Beberapa kewenangan di bidang pertanahan diantaranya pemberian Ijin Lokasi yang diatur melalui Peraturan Daerah dimaksudkan untuk meningkatkan investasi di daerah. Dengan demikian akan dapat meningkatkan pembangunan daerah. Ijin Lokasi merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi dalam hal suatu perusahaan akan memperoleh tanah dalam rangka penanaman modal. Maksud persyaratan ini adalah untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan-perusahaan memperoleh tanah mengingat penguasaan tanah harus memperhatikan kepentingan masyarakat banyak dan penguasaan tanah harus sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku, dan sesuai dengan kemampuan fisik tanah itu sendiri. B. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Butir a Butir b Untuk kegiatan usaha pertanian luas kurang dari 25 Ha (dua puluh lima hektar), tidak diperlukan Ijin Lokasi hal ini dimaksudkan disesuaikan dengan ketentuan tentang luas maksimum tanah pertanian perorangan, dan seluas 5000 m2 untuk non pertanian. Ayat (3) Pasal 3 Pasal 4 Badan Hukum adalah Perseroan Terbatas yang sudah didaftarkan di Departemen Hukum/ Hak Azasi Manusia dan Ke Menterian Koperasi dan UKM. Pasal 5 Ayat (1) 7

Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Ayat (7) Ayat (8) Ayat (9) Ayat (10) Ayat (11) Ayat (12) Ayat (13) Ijin Lokasi berlaku 12(dua belas) bulan dan apabila hendak diperpanjang pada bulan ke-11 (sebelas) harus mengajukan permohonan perpanjangan secara tertulis dengan melampirkan kegiatan perolehan tanah selama masa berlakunya. Apabila perolehan tanah kurang dari 25 % (dua puluh lima persen) dari luas tanah yang diberikan dalam Ijin Lokasi, maka perpanjangan tidak diberikan lagi. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 123 8