BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan tingkat primer. Puskesmas mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. puskesmas. Pertumbuhan rumah sakit dewasa ini berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan juga terus berubah. Untuk itu semua aspek termasuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau actual

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global. Contohnya pada era ini masyarakat lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, pelayanan keperawatan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kode etik dan standar, yang dapat menyebabkan pasien puas (Muninjaya, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 2. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran;

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menjadi tolok ukur Indeks. Pembangunan Manusia adalah umur harapan hidup. Faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diperlukan pegawai yang profesional, bertanggung jawab, jujur

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan jasa, rumah sakit memiliki fungsi pokok memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (2006) bahwa kinerja pegawai adalah. untuk mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan salah satu penggerak utama atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Unsur sumber daya manusia memegang peranan sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. membawa perubahan hampir diseluruh bidang kehidupan manusia. Terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan berkembangnya berbagai penyakit, maka kebutuhan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. tercapai produktivitas kerja karyawan. Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari baik dari sektor swasta maupun pemerintah. Pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan. pelanggan menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan

PENGARUH KEMAMPUAN, MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI KANTOR DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pertamina (Persero) merupakan suatu perusahaan tambang minyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kebutuhan informasi dan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyuplai serta mengatur pasokan listrik. Perusahaan ini pun meruapakan satusatunya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. cabang Purbaleunyi adalah Badan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. serta dapat dimanfaatkan untuk penelitian (Hartono, 2010). Menurut Farjam di institusi Rumah Sakit, tenaga paramedis perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumber daya manusia bagi perusahaan merupakan pilihan

BAB I PENDAHULUAN. manusia memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN JEJARING PUSKEMAS BULUKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN, DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Tentang Klinik Bidan IIS JONI

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan. membutuhkan adanya kepastian dalam menerima pelayanan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan. tugas teknis operasional (Depkes, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dikelola dengan manajemen sederhana, tetapi harus. berbagai perubahan. Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. prioritasnya adalah pembangunan di bidang kesehatan. Untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. masalah, kendala, dan keterbatasan yang menyebabkan gagal, kurang berhasil atau

NAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan demi keberhasilan suatu organisasi. Jika perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi. Pada pelaksanaan pekerjaan, hubungan antara pimpinan dengan bawahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya dengan komunikasi yang baik dalam organisasi dimana komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA TERHADAP JUMLAH KUNJUNGAN JASA PELAYANAN FISIOTERAPI PADA OKTOBER 2009 DI PUKESMAS SE- KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan penunjang keberhasilan pelaksanaan program kesehatan nasional di Indonesia. Puskesmas berada pada tingkat dasar dalam organisasi kesehatan dimana tenaga kesehatan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan pencapaian Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh penataan dan pengelolaan tenaga dalam melaksanakan kegiatan pokok puskesmas (Sulaeman, 2009). Hal ini sesuai dengan Kepmenkes No. 857/2009 dan Permenkes No.75/2013 yang menjelaskan bahwa dalam subsistem upaya kesehatan menempatkan puskesmas sebagai garda terdepan layanan kesehatan tingkat dasar. Puskesmas mempunyai peran yang sangat strategis sebagai institusi pelaksana teknis, sehingga dituntut memiliki kemampuan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan primer melalui peningkatan kinerja sumber daya manusianya. Kinerja tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, bidan, gizi, farmasi, serta komponen lainnya yang berada di lingkungan puskesmas sangat penting untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan tujuan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Puskesmas membutuhkan pegawai yang bersemangat serta tim kerja yang terarah dan terpadu untuk menghasilkan prestasi kerja terbaik (Depkes, 2000). 1

2 Kinerja diistilahkan sebagai prestasi kerja (job performance), dalam arti yang lebih luas yaitu hasil kerja secara kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan. Hampir semua pengukuran kinerja pegawai mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu dalam bekerja (Mangkunegara, 2010). Faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya faktor kepemimpinan, faktor pribadi meliputi motivasi, disiplin dan keterampilan, faktor sistem dan faktor situasional atau lingkungan kerja (Armstrong dan Baron, 1998). Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar senang bekerja dan puas dengan pekerjaannya, sehingga meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan kinerja (Sedarmayanti, 2011). Faktor kepuasan kerja individu juga berpengaruh positif pada kinerja pegawai, artinya kepuasan kerja pegawai memberikan kekuatan atas kinerja (Kusumawati, 2008). Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Pegawai akan merasa puas bila mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan. Semakin besar kebutuhan pegawai yang terpenuhi maka kepuasan terhadap kerja akan semakin tinggi. Menciptakan kepuasan kerja adalah tidak mudah karena kepuasan kerja dapat tercipta jika faktor penguat kepuasan kerja terpenuhi (Robbins, 2008). Sebuah penelitian menghasilkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah masa kerja. Tenaga kerja mempunyai

3 kepuasan kerja yang terus meningkat sampai lama kerja 5 tahun dan kemudian mulai terjadi penurunan sampai lama kerja 8 tahun, namun kemudian kepuasan kerja secara perlahan-lahan akan meningkat lagi setelah tahun ke-8. Masa kerja dan kepuasan kerja berhubungan secara positif. Masa kerja menjadi indikator perkiraan yang lebih konsisten dan mantap atas kepuasan kerja daripada usia kronologis (Masrukin & Wahidin, 2006). Pada sisi lain salah satu faktor yang menentukan peningkatan kinerja karyawan adalah pengalaman kerja karyawan tersebut dalam menjalankan tugas yang diberikan. Untuk pengalaman kerja yang luas, dibutuhkan masa kerja yang lebih lama. Pengalaman kerja yang banyak, maka tingkat kinerja yang dihasilkanpun juga akan semakin tinggi (Simanjuntak, 1985). Penelitian terdahulu yang mendukung keterkaitan antara kepuasan kerja dan kinerja pegawai diantaranya, penelitian Kusumawati (2008) yang membuktikan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja dan kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai di Rumah Sakit Roemani Semarang. Selanjutnya penelitian oleh Khasanah (2015) juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai puskemas. Penelitian lain terkait dengan faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai yaitu penelitian Kindangen dkk (2013) yang membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara motivasi dengan kinerja pegawai puskesmas di Kabupaten Minahasa. Sementara itu penelitian yang dilakukan Huda (2012) juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara

4 motivasi, iklim kerja dan kepemimpinan dengan produktivitas kerja perawat di Rumah Sakit Tugu Ibu Depok. Penelitian Elfitra (2002) tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat puskesmas di Kota Padang juga membuktikan bahwa ada hubungan bermakna antara variabel motivasi dengan kinerja perawat puskesmas di Kota Padang. Meningkat atau menurunnya kinerja pegawai dapat terjadi pada tenagatenaga kesehatan baik di instansi pemerintah maupun swasta (Handoko, 1999). Puskesmas sebagai salah satu instansi milik pemerintah juga dapat mengalami peningkatan ataupun penurunan kinerja pegawai. Banyaknya program puskesmas yang harus dilaksanakan menuntut seluruh pegawai puskesmas memiliki kinerja yang tinggi (Sulaeman, 2009). Idealnya, kinerja pegawai dikatakan baik jika baik secara kuantitas, yaitu jumlah pekerjaan yang terselesaikan sesuai target, baik secara kualitas, yaitu mutu penyelesaian pekerjaan baik dan baik secara ketepatan waktu yaitu sesuai dengan waktu yang direncanakan (Mangkunegara, 2010). Jika salah satu faktor pengukuran kinerja di atas mengalami kendala, akan menimbulkan suatu masalah pada hasil kerja pegawai. Permasalahan kinerja pegawai puskemas tersebut terjadi di Kabupaten Solok. Kabupaten Solok merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan luas wilayah 3.875 km 2 yang memiliki 18 puskesmas di setiap Kecamatan. Rata rata luas wilayah kerja puskesmas yaitu 207 km 2 dengan keadaan wilayah sebagian besar adalah dataran tinggi yang terdiri dari perbukitan. Luasnya wilayah kerja puskesmas serta keadaan geografis yang berbukit memberikan tantangan yang

5 lebih sulit bagi pegawai puskesmas dalam melaksanakan kegiatan puskesmas dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Sumatera Barat. Laporan Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Solok tahun 2015 menggambarkan bahwa kondisi manajemen pelayanan kesehatan Puskesmas Kecamatan dan jaringannya di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Solok masih belum memenuhi standar yang disebabkan oleh berbagai faktor baik internal (tenaga kesehatan) maupun eksternal (geografis). Banyak puskesmas yang belum memiliki dokter dan tenaga kesehatan masyarakat. Keterbatasan ini diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2014, diketahui bahwa Kabupaten Solok merupakan wilayah dengan kekurangan dokter puskesmas terbanyak di Sumatera Barat. Pada tahun 2014 sebanyak 4 Puskesmas mengalami kekosongan dokter umum dan 5 Puskesmas tanpa dokter gigi. Sementara itu tahun 2016, sebanyak 3 Puskesmas tanpa dokter umum dan 3 Puskesmas tanpa dokter gigi. Kondisi ini menjadi pemicu timbulnya keluhan tenaga kesehatan puskesmas lainnya tentang tuntutan kerja yang lebih banyak untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan yang terjadi, sehingga diduga mempengaruhi kinerja pegawai. Hasil pengamatan pra penelitian berupa wawancara dengan salah seorang penanggung jawab program di Dinas Kesehatan Kabupaten Solok menyatakan bahwa dalam pelaksanaan tugas banyak pegawai puskesmas yang hanya menunggu pasien datang ke puskesmas. Padahal terdapat beberapa tugas yang mengharuskan pegawai puskesmas mendatangi rumah penduduk untuk

6 mendapatkan pelayanan kesehatan. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh banyaknya keluhan petugas puskesmas, terkait imbalan yang mereka peroleh tidak sebanding dengan tugas yang dilaksanakan. Wawancara juga dilakukan dengan salah seorang pimpinan puskesmas di Kabupaten Solok. Informasi yang diperoleh dari wawancara tersebut adalah puskesmas mengupayakan agar setiap kegiatan terlaksana sesuai jadwal, namun seringkali pelaksanaan beberapa kegiatan menjadi tertunda akibat pegawai yang tidak disiplin. Pegawai puskemas sering terlambat masuk kerja atau tidak hadir tanpa alasan dan pulang sebelum jam pulang kerja. Memperkuat hasil wawancara yang diperoleh, maka dilakukan penyebaran kuisioner pra penelitian pada 20 orang pegawai puskesmas dan dihasilkan bahwa sebanyak 30% pegawai termasuk dalam kategori memiliki kinerja yang rendah, 40% pegawai merasakan iklim kerja yang kurang baik di puskesmas dan 40% pegawai tidak puas dengan kepemimpinan di puskesmas. Selain itu sebanyak 80% pegawai tidak puas dengan imbalan yang mereka peroleh, 14 dari 15 pegawai honorer menyatakan bahwa imbalan yang mereka terima sangat kecil yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari- hari. Temuan beberapa kejadian di atas menunjukkan perilaku pegawai puskesmas yang kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Pada sisi lain pegawai juga merasakan ketidakpuasan dalam bekerja. Kondisi di atas menjadi permasalahan yang saling berhubungan dan diduga memiliki pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lainnya terutama variabel kinerja pegawai.

7 Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh motivasi, iklim kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai puskesmas serta melihat pengaruh kepuasan kerja sebagai variabel intervening atau variabel penyela antara motivasi, iklim kerja dan kepemimpinan dengan kinerja, serta melihat pengaruh masa kerja memoderasi kepuasan kerja terhadap kinerja, artinya masa kerja dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja pegawai puskesmas di Kabupaten Solok. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang, dirumuskan suatu rumusan masalah pada penelitian ini terkait dengan pertanyaan tentang : 1. Bagaimana pengaruh motivasi, iklim kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai puskesmas? 2. Apakah kepuasan kerja mengintervening pengaruh motivasi, iklim kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai puskesmas? 3. Apakah masa kerja memoderasi pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai puskemas? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh motivasi, iklim kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai puskesmas yang diintervening oleh kepuasan kerja dan dimorating oleh masa kerja.

8 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh motivasi, iklim kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai puskesmas. 2. Kepuasan kerja mengintervening pengaruh motivasi, iklim kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai puskesmas. 3. Masa kerja memoderasi pengaruh kepuasan kerja dan kinerja pegawai puskesmas. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat dijadikan landasan dan bahan perbandingan untuk dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai puskesmas. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Sarana pemberian informasi yang dapat dijadikan bahan masukan, sumber acuan pengambilan keputusan, atau penetapan kebijakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Solok. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya tentang kinerja pegawai puskesmas.