BAB IV SISTEM KERJA DAN CARA PENGOPRASIAN PANEL AUTOMATIC MAINS FAILURE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditunjukkan pada Gambar 2.1. Sedangkan, arus dan kurva karakteristik sel. surya ditunjukkan pada Gambar 2.2.

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV PENGOPERASIAN PERANGKAT GENSET DAN PANEL CPGS

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTUI

BAB II PRINSIP KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

PARALEL GENERATOR. Paralel Generator

BAB IV HASIL DATA DAN ANALISA

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

BAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

Proposal Proyek Akhir Program Studi Teknik Listrik. Jurusan Teknik Elektro. Politeknik Negeri Bandung

BAB III PERANCANGAN GENSET. Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF)

PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

BAB IV PENGUJIAN ALAT

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB III PENGATURAN SISTEM

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTUI Modul 4 MODUL IV ANALISA GANGGUAN

AVR OPERATOR TRAINING. Oleh: PT. LIMAWIRA WISESA JAKARTA

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

Penerapan Sinkronisasi Jaringan Listrik Tiga Fasa PLN dengan Generator Sinkron Menggunakan Trainer Power Sistem Simulation

1. Mempunyai tegangan kerja yang sama

Gambar 3.1 Wiring Diagram Direct On Line Starter (DOL)

ANALISIS BACK-UP SYSTEM SEBAGAI PENYUPLAI DAYA LISTRIK DI GEDUNG BERTINGKAT BOGOR TRADE MALL (BTM)

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB III KEBUTUHAN GENSET

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Nama : Widdiyanto NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK MCB SEBAGAI PEMUTUS dan PENGHUBUNG MERESPONS TERJADINYA GANGGUAN CATU DAYA INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Jonner Sitompul Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

KONDISI TRANSIENT 61

BAB II NO BREAK SYSTEM

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT

DIGITAL LOAD CONTROLLER (DLC)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

PENGGUNAAN ALAT UKUR ANALOG

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

Optimalsasi ATS (Automatic Transfer Switch) pada Genset (Generator Set) 2800 Watt Berbasis TDR

SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

RN 1200 RN 2000 UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY ICA

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

MODUL 1 GENERATOR DC

TES TERTULIS LEVEL : JUDUL UNIT : Memelihara Instalasi Listrik Tegangan Rendah (1) NAMA : JABATAN : UNIT KERJA : TANDA TANGAN :

BAB IV ANALISA GANGGUAN SWITCH GEAR 10.5 KV

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

PEMBUATAN MODUL SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK SEBAGAI ALAT PRAKTIKUM DI LABORATORIUM TEKNIK KONVERSI ENERGI

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK AUTO BACKUP SYNCHRONE

4.3 Sistem Pengendalian Motor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi

PERANCANGAN ATS (AUTOMATIC TRANSFER SWITCH) SATU PHASA DENGAN BATAS DAYA PELANGGAN MAKSIMUM 4400VA

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

BAB I KOMPONEN DAN RANGKAIAN LATCH/PENGUNCI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) - AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) PRODUKSI PT. BERKAT MANUNGGAL JAYA

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV SISTEM KERJA DAN CARA PENGOPRASIAN PANEL AUTOMATIC MAINS FAILURE 4.1 Proses Sinkronisasi Genset Pada proses sinkronisasi manual, deteksi awal sinkronisasi dilakukan dengan mengmati dan mengatur tegangan maupun frequensi dari kedua sumber pembangkit listrik generator yang akan disinkron melalui Double Volt maupun Double Frequensi meter, untuk mengatur kedua parameter agar bisa mendekati sama dilakukan dengan mengatur potensiometer atau speed dan voltage switch adjuster, bilamana kedua parameter ini sudah mendekati sama selanjutnya pengamatan sudut fasa dapat dilihat melalui synchronoscope dengan tetap melakukan setting pada kedua parameter volt dan frekuensi secara lebih halus sampai arah putaran synchronoscope melambat dan berhenti di jarum jam 12 maka circuit breaker untuk menyingkronkan genset tersebut sudah boleh di closing/on. Pada proses sinkronisasi otomatis melalui modul, semua proses pada sinkronisasi manual dilakukan oleh modul ( termasuk closing circuit breaker ) 4.2 Syarat Syarat Sinkronisasi Genset Syarat syarat dasar dari parallel generator adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai Tegangan Antar GensetYang Sama 2. Mempunyai Urutan Phase Yang Sama 3. Mempunyai Frekuensi Antar GensetYang Sama 4. Mempunyai Sudut Phase Yang Sama Dalam kerja parallel generator tidak cukup hanya berdasar pada syarat syarat diatas ada hal lain yang perlu diketahui sebagai penjabaran syarat syarat diatas. Adapun penjabarannya sebagai berikut: 22

1. Mempunyai tegangan antar Genset yang sama Apa yang diharapkan dengan adanya tegangan kerja yang sama? dengan adanya tegangan kerja yang sama diharapkan pada saat diparalel dengan beban kosong power faktornya 1. Dengan power factor 1 berarti tegangan antara 2 generator persisi sama.jika 2 sumber tegangan itu berasal dari dua sumber yang sifatnya statis misal dari battery atau transformator maka tidak akan ada arus antara kedunya. Namun karena dua sumber merupakan sumber tegangan yang dinamis (diesel generator) Maka power factornya akan terjadi deviasi naik dan turun secara periodic bergantian dan berlawanan. Mengapa bisa terjadi demikian? Hal ini terjadi karena adanya sedikit perbedaan sudut phase yang sesekali bergeser karena factor gerak dinamis dari diesel penggerak.itu bisa dibuktikan dengan membaca secara bersamaan Rpm dari kedua genset dalam keadaan sinkron misalnya Generator 1 mempunyai kecepatan putar 1500 dan generator 2 mempunyai kecepatan putar 1501 maka terdapat selisih 1 putaran / menit Dengan perhitungan 1/1500 x 360 derajat maka terdapat beda fase 0,24 derajat dan jika dihitung selisih teganan sebesar cosφ 0,24 derajat x tegangan nominal (400 V )- tegangan nominal (400 V ) dan selisihnya sekitar V dan selisih tegangan yang kecil cukup mengakibatkantimbulnya arus sirkulasi antara 2 buah genset tersebut dan sifatnya tarik menarik. dan itu tidak membahayakan. Dan pada saat dibebani bersama sama maka power faktornya akan relative sama sesuai dengan power factor beban. Memang sebaiknya dan idealnya masing masing generator menunjukkan power factor yang sama. Namun jika terjadi power factor yang berbeda dengan selisih tidak terlalu banyak tidak terjadi akibat apa apa. Akibatnya salah satu genset yang mempunyai nilai power factor rendah akan mempunyai nilai arus yang sedikit lebih tinggi. Yang penting diperhatikan adalah tidak melebihi arus nominal dan daya nominal dari genset. Sebagai contoh : Jika masing masing generator memikul beban 100 kw, dimana generator 1 dengan power factor 0,85 dan yang satu mempunyai power factor 0,75. Maka dengan menggunakan rumus daya 23

aktif didapat selisih arus dan itu tidak ada masalah, dan bisa saja dianggap bahwa generator bekerja independent dengan arus tersebut. Pada saat generator bekerja parallel perubahan arus excitasi akan merubah power factor, jika arus excitasi diperkuat maka nilai power factor mengecil menjauhi satu, sebaliknya jika excitasi dikurangi maka nilai power factor akan membesar mendekati 1. Pada generator yang akan diparalel biasanya didalam alternatornya ditambahkan peralatan yang dinamakan Droop kit. Droop kit ini berupa current transformer yang dipasang. disebagian lilitan dan outputnya disambungkan ke AVR. Droop kit ini berfungsi untuk mengatur power factor berdasarkan besarnya arus beban.. Sehingga pembagian beban kvar diharapkan sama pada kw yang sama. Pada panel panel kontrol modern sudah diperlengkapi dengan modul yang mana sudah terdapat pengaturan Var generator dengan output yang disambungkan ke AVR generator. sehingga secara otomatis masing masing genset berapapun beban kw power factor akan menjadi sama dan seimbang. Hal ini diperuntukkan pada system yang mana system tersebut parallel sesaat atau transfer beban baik antara genset maupun dengan PLN. Pada saat transfer beban secara soft transfer terjadi pemindahan beban, perubahan power factor yang kecenderungan terjadi diatur secara otomatic oleh modul tersebut, sehingga pada saat transfer beban tidak terjadi perubahan power factor yang berarti. Pada saat ini banyak pembangkit listrik rental yang terdapat pada PLTD PLTD seluruh Indonesia, dimana pihak swasta menyewakan Gensetnya untuk menambah kapasitas daya terpasang PLN. Pada kondisi ini sedikit berbeda dengan yang diuraikan diatas yaitu masalah pembagian dan pengaturan power factor. Pada genset rental sudah ditentukan berapa kw beban yang akan disupply dan berapa kwh energi yang akan dikirim.pada saat mulai memparalelkan tegangan tidak harus sama, karena pengaturan kenaikan beban secara bertahap maka pengaturan penambaha excitasi juga bertahap sampai didapatkan power factor yang dikehendaki. Kita bisa mengatur sendiri power factor yang akan dioperasikan. Bisa 0,8 0,85 0,9 atau 0,95 24

namun pada umumnya yang lebih disukai pada power factor 0,9. Mengapa kita bisa mengatur power factor sekehendak kita? hal ini dikarenakan kapasitas generator PLN jauh lebih besar dibandingkan generator rental, sehingga perubahan power factor di generator rental tidak begitu mempengaruhi banyak meskipun ada. Sebagai contoh : Beban system suatu kota atau pulau sebesar 55 mega watt dimana PLN menyediakan 50 mega dan genset rental dapat beban 5 mega, Jika power factor beban yang ada 0,9. dimana Pada saat itu Power factor genset PLN 0,9 sedangkan rental juga diset 0,9. Jika suatu saat Power factor genset rental diturunkan menjadi 0,8 dengan mengurangi arus excitasi. Maka perubahan power factor di pembangkit PLN menjadi 0,91. sebaliknya jika power factor genset rental diatur menjadi 1 dengan menaikkan arus excitasi, power factor pembangkit PLN menjadi 0,89 sehingga perubahan sebesar 0,01 diabaikan. Pada saat hendak memparalelkan secara manual generator dengan Catu daya PLN yang sudah berbeban atau generator lain yang sudah berbeban, apa yang mesti dilakukan? Jika kita menyamakan persis dengan tegangan line / jala jala,maka pada saat breaker close power factor genset akan menunjuk 1 dan beban kw akan menunjuk pada posisi 0, jika kita menambah daya output mesin perlahan lahan, maka power factor akan cenderung menuju ke kapasitif (leading) dan memungkinkan terjadinya reverse power. Untuk menghindari tersebut maka setelah sinkron penguatan excitasi dulu yang dinaikkan sampai cosphi menunjuk 0,7. seiring dengan itu naikkan daya mesin dengan menaikkan speed adjuster. Pada saat beban naik, cosphi akan naik membesar mendekati satu. Pada saat bersamaan excitasi diatur mencapai nilai 0,7 demikian seterusnya sampai mencapai nilai yang diinginkan misalnya 1000 kw pada cos φ 0,85. 2. Mempunyai Urutan Phase Yang Sama Yang dimaksud urutan phase adalah arah putaran dari ketiga phase. Arah urutan ini dalam dunia industri dikenal dengan nama CW ( clock wise) yang artinya searah jarum jam dan CCW (counter clock wise ) yang 25

artinya berlawanan dengan jarum jam. Hal ini dapat diukur dengan alat phase sequence type jarum. Dimana jika pada saat mengukur jarum bergerak berputar kekanan dinamakan CW dan jika berputar kekiri dinamakan CCW. Disamping itu dikenal juga urutan phase ABC dan CBA. ABC identik dengan CW sedangkan CBA identik dengan CCW.Perlu diketahui bahwa dalam banyak generator mencantumkan symbol R,S,T,N ataupun L1,L2,L3,N namun tidak selalu berarti bahwa urutan CW / ABC itu berarti RST atau L1L2L3 jika diukur urutan STR, TRS,L2L3L1 itu juga termasuk CW/ABC. Sebagai contoh : jika kabel penghantar yang keluar dari generator diseragamkan semua berwarna hitam dan tidak ada kode sama sekali, apakah kita bisa membedakan secara visual atau parameter listrik bahwa penghantar itu phasenya R, S, atau T tentu tidak. Kita hanya bisa membedakan arah urutannya saja CW atau CCW. Apapun generatornya jika mempunyai arah urutan yang sama maka dapat dikatakan mempunyai salah satu syarat dari parallel generator. Sehingga bisa jadi pada dua generator yang sama urutan RST pada genset 1 dapat dihubungkan dengan phase STR pada Genset 2 dan itu tidak ada masalah asal keduanya mempunyai arah urutan yang sama 3. Mempunyai Frekuensi Antar GensetYang Sama Didalam dunia industri dikenal 2 buah system frekuensi yaitu 50 hz dan 60 Hz. Dalam operasionalnya sebuah genset bisa saja mempunyai frekuensi yang fluktuatif (berubah ubah) karena factor factor tertentu. Pada jaringan distribusi dipasang alat pembatas frekuensi yang membatasi frekuensi pada minimal 48,5 hz dan maksimal 51,5 Hz. Namun pada genset genset pabrik over frekuensi dibatasi sampai 55 Hz sebagai overspeed. Pada saat hendak parallel, dua buah genset tentu tidak mempunyai frekuensi yang sama persis. Jika mempunyai frekuensi yang sama persis maka genset tidak akan bisa parallel karena sudut phasanya belum match, salah satu harus dikurang sedikit atau dilebihi sedikit untuk mendapatkan 26

sudut phase yang tepat. Setelah dapat disinkron dan berhasil sinkron baru kedua genset mempunyai frekuensi yang sama sama persis. 4. Mempunyai Sudut Phase Yang Sama Mempunyai sudut phase yang sama bisa diartikan, kedua phase dari 2 genset mempunyai sudut phase yang berhimpit sama atau 0 derajat. Dalam kenyataannya tidak memungkinkan mempunyai sudut yang berhimpit karena genset yang berputar meskipun dilihat dari parameternya mempunyai frekuensi yang sama namun jika dilihat menggunakan synchronoscope pasti bergerak labil kekiri dan kekanan, dengan kecepatan sudut radian yang ada sangat sulit untuk mendapatkan sudut berhimpit dalam jangka waktu0,5 detik. Breaker membutuhkan waktu tidak kurang dari 0,3 detik untuk close pada saat ada perintah close. Dalam proses sinkron masih diperkenankan perbedaan sudut maksimal 10 derajat. Dengan perbedaan sudut maksimal 10 derajat selisih tegangan yang terjadi berkisar 49 Volt. 4.3 Pengaruh dan Akibat Yang ditimbulkan Apabila Syarat Syarat Sinkronisasi Genset Tidak Terpenuhi 1. Pada generator yang diparalel dengan PLN, maka apabila generator yang akan diparalel mempunyai tegangan lebih tinggi maka begitu breaker close generator tersebut mempunyai power factor yang rendah, namun tidak membahayakan karena power factor di PLN masih induktif dan berdaya besar.dan apabila jika generator itu mempunyai tegangan yang lebih rendah maka power factor akan bersifat kapasitif dan mempunyai kecenderungan akan terjadi reverse power. Reverse power dibatasi pada level 5 % dari daya nominal. Pada generator yang diparalel dengan generator pada saat sama sama belum berbeban, maka apabila tegangan lebih tinggi power factor akan rendah ( induktif) namun sebaliknya power factor genset yang lain akan juga rendah namun bersifat kapasitif. Hingga genset yang lain mempunyai kecenderungan reverse power. 27

2. Jika urutan phase tidak sama system ABC di parallel dengan system CBA, maka akan terjadi selisih tegangan sebesar 2 kali tegangan nominal,hal itu bisa dideteksi dengan diukur secara manual menggunakan voltmeter, pada saat synchronoscope menunjuk 0 derajat, terdapat selisih sebesar 2 x 400 V. 3. Jika frekuensi tidak sama diparalelkan maka akan terjadi beberapa kemungkinan yaitu dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Sebagai contoh generator 1 mempunyai frekuensi 49 Hz sedangkan generator 2 mempunyai frekuensi 50 Hz. Dengan melihat synchronoscope maka jarum akan berputar dengan kecepatan sudut 2 π r/ detik atau 1putaran/ detik. Jika pada saat masuk pas pada sudut nol maka generator yang memiliki frekuensi lebih rendah akan mengalami reverse power dimana pada saat terhubung sinkron fekuensi ada pada 49,5 Hz. Dan proteksi reverse power akan bekerja mengamankan, namun jika pada saat masuk sinkron pas posisi synchronoscope di sudut 180 derajat itu berarti terjadi selisih tegangan yang sangat besar disamping kemungkinan reverse juga terjadi kerusakan yang fatal terhadap generator, di breaker akan muncul arus yang besar dan menimbulkan percikan api yang besar dan diengine akan terjadi hunting sesaat. dan hal itu bisa mengakibatkan kerusakan mekanis sampai patah pada cransaft karena tekanan beban besar yang tiba tiba. 4. Jika sudut fase tidak sama namun kecenderungan frekuensi sama hanya akan menyebabkan hunting sesaat tanpa ada kemungkinan reverse power, namun juga sangat berbahaya jika berbeda sudutnya terlalu besar, engine akan mengalami tekanan sesaat hingga hunting. 4.4 Prinsip Kerja Panel Automatic Mains Failure Panel Automatic Mains Failure adalah memparalelkan kerja dua set generator atau lebih untuk memperoleh sumber daya sebesar jumlah generator tersebut. Panel Automatic Mains Failure dapat bekerja scara 28

manual (dilakukan oleh operator) atau dengan otomatis (system dilakukan oleh modul Automatic Mains Failure). Sistem Kerja Panel Automatic Mains Failure ini adalah Automatic Start/Stop Engine, Automatic Synchrone dan Automatic On/Off Breaker. Yaitu pada mode Automatic ketika power PLN mengalami pemadaman, Maka semua Genset akan start, Selanjutnya ketika Genset leader telah masuk maka Genset 3 akan parallel dengan On-nya CB GEN (Q01) di panel AMF 630Kva. Selanjutnya Beban listrik yang semula di pikul oleh power PLN kemudian digantikan oleh Genset parallel dengan perbandingan Load Share 50%. Proses ini akan terus berlangsung samapai jeda waktu 30 menit setelah power PLN kembali normal lagi. Dengan demikian Proses Shutdown Genset dapat dilakukan secara manual sehingga dapat peralihan power dapat diatur kapan waktu yang tepatnya 4.4.1 Operasional Sistem Manual Sinkronisasi Genset Selanjutnya start semua engine dilakukan scara LOCAL dari sisi engine. Selanjutnya genset 1 dan genset 2 running dan lampu indikator RST dan indikator CB GEN OFF (merah) menyala. Posisikan synchroning switch pada posisi 1 untuk mengizinkan GCB 1 untuk ON. Pada saat push button ON (hijau) ditekan, maka GCB 1 akan ON yang ditandai dengan lampu indikator CB GEN ON (hijau) menyala dan lampu indikator CB GEN OFF (merah) padam dan bila push button OFF (merah) ditekan, maka GCB akan OFF (merah) menyala dan lampu indikator CB GEN ON (hijau) padam. Pindahkan posisi switch pada posisi 2 untuk mengijinkan genset 2 paralel terhadap power busbar line. Perhatikan penunjukan double frekuensimeter,double volt meter dan zero voltmeter, pastikan tidak ada selisih yang terbaca. Adjust potensiometer untuk mengejar ketertinggalan tegangan atau frekuensi sampai zero voltmeter menunjukan nol yang menunjukan kondisi genset siap untuk parallel. 29

Pada saat zero voltmeter menunjukan angka nol, jika push button ON (hijau) ditekan, maka GCB2 akan ON yang di tandai dengan lampu indikator CB GEN ON (hijau) menyala dan lampu indikator CB GEN OFF (merah) padam dan bila push buton OFF (merah) ditekan, maka GCB akan OFF yang ditandai dengan lampu indikator CB GEN OFF (merah) menyala dan lampu indikator CB GEN ON (hijau) padam. 4.4.2 Operasional Sistem Otomatis Sinkronisasi Genset Pada proses otomatis panel sinkronisasi genset adalah memparalelkan kerja dua set generator atau lebih untuk memperoleh sumber daya sebesar jumlah generator tersebut. Panel sinkronisasi genset dapat bekerja scara manual (dilakukan oleh operator) atau dengan otomatis (semua system dilakukan oleh modul sinkronisasi genset). Pada kondisi ini breaker akan ON satu persatu, jika satu breaker ON maka Genset yang lain segera akan melakukan prosen synchronisasi terhadap tegangan bus, Genset akan lebih dahulu synchron maka breakernya akan ON duluan. Selanjutnya ketika semua Genset telah parallel, maka semua beban yang ditarik dari sisi outgoing akan dipikul bersama-sama scara sama rata (loadshare). Jika beban yang di pikul masing-masing Genset tidak lebih dari 30% kapasitas daya maksimal, maka load managemen akan memerintahkan Genset slave untuk cooling down, berikutnya semua beban dipikul oleh 2 buah Genset, tetapi jika beban terpikul masih dibawah 30% kapasitas daya Genset, maka load managemen akan memerintahkan Genset slave untuk cooling down lagi sehingga hanya tersisa 1 Genset master saja. Genset master ini akan running terus berapapun besar kecilnya daya yang di pikul. Apabila terjadi peningkatan beban sehingga Genset Master menanggung beban sampai melebihi 80% kapasitas dayanya, maka selanjutnya load managemen akan memanggil salah satu Genset slave yang sedan standby untuk running dan parallel lagi dan selanjutnya akan membantu Genset master untuk memikul beban 30

scara bersama-sama lagi. Semua engine akan cooling down dan padam dengan sendirinya beberapa saat setelah mains power PLN kembali aktif. 4.5 Trouble Shooting Panel Automatic Mains Failure Tabel 4.1 Trouble Shooting Panel AMF No. KONDISI CARA PENANGANAN 1 CB GEN Tidak bekerja pada mode Full Manual. Cek sumber power pada sisi incoming PLN dengan melihat indicator power RST dan pembacaan tegangan pada Voltmeter dan modul Deepsea 5510. Cek apakah ada MCB control yang turun atau fuse control yang putus, ON kan segera atau ganti fuse. Cek apakah ada indikasi gangguan yang terecord oleh modul 5510. Segera perbaiki obyek penyebab terjadinya gangguan dan setelah selesai segera tekan tombol reset. Cek apakah posisi selector switch (SS1) pada posisi manual. Cek apakah kondisi push button masih baik, jika rusak ganti segera. Test operasional breaker scara local dengan menekan tombol ON pada Motorized MCCB samapai muncul indikasi ON. 2 CB GEN tidak bekerja pada mode Semi auto. Cek sumber power dari sisi incoming PLN dengan melihat indicator power RST dan pembacaan tegangan pada Voltmeter dan modul Deepsea 5510. Cek apakah ada MCCB control yang turun atau fuse control yang putus, ON kan segera atau 31

3 CB GEN tidak bekerja pada mode Full Auto. ganti fuse. Cek apakah ada indikasi gangguan yang terecord oleh modul 5510. Segera perbaiki obyek penyebab terjadinya gangguan dan setelah selesai segera tekan tombol reset. Cek apakah posisi selector switch (SS1) pada posisi Auto. Cek apakah posisi mode operasi modul 5510 sudah pada mode manual. Cek apakah sudah ada power yang masuk pada busbar line, jika telah ada maka CB GEN akan ON jika proses sinkron antara Genset 3 dan Busbar line telah berhasil. Cek sumber power dari sisi incoming PLN dengan melihat indicator power RST dan pembacaan tegangan pada Voltmeter dan modul Deepsea 5510. Cek apakah ada MCCB control yang turun atau fuse control yang putus, ON kan segera atau ganti fuse. Cek apakah ada indikasi gangguan yang terecord oleh modul 5510. Segera perbaiki obyek penyebab terjadinya gangguan dan setelah selesai segera tekan tombol reset. Cek apakah posisi selector switch (SS1) pada posisi Auto. Cek apakah posisi mode operasi modul 5510 sudah pada mode Auto. Cek apakah sudah ada power yang masuk pada busbar line, jika busbar line belum active maka dapat dipastikan bahwa CB GEN tidak akan 32

ON, karena panel AMF ini di design bukan sebagai engine leader. 4. Alarm modul dengan indikasi Uder/ Over voltage. Cek pembacaan tegangan disisi modul Depsea 5510 baik tegangan line ke neutral atau tegangan line ke line. Jika tegangan terukur terlalu rendah, putar voltage adjuster searah jarum jam pada saat engine running sampai tegangan terbaca mencapai tegangan nominal. Jika tegangan terukur terlalu tinggi, putar voltage adjuster berlawanan arah jarum jam pada saat running sampai tegangan terbaca mencapai tegangan nominal. Cek setting range tegangan under atau overnya. Jika di kehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. ALTRAK 1978. 33

5 Alarm modul dengan indikasi Under / Over Frekuency. 6 Alarm modul dengan indikasi over Current. 7 Alarm modul dengan indikasi Short Circuit. Cek pembacaan frekuensi disisi modul Depsea 5510 atau frekuensimeter analog. Jika frekuensi terukur terlalu rendah, putar speed adjuster searah jarum jam pada saat engine running sampai frekuensi atau speed terbaca sampai frekuensi atau speed terbaca mencapai nilai nominal. Jika tegangan terukur terlalu tinggi, putar voltage adjuster berlawanan arah jarum jam pada saat engine running sampai tegangan mencapai nilai tegangan nominal. Cek setting range tegangan under atau overnya. Jika di kehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. ALTRAK 1978. Cek pembacaan arus beban disisi modul Deepsea 5510 atau Amperemeter analog. Jika arus terukur telah mendekati batas full load rating, segera kurangi beban terpasang. Cek setting range full load ratting. Jika dikehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. Altrak 1978. Cek pembacaan Arus beban disisi modul Deepsea 5510 atau Amperemeter analog. Jika arus terukur mengalami lonjakan kenakan pada batas yang tidak normal, segera cek kemungkinan terjadi hubungan pendek pada jaringan distribusinya. Cek meeting range full load ratting untuk short circuit trip. Jika dikehendaki lakukan seeting ulang dengan panduan PT. Altrak 1978. 34

8 Alarm modul dengan indikasi Reverse Power. 9 Alarm modul dengan indikasi Eart Fault. 10 System secara keseluruhan tidak dapat dioprasikan. Cek pembacaan KW negatif disisi modul Deepsea 5510. Jika daya KW negatif terukur mengalami lonjakan kenaikan pada batas yang tidak normal, segera cek selisih tegangan antara panel exsiting dengan panel AMF genset 3, jika terdapat selisih yang signifikan, maka atur nilai nominal tegangan dengan memutar voltage adjuster. Cek setting range full load ratting untuk reverse power trip. Jika dikehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. Altral 1978. Cek pembacaan Arus beban disisi modul Deepsea 5510 atau Amperemeter analog. Jika Arus terukur pada jala-jala 3 phasa mengalami perbedaan pada batas yang tidak normal (unbalance load), segera cek pengaturan distribusi power listrik di bagian instalasi. Cek setting range full load ratting untuk Eart Fault. Jika dikehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. Altral 1978. Cek semua MCB dan fuse control apakah semua dalam kondisi ON dan tidak putus, cek pula tegangan battery 24VDC. Cek tombol Emergency switch, jika masih aktif kembalikan ke posisi normal dengan menekan dan memutar searah jarum jam. Selanjutnya reset modul 5510 dan PCC 2100. 35