ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY PADA PENGADILAN NEGERI TEBING TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN MELALUI PENDEKATAN VALUE FOR MONEY PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA TANJUNGPINANG

EVALUASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA DENPASAR DALAM PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL, RESTORAN, DAN HIBURAN TAHUN

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB III METODE PENELITIAN

Value For Money. Arif Kurniawan Wahono ( ) Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA DINAS PERTANIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta 1) 2)

ANALISIS BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TAHUN ANGGARAN

PENGUKURAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY. Mega Maranda Suwandi Ikhsan Budi Riharjo

Analisis kinerja kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan berdasarkan value for money

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA. Oleh: JULITA,SE,M.

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

THE 2 nd FORUM ILMIAH PENDIDIKAN AKUNTANSI IKIP PGRI MADIUN, 6 Oktober 2013, ISSN:

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPILKABUPATEN BREBES

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

ANALISIS KINERJA PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN DENGAN KONSEP VALUE FOR MONEY. Wahyu Sapto Rini Rizky Caesariza

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 12(2), 2017,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2

ANALISIS KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BERDASARKAN VALUE FOR MONEY AUDIT ATAS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Surabaya Kota. Alat analisis yang digunakan adalah analisis value for money.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

Abstrak. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Daerah, Rasio Keuangan APBD,APBD. Keyword: Regional Financial Performance, Financial Ratios budget APBD, APBD

BAB III METODE PENELITIAN. dan ringkasan anggaran. Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi

ANALISIS VALUE FOR MONEY PADA KINERJA PROGRAM DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGANKOTA DEPOK TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMONGAN BERDASARKAN KONSEP VALUE FOR MONEY

BAB I PENDAHULUAN. dicapai biasanya bersifat kualitatif, bukan laba yang diukur dalam rupiah. Baldric

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan

Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

ANALISIS KINERJA JAMINAN KESEHATAN DAERAH PADA DINAS KESEHATAN KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus pada PEMKOT Surakarta Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY DALAM MENILAI KINERJA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK PADA POLRES OGAN ILIR ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Bastian (2006:191),

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BANJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian tersendiri bagi sebuah organisasi sektor publik. Pendekatan-pendekatan

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

ANALISIS REALISASI PROGRAM KERJA DINAS PARIWISATA KABUPATEN GIANYAR MELALUI PENGUKURAN VALUE FOR MONEY TAHUN

PROSEDUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA ( GAJI ) PADA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sektor publik merupakan alat ( instrument) akuntabilitas atas

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KEGIATAN DINAS SOSIAL KABUPATEN BINTAN DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP VALUE FOR MONEY WIRYAWAN WIRA ABSTRAK

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Rp ,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya yang

KONSEP VALUE FOR MONEY DALAM MENGUKUR KINERJA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran kinerja adalah alat untuk menilai kesuksesan organisasi. Dalam konteks organisasi

ANALISIS REALISASI PROGRAM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BULELENG MELALUI PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis

PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan

W. Adawiyah, I. C. Kusuma Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Djuanda

Disusun Oleh : B

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

EVALUASI ANGGARAN DAERAH BERBASIS KINERJA DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN (STUDI KASUS PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

ANALISIS KINERJA BERBASIS KONSEP VALUE FOR MONEY PADA KEGIATAN FISIK PEKERJAAN IRIGASI DONGGALA KODI (Study di Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu)

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

BAB VI PENUTUP. Langsung Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten

KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY PADA PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

ANALISIS PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY PADA PENGADAAN LABORATORIUM BAHASA SMP DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan negara yang sudah tercantum dalam UUD 1945 alenia ke-4 yaitu untuk

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009).

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu Vol VI, No 2, Juli Desember 2017

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Nordiawan (2006: 1) organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PADA SATKER BALAI TAMAN NASIONAL BERBAK JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi keempat. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat daerah atas ketimpangan yang terjadi

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY PADA PENGADILAN NEGERI TEBING TINGGI ISNA ARDILA (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) AYU ANINDYA PUTRI (Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) Surel: na3_dila@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi dengan pendekatan value for money (VMM), yaitu dengan pengukuran 3E (ekonomis, efesiensi, dan efektivitas). Hasil penelitian menunjukan untuk tingkat ekonomis selama 4 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 102.27%, tetapi peningkatan yang terjadi membuat rasio tidak memenuhi standar ekonomis value for money. Tingkat efesiensi selama 4 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 107.69%, rasio berada di atas 100% sehingga untuk rasio efesiensi tidak memenuhi standar efesien value for money. Rasio efektivitas selama 4 tahun terakhir sudah memenuhi standar sehingga menunjukan bahwa Pengadilan Negeri Tebing Tinggi sudah efektif dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat, tetapi tetap diperlukan adanya peningkatan pelayanan agar efektivitas Pengadilan Negeri Tebing Tinggi tercapai lebih baik lagi. Kata kunci: ekonomis, efesiensi, dan efektivitas PENDAHULUAN Kinerja keuangan merupakan salah satu isu yang sangat penting untuk dikaji dalam organisasi sektor publik termasuk pemerintahan, sejak diterapkannya penganggaran berbasis kinerja, semua pemerintah dituntut untuk mampu menghasilkan kinerja keuangan pemerintah secara baik. Semakin meningkatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik seperti pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga negara diharapkan dapat mengurangi terjadinya pemborosan, kebocoran dana dan mendeteksi program-program yang tidak layak secara ekonomi. Salah satu hal yang dapat dijadikan alat untuk menilai pertanggungjawaban suatu instansi pemerintah adalah dengan melihat kinerja keuangannya melalui perhitungan dan analisis pencapaian target dan realisasi dari penerimaan dan pengeluaran atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik dari sisi input, output, outcome, impact, dan benefitnya. Penilaian kinerja keuangan sangatlah penting dilaksanakan FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 78

untuk mengetahui apakah Pengadilan Negeri Tebing Tinggi telah melaksanakan program kerjanya dengan baik. Untuk menilai kinerja keuangannya, Pengadilan Negeri Tebing Tinggi diharapkan agar dapat memperhatikan Value For Money dalam menjalankan aktivitasnya. Value For Money adalah suatu konsep untuk menilai kinerja suatu organisasi sektor publik yang tidak hanya di tinjau dari aspek keuangan saja, tetapi menggunakan aspek non keuangan untuk menilai tingkat keberhasilan suatu program kerja sektor publik. Konsep value for money merupakan konsep untuk mengukur ekonomi, efektivitas dan efesiensi kinerja program, kegiatan dan organisasi. Konsep value for money adalah konsep yang penting dalam organisasi sektor publik sehingga sering kali disebut dengan inti dari pengukuran kinerja sektor publik. Menurut Mahmudi (2007) dalam Halim dan Kusufi (2013:132) VFM juga mengandung arti sebagai penghargaan terhadap nilai uang. Hal ini berarti setiap rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan sebagaimana mestinya. VFM merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama. Value for money menurut Audit Commision dalam Final Report yang disampaikan oleh ITAD, dalam jurnal berjudul Measuring the Impact and Value For Money of Governance dan Conflict Programmes (Chris Barnett, dkk 2010 dalam Laode Kadafi 2013) mengungkapkan VFM is about obtaining the maximum benefit over time with the resources available. It is about achieving the right local balance between economy, efficiency and effectiveness, or, spending less, spending well and spending wisely to achieve local priorities. VFM is high when there is an optimum balance between all three elements, when costs are relatively low, productivity is high and successful outcomes have been achieved. Value For Money yang meliputi penilaian efesiensi, efektivitas, dan ekonomi diukur dengan persentasi rasio tertentu, jika diperoleh nilai rasio x>100% menunjukkan kondisi yang tidak diharapkan, x=100% berarti berimbang, dan x<100% berarti menunjukkan kondisi yang diharapkan (Hadi 2010; Mahsun dalam Puspitasari 2006). Artinya jika persentasi dibawah 100% maka perusahaan dikatakan efisien, efektif dan ekonomis. Pengukuran Anggaran Belanja Negara Pengadilan Negeri Tebing Tinggi tahun 2010 sampai dengan 2013 dengan pendekatan value for money terlihat pada tabel 1. Tingkat ekonomis menunjukkan kondisi bahwa pada tahun 2011 dan 2013 sebesar 100.85% dan 102.27% artinya angka ini mengungkapkan bahwa kinerja masih belum baik. Persentasi tingkat ekonomis yang menunjukkan peningkatan selama empat FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 79

tahun dapat diartikan semakin tidak ekonomisnya kinerja keuangan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi dalam menjalankan program kerjanya. Tabel 1 Pengukuran Value For Money Rasio 2010 2011 2012 2013 Standar VFM Ekonomis 92.63% 100.85% 98.75% 102.27% 100% Efesiensi 97.61% 100.72% 98.99% 107.69% 100% Efektivitas 72.01% 72.25% 71.99% 72.05% 100% Rasio efesiensi digunakan untuk mengukur sejauhmana anggaran yang direncanakan mampu direalisasikan dengan baik, jika persentasi yang dihasilkan lebih dari 100% maka realisasi lebih besar dari anggaran. berarti selama empat tahun mengalami peningkatan terutama pada tahun 2011 dan 2013 tingkat rasio efesiensi sebesar 100.72% dan 107.69%, kondisi ini mengungkapkan bahwa tidak terjadi efesiensi pada tahun tersebut Untuk rasio efektivitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan instansi dalam menjalankan program kerjanya untuk memberikan pelayanan jasa dan kepuasan masyarakat selama empat tahun sudah memenuhi standar VFM. Rasio efektivitas selama empat tahun mengalami peningkatan, hal ini menunjukan bahwa Pengadilan Negeri Tebing Tinggi dapat menjalankan program kerjanya dengan baik dan memuaskan masyarakat dalam pelayanan jasanya. Kerangka Berfikir Tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang berorientasi laba (swasta) maupun organisasi nonprofit (sektor publik) adalah Value For Money yang meliputi penilaian efesiensi, efektivitas, dan ekonomi. Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input). Mardiasmo (2009) dalam Halim dan Kusufi (2013:133) ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan. Ekonomi sebagai perbandingan antara input skunder (bahan baku, personel, dan infrastruktur) dengan input primer (kas). Dalam konteks organisasi pemerintahan, ukuran ekonomi berupa anggaran yang dialokasikan untuk membiayai aktivitas tertentu. Apabila sumber daya yang dikeluarkan berada di bawah anggaran maka terjadi penghematan, sedangkan sebaliknya, apabila di atas anggaran maka terjadi pemborosan. Efesiensi adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah kegiatan/aktivitas dengan sumber daya (input) yang digunakan. Organisasi sektor publik dinilai semakin efesiensi cenderung di atas satu. Semakin besar rasio, FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 80

maka semakin tinggi tingkat efesiensinya. Efesiensi harus dibandingkan dengan angka acuan tertentu, seperti efesiensi periode sebelumnya atau efesiensi di organisasi sektor publik lainnya (Nordiawan dan Hertianti 2011: 161). Efesiensi merupakan perbandingan keluaran/masukan (output/ input) yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Muindro Renyowijoyo 2008: 7). Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dan keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin kontribusi output yang dihasilkan berperan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Pengukuran efektivitas bisa dilakukan hanya dengan mengukur outcome (Halim dan Kusufi 2013:134). Value For Money yang merupakan alat untuk menilai apakah suatu organisasi telah memperoleh tujuan yang diharapkan. Konsep Value For Money lebih dikenal dengan konsep 3E yaitu Ekonomi, Efesiensi, dan Efektivitas. Value For Money menjelaskan hubungan yang optimal antara biaya/sumber daya serta manfaat/ hasil yang disampaikan melalui proses yang mengubah input melalui aktivitas kegiatan menjadi output yang diperlukan untuk memicu hasil (outcome) yang baik. Oleh karena itu untuk mengukur seberapa ekonomis, efesiensi dan efektivitasnya kinerja keuangan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi dengan menggunakan pendekatan value for money dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Kinerja Keuangan Value For Money Input Value Input Aktivitas Output Outcome Ekonomi Efesiensi Efektivitas Gambar 1. Kerangka Berfikir FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 81

METODE Kinerja keuangan merupakan penggambaran keberhasilan yang dinilai berdasarkan ukuran-ukuran angka dalam satuan nilai uang, yaitu dengan cara membandingkan realisasi keuangan berdasarkan anggarannya. Penilaian kinerja dengan menggunakan konsep value for money. 1. Ekonomis, merupakan perbandingan antara masukan yang terjadi (input) dengan nilai masukan yang seharusnya (nilai input). Ekonomis dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rasio Ekonomis = 100 % 2. Efesiensi, merupakan pencapaian keluaran (output) yang maksimum dengan masukan tertentu (input) atau penggunaan masukan terendah. Efesiensi dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rasio Efesiensi = 100 % 3. Efektifitas, merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Efektifitas dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rasio Efektivitas = 100 % HAIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran value for money dihitung dengan menggunakan anggaran belanja Pengadilan Negeri Tebing Tinggi periode 2010 sampai dengan 2013. Berikut target dan realisasi anggaran belanja Pengadilan Negeri Tebing Tinggi selama empat tahun: Tabel 2 Laporan Realisasi Anggaran Belanja Negara Satuan Kerja Melalui KPPN (dalam rupiah) Tahun Anggaran %Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran Anggaran 2010 2.709.282.000 100% 2.509.665.096 92.63% 2011 2.691.801.000 100% 2.714.800.623 100.85% 2012 3.182.242.000 100% 3.142.321.644 98.75% 2013 5.504.331.000 100% 5.629.099.936 102.27% Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Belanja Negara Pengadilan Negeri Tebing Tinggi tahun 2010 sampai dengan 2013 FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 82

Tabel 3 Kinerja Keuangan PN Tebing Tinggi dengan VFM Value For Money 2010 2011 2012 2013 Standar Rasio VFM Ekonomis 92.63% 100.85% 98.75% 102.27% 100% Efesiensi 97.61% 100.72% 98.99% 107.69% 100% Efektivitas 72.05% 72.25% 71.99% 72.05% 100% Dari tabulasi data diketahui bahwa program kerja Pengadilan Negeri Tebing Tinggi selama 4 (empat) tahun terakhir belum bisa dikatakan ekonomis, karena pada tahun 2011 dan tahun 2013 dalam melaksanakan program kerjanya dengan anggaran belanja sebesar Rp.2.691.801.000 dan Rp.5.504.331.000, dimana dalam pelaksanaanya dengan output 99.49% dan 99.76% menghabiskan dana sebesar Rp.2.714.800.623 dan Rp.5.629.099.936. hasil perhitungan rasio ekonomis sebesar 100.85% dan 102.27% menunjukkan hasil lebih dari 100% yang berarti tidak ekonomis dalam standar value for money. Hal ini terjadi karena adanya pemborosan dana anggaran belanja yang didominasi oleh belanja pegawai. Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa rasio ekonomis mengalami peningkatan, namun peningkatan yang terjadi membuat rasio ekonomis berada diatas 100% (>100%) sehingga menunjukan selama empat tahun Pengadilan Negeri Tebing Tinggi tidak ekonomis dalam pemanfaatan anggaran belanjanya. Rasio efesiensi dalam menilai program kerja Pengadilan Negeri Tebing Tinggi selama 4 (empat) tahun terakhir belum bisa dikatakan efisien, karena pada tahun 2011 dan tahun 2013 dengan input sebesar 100.85% dan 102.27% hanya mencapai output sebesar 99.49% dan 99.76% menunjukan bahwa dengan untuk mencapai output yang maksimal dengan dana anggaran yang cukup besar. Hasil perhitungan rasio efesiensi pada tahun 2011 dan 2013 sebesar 100.72% dan 107.69% menunjukan hasil lebih dari 100% yang berarti tidak efesien dalam standar value for money. Hal ini terjadi karena adanya pemborosan dana anggaran belanja yang didominasi oleh belanja pegawai, sehingga menunjukan penggunaan anggaran belanja negara tidak tepat guna atau tidak tepat sasaran untuk memaksimalkan program kerja. Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa rasio ekonomis mengalami peningkatan, namun peningkatan yang terjadi membuat rasio ekonomis berada diatas 100% (>100%) sehingga menunjukan selama empat tahun Pengadilan Negeri Tebing Tinggi tidak efesien dalam pemanfaatan anggaran belanjanya. Pada rasio efektivitas selama empat tahun sudah dapat dikatakan efektif, karena rasio berada di bawah 100% (<100%) atau sudah memenuhi standar. Pada tabel 3 dapat dilihat rasio efektivitas mengalami peningkatan selama empat tahun. FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 83

Hal ini menunjukan bahwa Pengadilan Negeri Tebing Tinggi sudah berhasil dalam menjalankan program kerjanya, dan dapat memberikan kepuasan pelayanan jasa hukum terhadap masyarakat. Meskipun dapat memuaskan masyarakat tetap harus meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini perlu adanya evaluasi pelayanan agar dapat terus meningkatkan tingkat kepuasan masyarakat. Karena efektivitas Pengadilan Negeri Tebing Tinggi akan meningkat apabila kepuasan masyarakat meningkat terhadap pelayanan jasa hukum yang diberikan oleh Pengadilan Negeri Tebing Tinggi. SIMPULAN Pada tahun 2010 sampai dengan 2013, analisis rasio ekonomis mengalami peningkatan sebesar 102.27% berada diatas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan anggaran belanja negara tidak ekonomis karena belum memenuhi standar ekonomis VFM. Analisis rasio efesiensi mengalami peningkatan sebesar 107.69% berada diatas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi menyebabkan rasio tidak memenuhi standar efesien VFM dan menunjukan bahwa dalam penggunaan dana anggaran belanja untuk mencapai program kerjanya masih belum tepat guna. Sedangkan pada rasio efektivitas mengalami peningkatan sebesar 72.05% berada dibawah 100%, sudah memenuhi standar efektivitas. Rasio efektivitas mengalami peningkatan yang menunjukan bahwa kepuasan masyarakat tehadap pelayanan jasa yang diberikan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi sudah terpenuhi. Dengan demikian instansi diharapkan dapat lebih memperhatikan penggunaan anggaran belanja negara, sehingga tidak terjadi lagi pemborosan dana yang melebihi dari target yang telah diberikan, dapat mengefesiensikan anggaran belanjanya dengan baik, sehingga lebih tepat dalam penggunaan dana yang diberikan oleh negara dan tidak terjadi penggunaan dana yang berlebihan untuk menjalankan program kerjanya. Instansi juga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pelayanannya, sehingga dengan output yang cukup besar diharapkan dapat meningkatkan efektivitas, karena efektivitas suatu program dapat meningkat apabila masyarakat puas terhadap pelayanan yang diberikan kepada mereka DAFTAR PUSTAKA Abdul, Halim dan Syam Kususfi, (2013) Akuntansi Sektor Publik. Jakarta, Salemba Empat. Arizona, Hadi, (2010) Analisis Value For Money untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Malang, Universitas Brawijaya. Ayu, Febriyanti Puspitasari, (2012), Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Malang Tahun Anggaran 2007-2011, Jurnal Universitas Brawijaya. FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 84

Deddi, Nordiawan dan Ayuningtyas Hertianti, (2011). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta, Penerbit Salemba Empat. Laode, Kadafi, (2013). pengukuran Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value For Money pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjung Pinang. Jurnal Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. Mahmudi, (2011). Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta. UII Press. Mardiasmo, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta, Penerbit Andi. Muindro, Renyowijoyo, (2008). Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba. Jakarta, Penerbit Mitra Wacana Media. FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 85