BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Pendahuluan Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah bagi orang tua atau pengasuh anak. Fenomena yang ada di masyarakat saat ini masih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi. Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan. salah satunya adalah kebutuhan nutrisi (BAPPENAS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. saat pemberian makan. Sensory food aversion atau picky eater adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, spiritual, dan sosial yang begitu signifikan. Pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

GAMBARAN PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 3-5 TAHUN DI PERUMAHAN TOP AMIN MULYA JAKABARING PALEMBANG TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Tanggapan dan Penanganan. yang diterima oleh pancaindra, bayangan di angan-angan.

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SULIT MAKAN PADA USIA PRASEKOLAH DI TK ISLAM NURUL HIKMAH. Lenny Irmawaty

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

NURJANNAH NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah tumbuh kembang merupkan masalah yang masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. kandungan dengan memberi nutrisi yang memadai pada ibu hamil. Pemberian nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESULITAN MAKAN PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK GOWATA DESA TAENG KEC. PALLANGGA KAB. GOWA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

PENGARUH HYPNOPARENTING TERHADAP KEJADIAN PICKY EATER PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK ISLAM TERPADU BINA INSANI KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PERTIWI DESA BUGEL KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB V PEMBAHASAN. kesehatan ibu, yang akhirnya akan memengaruhi perilaku hidup sehat (Rossen et

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mandibula baik kanan maupun kiri, pada anak umur 6-16 bulan adalah

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

Pokok Bahasan. Ruang Lingkup. Gizi Bagi Pekerja. Kebutuhan Gizi Pekerja. ASI di Tempat Kerja 31/03/2014 2


BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

GIZI BAYI DAN BALITA. CATUR SAPTANING W, S.Gz, MPH

DEWI IKA ANIS YULIANI Subject : Pola Asuh, Ibu, Picky Eater (Pilih-pilih Makanan) DESCRIPTION

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

Identifikasi Faktor Faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita SLB C Wiyata Dharma 2 Yogyakarta (Imron Fatkhudin)

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi sehari-hari. Anak usia prasekolah merupakan kelompok yang rawan terhadap masalah gizi. Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga membutuhkan asupan makanan yang cukup dan bergizi. Makanan yang bergizi adalah makanan yang mencakup karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein. Makanan yang bergizi kurang dikonsumsi anak karena pada anak usia prasekolah sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan karena faktor kesulitan makan pada anak (Maulana, 2007). Sulit makan pada anak dapat terjadi apabila anak tidak mau atau menolak untuk makan dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan, hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Orang tua sering menganggap sulit makan pada anak adalah hal yang biasa dan biasanya berlangsung lama yang pada akhirnya dapat menimbulkan komplikasi dan gangguan tumbuh kembang pada anak. Sulit makan pada anak prasekolah sering mengakibatkan tidak terpenuhinya gizi baik energi dan kebutuhan lainnya. Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik anak prasekolah yang berlebihan yang disertai dengan perilaku anak yang aktif, tidak bisa diam, dan banyak bergerak (Judarwanto, 2005). Berdasarkan penelitian yang 1

2 dilakukan oleh dr. Widodo Judarwanto di Jakarta, menyebutkan bahwa terdapat prevalensi 33,6% anak prasekolah yang mengalami sulit makan. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih dari tiga bulan. Hal tersebut bisa tejadi karena kesalahan ibu dalam cara pemberian makan selama bayi, ketegangan pada saat makan, waktu makan yang terlalu pendek, makanan yang kurang disukai karena bentuknya yang tidak menarik. Secara umum penyebab sulit makan pada anak dibedakan menjadi 3 faktor yaitu : hilang nafsu makan, gangguan proses makan dimulut, dan pengaruh psikologis seperti kondisi kecemasan, ketakutan, sedih, atau trauma yang menyebabkan anak susah makan. Anak yang mengalami sulit makan secara otomatis intake makannya akan berkurang. Apabila sulit makan terjadi dalam waktu yang lama dapat mengalami gangguan pertumbuhan, ditandai dengan berat badan dan tinggi badan kurang atau kesulitan meningkatkan berat badan (Judarwanto, 2007). Orang tua atau pengasuh anak diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan sehingga dapat meningkatkan kualitas anak yang lebih baik karena pertumbuhan dan perkembangan anak sangat menentukan kualitas seseorang apabila sudah dewasa (Judarwanto, 2007). Sulit makan bukan merupakan diagnosis atau penyakit, melainkan gejala atau tanda adanya penyimpangan yang sedang terjadi pada tubuh anak. Beberapa gejala sulit makan pada anak adalah sebagai berikut : (1) Kesulitan mengunyah, menelan makanan atau hanya bisa makan makanan yang lunak, (2) Memuntahkan atau menyemburnyemburkan makan yang sudah masuk di mulut, (3) Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan

3 makanan, menepis suapan dari orang tua, (6) Tidak menyukai banyak variasi makanan, (7) Kebiasaan makan yang aneh (Judarwanto, 2007). Hasil pengamatan di Klinik Perkembangan anak (Affiliated Program For Children Development) di Universitas Georgetown (2004) tentang jenis sulit makan yaitu terdapat 27,3% anak hanya mau makanan lunak atau cair, 24,1% kesulitan menghisap, mengunyah, dan menelan, sebanyak 23,4% kebiasaan makan yang aneh, 11,1% tidak menyukai variasi banyak makanan dan sebanyak 8,0% keterlambatan makan sendiri. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Paud Permata Hati Kec. Tegalsari Banyuwangi terdapat 30 anak yang mengalami sulit makan. Dari studi pendahuluan tersebut diketahui pada waktu jam makan anak tidak mau makan, anak menolak untuk makan, menyemburkan makanannya, makan tetapi selalu sisa, hanya makan camilan/ jajan atau minum susu saja. Kejadian sulit makan pada anak perlu diwaspadai karena hal tersebut dapat menyebabkan asupan makanan anak berkurang, apabila dibiarkan dan berlangsung dalam waktu yang lama, anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan misalnya berat badan dan tinggi badan kurang atau sulit meningkatkan berat badan. Sehingga harus dilakukan penanganan secara tepat untuk meningkatkan asupan makanan pada anak. Salah satu hal yang dapat peneliti lakukan untuk mengatasi anak sulit makan adalah dengan melakukan terapi bermain, karena pada usia prasekolah ini anak lebih suka pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya dari pada makan. Pada waktu jam makan, anak biasanya menolak makan karena mereka sedang tertarik pada permainannya atau benda lainnya sehingga pada waktu itu berikan anak makan tanpa mengganggu aktivitas bermainnya atau ajak anak makan sambil bermain.

4 Dengan demikian nutrisi anak akan terpenuhi dan tidak mengganggu kebutuhan bermainnya. Tehnik bermain yang digunakan dalam penelitian ini tehnik bermain peran yaitu memerankan peran orang lain melalui permainannya. Misalnya memerankan kejadian kehidupan sehari-hari, memainkan peran orang lain. Permainan yang akan peneliti lakukan bersama anak-anak dapat menjadi sebuah terapi, yang merupakan terapi bermain (Scaefer, 2003). Dengan demikian peneliti dapat mengetahui intake makan anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain peran (role play) pada anak sulit makan usia prasekolah (4-6 tahun). 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan intake makan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain peran (role play) pada anak sulit makan usia prasekolah (4-6 tahun)? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan intake makan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain peran (role play) pada anak sulit makan usia prasekolah (4-6 tahun)? 1.3.2 Tujuan Khusus a. Identifikasi intake makan pada anak sulit makan usia prasekolah sebelum dilakukan terapi bermain (role play) b. Identifikasi intake makan pada anak sulit makan usia prasekolah sesudah dilakukan terapi bermain (role play)

5 c. Menganalisis perbedaan intake makan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain peran (role play) pada anak sulit makan usia prasekolah (4-6 tahun)? 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui perbedaan intake makan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain peran (role play) pada anak sulit makan usia prasekolah (4-6 tahun). 1.4.2 Bagi Orang Tua Dengan adanya terapi bermain, diharapkan orang tua dapat belajar bagaimana merespon anaknya. Mengetahui bahwa kebutuhan bermain itu penting, sehingga orang tua harus bisa menyiasati bagaimana nutrisi anak tidak terkurangi tanpa mengganggu aktivitas bermain anak. Apabila aktivitas bermain anak diganggu pada saat jam makan, mereka akan menolak untuk makan sehingga asupan makan anak tidak tercukupi. 1.4.3 Bagi Institusi Sebagai masukan dan dapat dijadikan literatur di keperawatan anak untuk menunjang mutu pendidikan serta dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian lanjutan tentang intake makan pada anak sulit makan usia prasekolah dan terapi bermain peran (role play).

6 1.5 Keaslian Penelitian 1. Penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian yang sudah ada, yaitu dari segi variabel. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Birch dan Marlin tentang hubungan antara novel food dan penerimaan makanan pada picky eater oleh anak usia 2 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya peningkatan frekuensi pemaparan untuk membantu menentukan pilihan anak (personal preference). Dan mampu mempengaruhi apakah anak setuju untuk makan. Sebagian besar anak-anak ini membutuhkan sebanyak 10 paparan pemilihan novel food sebelum bersedia untuk menerimanya. Maria cathey; nan gaylord.picky eating: a toddler?s approach to mealtime: recommendations for the picky eater. Pediatr nurs 30 (2) :101-109, 2004. Jannetti publications. 2. Penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian sebelumnya, namun dari segi variabel penelitian ini belum pernah dilakukan. Penelitian yang sebelumnya oleh Eqlima Elfira (2011), adalah Pengaruh terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah di ruang perawatan anak di RSUP H. Adam Malik Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 92,3% responden mengalami kecemasan sedang dan 7,7% mengalami kecemasan berat dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan ringan sebelum pelaksanaan treatment (Terapi bermain dengan tehnik bercerita). Setelah pelaksanaan terapi bermain dengan tehnik bercerita 76,9% responden mengalami kecemasan ringan dan 23,1% kecemasan sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi bermain dengan tehnik bercerita mempunyai

7 pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan anak prasekolah (p=0,001; α=0,05). 3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Loraine Harinda (2012) tentang Proporsi dan Status Gizi pada Anak Prasekolah dengan Kesulitan Makan di Semarang (Studi Kasus di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo). Subyek penelitian sebanyak 93 anak dengan metode consecutive sampling. Proporsi kesulitan makan yang ditemukan adalah inappropriate feeding practice sebesar 96,8% dan parental misperception sebesar 3,2%. Status gizi sebagian besar anak dengan kesulitan makan adalah gizi baik sebesar 90,3%; sisanya gizi kurang (5,4%), gizi lebih (1,1%), dan obesitas (3,2%). Orangtua mulai mengenalkan makanan pendamping ASI pertama pada rerata usia 5,3±3,02 bulan dan pemberian makanan keluarga pertama pada 18,3±8,21 bulan. 4. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Felicita Sugiarto (2012) tentang Asupan Makanan dan Status Gizi Anak dengan Pasi Serebral di Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Semarang. Subyek penelitian sebanyak 27 anak usia 2-10 tahun dengan. Hasil penelitian sebagai berikut : rerata asupan kalori pada anak dengan palsi serebralis adalah 1133,96 kkal dan rerata asupan protein nya adalah 38,69 gram. Rerata kebutuhan kalori individu menurut rumus Nelson adalah 1761,39 kkal dan rerata kebutuhan protein nya adalah 29,23 gram. Asupan kalori yang lebih rendah didapati pada 81,5% responden dan asupan protein yang lebih rendah didapati pada 33,3% responden. Status gizi kurang didapati pada 88,9% responden.

8 1.6 Batasan Karakteristik Peneliti membatasi masalah penelitian ini hanya pada : a. Anak usia prasekolah yang mengalami sulit makan. b. Sulit makan yang terjadi meliputi : anak tidak mau makan, anak menolak untuk makan, anak mau makan tetapi selalu menyisakan makanan, lebih suka jajan dari pada makan nasi, makannya berlama-lama (mengemut makanan). c. Intake makan anak prasekolah (4-6 tahun) sebelum diberikan terapi bermain. d. Intake makan anak prasekolah (4-6 tahun) setelah dilakukan terapi bermain. e. Terapi bermain yang dilakukan hanya terapi bermain peran (role play).