Jurnal Geografi. Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

dokumen-dokumen yang mirip
Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Economic Education Analysis Journal

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Nur Indah Sari* STKIP Pembangunan Indonesia, Makassar. Received 15 th May 2016 / Accepted 11 th July 2016 ABSTRAK

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

Oleh. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumbar 2,3

HUBUNGAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAINAN.,, dan

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Edu Geography

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

Economic Education Analysis Journal

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Dedy Kintaka Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Economic Education Analysis Journal

Edu Geography 3 (5) (2015) Edu Geography.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL INCREASE OF LEARNING ENGLISH THROUGH APPLICATION REMEDIAL TEACHING

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

Edu Elektrika Journal

HUBUNGAN KESAN SISWA TERHADAP PELAKSANAAN METODE DISKUSI MODEL COOPERATIVE LEARNING

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

Economic Education Analysis Journal

HUBUNGAN PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

Journal of Sport Sciences and Fitness

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR NONFORMAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

PRESTASI BELAJAR IPA

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG

ANALISIS HAMBATAN BELAJAR TEKNOLOGI MEKANIK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH DAN PEMBENTUKAN SEKOLAH EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR JURNAL. Oleh CITRA PUSPITA SARI RISWANDI RISWANTI RINI

Economic Education Analysis Journal

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE MIND MAP SISWA KELAS V

Unnes Journal of Biology Education

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUICK ON THE DRAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (JURNAL) Oleh SYAHDA AULIA FATMANINGRUM

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

Economic Education Analysis Journal

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS XI JURUSAN TATA BOGA DI SMK NEGERI 2 GODEAN ARTIKEL E - JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

Edu Geography 3 (5) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Educational Psychology Journal

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan, dan keterampialan proses yang diperlukan dalam kehidupan (Undangundang

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK YPLP PGRI 1 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

The Relation Between Motivation Achievement with the Academic Achievement of University Students PG PAUD UNRI in Academic Year 2011 Pekanbaru

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PELATIHAN TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) MATERI SISTEM KOLOID

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA DI KELAS III SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA

Economic Education Analysis Journal

Automotive Science and Education Journal

Fashion And Fashion Education

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS

E-JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh : WENI YUNIARTI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh:

Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri Dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA

SURAKARTAA ABSTRAKSI

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Journal of Physical Education, Health and Sport

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan warga Negara yang

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

ARTIKEL. Oleh : SULASTRIANI NPM :

Edu Geography 5 (1) (2017) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan memang bukanlah satu-satunya hal

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

TAHUN AJARAN 2012/2013 PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1

HUBUNGAN KINERJA GURU DAN FASILITAS BENGKEL PRAKTIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X TEKNIK PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

Edu Geography 5 (3) (2017) Edu Geography.

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI

Edu Geography 3 (8) (2015) Edu Geography.

Journal of Physical Education and Sports

Edu Geography 5 (1) (2017) Edu Geography.

Transkripsi:

Jurnal Geografi Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AFEKTIF DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FIS UNNES Tukidi¹ ¹Staf Pengajar Jurusan Geografi, Universitas Negeri Semarang Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Mei 2014 Disetujui Juni 2014 Dipublikasikan Juli 2014 Keywords: Affective abilities and academic achievement Abstract This study aims (1) to obtain information about the ability of student affective Geography Education Department, and (2) to find out the magnitude of the relationship between affective abilities with their academic achievement. This study is an evaluation research about affective skills, using the unit of analysis student geography education department FIS UNNES. The data collection methods used are: (1) questionnaire methods to obtain data on affective abilities and academic achievement, (2) documentation methods for obtaining data on the number and list of student. Data analysis techniques used were the percentage and descriptive techniques with descriptive statistic. Information obtained from research that the ability of student affective Geography Education Department include high category, meaning that students have a positive attitude behavior. From the four sub variables affective capabilities, maintaining order and cleanliness of the campus occupies is the highest score. The test results indicate that the ability of affective relationship with student academic achievement, it s mean that the higher or positive affective abilities of students to follow academic achievement. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk memperoleh informasi tentang kemampuan afektif mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi dan (2) mengetahui besarnya hubungan antara kemampuan afektif tersebut dengan prestasi akademiknya. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi tentang kemampuan afektif dengan menggunakan unit analisis mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi FIS UNNES. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) metode kuesioner untuk memperoleh data tentang kemampuan afektif dan prestasi akademik dan (2) metode dokumentasi untuk memperoleh data tentang jumlah dan daftar mahasiswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif persentase dan statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa kemampuan afektif mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi termasuk kategori tinggi, artinya mahasiswa memiliki sikap perilaku yang positif. Dari keempat sub-variabel kemampuan afektif, menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan kampus menempati skor tertinggi. Menurut hasil uji hubungan menunjukkan bahwa kemampuan afektif mahasiswa memiliki hubungan positif dengan prestasi akademiknya, artinya makin tinggi atau positif kemampuan afektif mahasiswa akan diikuti meningkatnya prestasi akademik. 2014 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: geografiunnes@gmail.com 206

PENDAHULUAN Salah satu indikator kualitas pendidikan adalah komponen lulusan, yaitu kemampuan yang dimiliki lulusan. Kemampuan ini merupakan fungsi dari banyak variabel, diantaranya adalah kemampuan peserta didik, kemampuan pendidik, fasilitas, pengelolaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni (Mardapi, Dj., 2004: 10). Komponen utama dari pengelolaan proses belajar mengajar adalah strategi dalam melaksanakan proses belajar mengajar, yakni dalam pemilihan dan menerapkan metode mengajar. Pemilihan metode mengajar ditentukan oleh karakteristik bidang studi dan perkembangan psikologis peserta didik. Karakteristik bidang studi dapat dilihat dari struktur keilmuan, jalinan berbagai konsep, prinsip, generalisasi, dan teori yang di dalamnya ada yang bersifat abstrak dan ada yang dapat dijelaskan dengan konkrit. Perkembangan psikologis peserta didik yang perlu diketahui adalah kemampuan berpikirnya. Sejauh mana peserta dapat memahami konsep-konsep yang abstrak. Menurut Piaget, perkembangan psikologi anak dimulai dengan sensori motorik, preoperasional, berpikir intuitif, operasional konkrit, dan operasional abstrak. Jadi anak belajar dari hal-hal yang konkrit kemudian ke hal abstrak, sesuai dengan perkembangan kognitifnya (Budiningsih, C., 2003: 35). Keberhasilan studi tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan kognitifnya, tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan afektifnya. Kemampuan afektif ini meliputi sikap, minat, kemandirian, disiplin, keuletan dan sebagainya (Mardapi, Dj., 2004:10). Peserta didik yang berminat akan cenderung lebih berhasil dalam belajarnya dibanding dengan mereka yang kurang berminat. Oleh karena itu, metode mengajar yang dipilih harus memperhatikan kemampuan kognitif dan kemampuan afektif peserta didik. Keberhasilan mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai peserta didik, informasi ini diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja lembaga, dan tujuan ini bisa dicapai bila ada tindak lanjut dari kegiatan evaluasi. Evaluasi akan memberikan informasi tingkat pencapaian peserta didik, dan bila dianalisis lebih rinci akan diperloleh informasi tentang kesulitan belajar peserta didik. Informasi inilah yang seharusnya 207

digunakan oleh pendidik untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Hasil belajar peserta didik merupakan fungsi kemampuan peserta didik dan kemampuan pendidik. Pendidik yang baik mampu mengajar peserta didik dengan berbagai tingkat kemampuan. Pendapat ini berdasarkan asumsi bahwa hampir semua orang dapat belajar apa saja, hanya waktu yang dibutuhkan berbeda. Ada peserta didik yang bisa belajar cepat, ada yang lambat, dan ada yang normal dan rata-rata saja. Perbedaan kemampuan peserta didik membutuhkan pendekatan mengajar yang berbeda. Kemampuan yang harus dimiliki seorang pendidik meliputi penguasaan bidang studi, penguasaan berbagai metode mengajar, cara melakukan evaluasi hasil belajar. Seorang pendidik harus memiliki kemampuan memilih metode mengajar yang tepat dan trampil menggunakannya. Pemilihan metode mengajar merupakan fungsi dari karakteristik bidang studi dan karakteristik peserta didik. Selain itu kondisi peserta didik dan lingkungan juga ikut menentukan dalam memilih metode mengajar yang tepat. Jumlah peserta didik juga berpengaruh terhadap pemilihan metode mengajar yang tepat. Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan pembelajaran dan peningkatan kualitas evaluasinya. Oleh karena itu, setiap usaha memperbaiki kualitas pendidikan harus mencakup usaha untuk semakin menyempurnakan sistem evaluasi yang digunakan. Sistem evaluasi yang baik akan mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan peserta didik belajar lebih baik. Astin (1993) mengajukan tiga butir yang harus dievaluasi agar hasilnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga butir tersebut adalah: masukan, lingkungan sekolah, dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi hanya prestasi belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja, sedangkan ranah afektif jarang diperhatikan lembaga pendidikan, walaupun semua menganggap hal ini penting, mungkin karena sulit mengukurnya. Kondisi lingkungan sekolah atau kampus ikut menentukan kualitas pendidikan, namun jarang dievaluasi. Kondisi lingkungan sekolah dapat dikategorikan jadi dua, yakni iklim akademik dan iklim sosial. Iklim akademik berupa kegiatan akademik yang terjadi di luar kelas namun masih di dalam kampus, sedangkan iklim sosial merupakan hubungan antara pendidik, peserta didik, pimpinan lembaga, dan staf pendukung 208

atau karyawan. Penanaman iklim akademik dan iklim sosial yang baik ditentukan oleh pimpinan dengan dukungan dari sivitas akademika bersama karyawan. Menurut Popham (1995) dalam Mardapi (3003: 6), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki kemampuan afektif yang baik sulit mencapai keberhasilan studi yang optimal. Hasil belajar kognitif dan psikomotor akan optimal jika kemampuan afektifnya tinggi. Oleh karena itu, pendidikan harus diselenggarakan dengan memberikan perhatian yang baik menyangkut ranah afektif ini. Selain itu pengembangan ranah afektif di sekolah akan membawa pengaruh yang sangat positif dalam kehidupan anak selanjutnya, baik di rumah maupun di lingkungannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Uraian di atas telah memberi gambaran bahwa pengembangan terhadap kemampuan afektif peserta didik sangat penting dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dan pengembangan nilai karakter bangsa. Selama ini kemampuan afektif mahasiswa kurang mendapat perhatian dalam bidang evaluasi pendidikan, padahal kemampuan afektif mahasiswa ini menentukan keberhasilan belajar mahasiswa dan berpengaruh positif terhadap kehidupan selanjutnya. Atas dasar uraian itu maka penelitian ini ingin mencoba mengetahui kemampuan afektif dan karakteristiknya, serta hubungan pengaruhnya terhadap prestasi akademik mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi FIS UNNES. Menurut Bruner dalam Asri Budiningsih (2003: 40), perkembangan kognitif adalah masalah perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar diri seseorang. Faktor dalam adalah faktor biologis anak, sedang faktor luar adalah faktor kebudayaan peserta didik. Faktor dalam tentu dipengaruhi faktor nutrisi anak, sedang faktor luar adalah cara belajar dan cara mengajar anak. Bruner lebih jauh menjelaskan bahwa 209

perkembangan kognitif anak dapat didukung dan dipercepat melalui pengajaran yang efektif serta lingkungan yang mendukung. Ia juga menjelaskan pentingnya motivasi dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Hasil belajar akan bermanfaat bagi masyarakat bila para lulusan memiliki perilaku dan pandangan yang positif dalam ikut mensejahterakan masyarakat. Masalah afektif dirasakan penting bagi semua orang, namun implementasinya di sekolah masih sangat terbatas. Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran yang penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil yang optimal. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi, dilakukan di Jurusan Geografi FIS UNNES dengan pertimbangan dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan pertimbangan dari segi akademis, peneliti ingin mengetahui kemampuan afektif mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi FIS UNNES dan pengaruhnya terhadap prestasi akademiknya. Penelitian ini menggunakan unit analisis mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi yang duduk di semester tiga dan lima. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner untuk memperoleh data kemampuan afektif dan prestasi akademik mahasiswa yang berupa indeks prestasi akedemik (IPK), sedangkan teknik dokumentasi untuk memperoleh daftar mahasiswa untuk menentukan sampel. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan dua teknik analisis, yakni: (1) teknik deskriptif persentase digunakan untuk melakukan analisis data kemampuan afektif, yakni dengan menggunakan 4 (empat) kriteria dalam persen, yakni: (1) 25% - 43,75% kategori sangat rendah, (2) 43,76 % - 62,50% kategori rendah, (3) 62,51% - 81,25% kategori tinggi, dan (3) 81,26% - 100% kategori sangat tinggi, dan (2) teknik statistik deskriptif yakni korelasi sederhana (product moment), teknik ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan pengaruh antara kemampuan afektif dengan prestasi akademik. 210

HASIL PENELITIAN Kemampuan afektif merupakan faktor internal yang berhubungan dengan sistem nilai (moral), minat, kejujuran, kerja keras, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakaan terhadap sesuatu yang mempunyai rentang dari yang sangat rendah (negatif) hingga sangat tinggi (positif). Kemampuan afektif ini sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar seseorang, bagi orang yang tidak memiliki kemampuan afektif yang baik sulit untuk mencapai keberhasilan studi yang optimal, dan sebaliknya bagi mereka yang memiliki kemampuan afektif tinggi akan lebih berhasil dalam studinya. Dalam penelitian ini variabel kemampuan afektif terdiri dari 4 sub-variabel, yakni: (1) sikap, minat dan nilai moral, (2) kerjasama dalam kelompok, (3) integrasi dalam kelompok, dan (4) menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan kampus. Sikap, Minat, dan Nilai moral Pengukuran kemampuan afektif subvariabel sikap, minat, dan nilai moral menggunakan 20 item pertanyaan dengan rentang skor nilai kemampuan afektif dalam persen antara 25% - 100%, yakni sesuai dengan kriteria kemampuan afektif yang ditetapkan. Dari hasil analisis diperoleh nilai skor rerata (mean) dalam persen sebesar 77%, sehingga dapat dikatakan kemampuan afektif sub-variabel ini termasuk kategori tinggi, hasil analisis deskriptif persentase sub-variabel ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Kemampuan Afektif Sub-variabel Minat, Sikap dan Nilai Moral No Interval Skor (%) Kateori Frekuensi Persentase 1 81,26 100 Sangat Tinggi 10 20 2 62,51-81,25 Tinggi 40 80 3 43,76-62,50 Rendah 0 0 4 25,00-43,75 Sangat rendah 0 0 Jumlah 50 130 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa atau sekitar 80% memiliki kemampuan afektif yang tinggi, dan selebihnya sekiar 20% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Berkaitan dengan minat, sekitar 88% mahasiswa memilih Program Studi Pendidikan Geografi merupakan pilihan pertama, sekitar 10% menyatakan pilihan kedua dan sisanya sekitar 2% dengan alasan yang lain. 211

Informasi lain yang cukup menarik adalah, terungkapnya sikap mahasiswa yang kurang positip dalam menghadapi ujian semester, yakni apabila mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 206-216 soal ujian pada umumnya mereka berusaha untuk bertanya kepada teman dan menyontek, untuk jelasnya informasi tersebut tersaji secara lengkap pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Sikap Mahasiswa dalam Menghadapi Ujian Semester No Bertanya kepada Teman Frekuensi Presentase (Menyontek) 1 Sering 1 2 2 Kadang-kadang 13 26 3 Jarang 34 58 4 Tidak pernah 2 4 Jumlah 50 100,00 Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa pada umumnya mahasiswa masih melakukan kecurangan dalam mengikuti ujian semester, yakni berkisar 68% kategori jarang, 26% kadang-kadang dan 2% sering, sedangkan yang betul-betul tidak pernah melakukan kecurangan hanya berkisar 4 % saja. Di samping itu, dari hasil penelitian terungkap bahwa inisiatif atau aktivitas mahasiswa untuk mencari bahan referensi di luar buku-buku yang diwajibkan oleh dosen masih rendah, yakni kategori kadang-kadang sekitar 52%, jarang sekitar 32% dan tidak pernah sekitar 4%, sedangkan yang berkategori sering hanya sekitar 12%, untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Aktivitas Mahasiswa Mencari Buku dan Sumber Referensi Lain No Mencari buku/referensi lain Frekuensi Presentase 1 Sering 6 12 2 Kadang-kadang 26 52 3 Jarang 16 32 4 Tidak pernah 2 4 Jumlah 50 100,00 2. Kerjasama dalam Kelompok Pengukuran kelompok sub-variabel ini menggunakan 10 item pertanyaan, dengan menggunakan rentang skor nilai dalam persen dan kriteria kemampuan afektif yang sama seperti pada sub-variabel sebelumnya. Dari hasil penelitian subvariabel kejasama antar kelompok ini 212

diperoleh nilai skor rerata (mean) dalam persen sebesar 78,55%, sehingga dapat dikatakan kemampuan afektif sub-variabel ini termasuk kategori tinggi, untuk jelasnya Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 206-216 hasil analisis deskriptif persentase subvariabel ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Kemampuan Afektif Sub-variabel Kerjasama dalam Kelompok No Interval Skor (%) Kateori Frekuensi Persentase 1 81,26 100 Sangat Tinggi 13 26 2 62,51-81,25 Tinggi 37 74 3 43,76-62,50 Rendah 0 0 4 25,00-43,75 Sangat rendah 0 0 Jumlah 50 100 Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa (74%) memiliki kemampuan afektif dalam kategori tinggi, sedangkan selebihnya sekitar 26% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Identifikasi dalam Kelompok Pengukuran kelompok sub-variabel ini menggunakan 10 item pertanyaan dengan rentang skor nilai dalam persen dan kriteria kemampuan afektif yang sama seperti yang digunakan sebelumnya. Dari hasil penelitian sub-variabel identifikasi dalam kelompok diperoleh nilai skor rerata (mean) dalam persen sekitar 77,15%, maka dapat dikatakan kemampuan afektif subvariabel ini termasuk kategori tinggi, untuk jelasnya hasil analisis deskriptif subvariabel ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Kemampuan Afektif Sub-variabel Identifikasi dalam Kelompok No Interval Skor (%) Kateori Frekuensi Persentase 1 81,26 100 Sangat Tinggi 11 22 2 62,51-81,25 Tinggi 39 78 3 43,76-62,50 Rendah 0 0 4 25,00-43,75 Sangat rendah 0 0 Jumlah 50 100 Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa (78%) memiliki kemampuan afektif dengan kategori tinggi, dan selebihnya sekitar 22% masuk dalam kategori sangat tinggi. Menjaga Kebersihan dan Ketertiban Lingkungan Kampus Pengukuran kelompok sub-variabel ini menggunakan 8 item pertanyaan dengan rentang skor nilai dalam persen dan kriteria 213

kemampuan afektif yang sama seperti pada sub-variabel sebelumnya. Dari hasil penelitian sub-variabel ini diperoleh nilai skor rerata (mean) dalam persen sebesar 81%, sehingga dapat dikatakan kemampuan Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 206-216 afektif sub-variabel ini termasuk kategori tinggi dan mendekati sangat tinggi, untuk jelasnya hasil analisis deskriptif subvariabel ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Kemampuan Afektif Sub-variabel Menjaga Kebersihan dan Ketertiban No Interval Skor (%) Kateori Frekuensi Persentase 1 81,26 100 Sangat Tinggi 9 18 2 62,51-81,25 Tinggi 41 82 3 43,76-62,50 Rendah 0 0 4 25,00-43,75 Sangat rendah 0 0 Jumlah 50 100 Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa (82%) memiliki kemampuan afektif (sub-variabel menjaga kebersihan dan ketertiban) yang tinggi, dan selebihnya sekitar 18% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dengan demikian, keempat subvariabel kemampuan afektif tersebut masuk dalam kategori tinggi, dengan rerata Tabel 7. Distribusi Kemampuan Afektif Mahasiswa tertinggi (dalam persen) ditempati subvariabel menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan kampus, yakni sebesar 81%. Secara umum dengan cara menggabungkan keempat sub-variabel kemampuan afektif tersebut di atas, maka diperoleh nilai rerata kemampuan afektif sebesar 74,72% (kategori tinggi), dan distribusi kemampuan afektif seperti terlihat pada Tabel 7 berikut. No Interval Skor (%) Kateori Frekuensi Persentase 1 81,26 100 Sangat Tinggi 5 10 2 62,51-81,25 Tinggi 45 90 3 43,76-62,50 Rendah 0 0 4 25,00-43,75 Sangat rendah 0 0 Jumlah 50 100 Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa (90%) memiliki kemampuan afektif dengan kategori tinggi, dan selebihnya sekiar 10% termasuk dalam kategori sangat tinggi, dengan nilai rerata sebesar 74,72% kategori tinggi. 214

Prestasi Akademik Hasil belajar peserta didik merupakan fungsi kemampuan peserta didik dan kemampuan pendidik, yaitu keberhasilan peserta didik dalam belajar dan keberhasilan pendidik mengajar. Oleh karena itu, informasi tentang nilai hasil belajar sangat penting bagi pendidik dan peserta didik. Hasil penelitian terhadap prestasi akademik yang menggunakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), diperoleh nilai rerata Indeks IPK sebesar 3,19 dengan IPK terendah sebesar 2,29 dan IPK tertinggi sebesar 3,61. Hubungan Pengaruh antara Kemampuan Afektif dengan Prestasi Akademik Kemampuan afektif sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar seseorang, bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan afektif yang baik sulit mencapai keberhasilan studi secara optimal, hasil belajar kognitif dan psikomotorik akan optimal jika kemampuan afektifnya tinggi. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui seberapa besar hubungan pengaruh antara variabel kemampuan afektif mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi dengan prestasi akademiknya, dengan menggunakan program SPSS diperoleh koefisien korelasi product moment (rxy = 0,305). Kesimpulannya adalah terdapat hubungan pengaruh yang positip antara kemampuan afektif mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi dengan prestasi akademiknya, artinya nilai afektif mahasiswa berpengaruh terhadap prestasi akademiknya, meskipun hubungann pengaruh yang ditunjukkan tidak begitu kuat karena masih jauh dari 1,00. Popham (1995) mengemukakan bahwa ranah afektif akan menentukan keberhasilan belajar seseorang, bagi mereka yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran tertentu akan mudah untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. KESIMPULAN Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa kemampuan afektif mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi termasuk kategori tinggi (skor rata-rata dalam persen = 74,72%), sedangkan dilihat dari masing-masing subvariabel menunjukkan kondisi yang sama atau hampir sama, yakni masuk dalam kategori tinggi, dengan rerata tertinggi ditempati sub-variabel menjaga kebersihan 215

dan ketertiban lingkungan kampus. Kemampuan afektif sub-variabel menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan masuk dalam kategori tinggi atau mendekati sangat tinggi (81%), dengan pengertian lain sikap perilaku mahasiswa menjaga kebersihan dan ketertiban sangat positif, ini menunjukkan bahwa mereka sangat sadar terhadap tanggung jawabnya sebagai anggota sivitas akademika menjaga lingkungan kampus. Hasil analisis korelasi antara kemampuan afektif mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi dengan prestasi akademiknya menunjukkan hubungan yang positif, artinya semakin tinggi kemampuan afektif mahasiswa akan diikuti dengan meningkatnya prestasi akademik, meskipun koefisien hubungan yang ditunjukkan tidak begitu kuat, yakni jauh di bawah 1,00. SARAN 1. Pelaksanaan ujian semester (evaluasi hasil belajar) perlu ditingkatkan, mengingat sebagian besar mahasiswa masih berusaha untuk bertanya pada teman dan melihat buku atau catatan. 2. Pemanfaatan berbagai sumber belajar perlu ditingkatkan, mengingat masih rendahnya inisiatif mahasiswa untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar di luar yang disarankan dosen. 3. Iklim akademik dan iklim sosial di lingkungan kampus sudah cukup baik, meskipun demikian kondisinya masih perlu ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Astin, R, A. 1993. Job element for taks cluster: Public Personnel Management Journal, 11, 80-90. Budiningsih, A. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Mardapi, Dj. 2004. Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: PPS UNY. Popham, W. James. 1995. Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn Bacon. Pugach, M.C. 2006. Because Teaching Matters. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. 216