BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan tanah untuk tempat tinggal dan kegiatan aktifitas lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran memiliki visi dan misi sebagai berikut. Visi dan misi Dinas Kebakaran yaitu:

Walikota Tasikmalaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 66

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan

I. PENDAHULUAN. DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas di Ibu kota Negara ini. Di wilayah ini banyak tempat-tempat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

DATA TEKNIS PROFIL CAPIAN KINERJA PEMDA DALAM PENYELENGGARAAN SUB URUSAN KEBAKARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN... TAHUN...

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB III LANDASAN TEORI

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DI KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MARKAS PUSAT PEMADAM KEBAKARAN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

128 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PELAYANAN PUBLIK BIDANG PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

Kata Kunci : Kebakaran, Penanggulangan, Permukiman Padat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

2012, No

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang terjadi, khususnya banjir yang terjadi dengan sendirinya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk di perkotaan yang sangat tinggi mengakibatkan meningkatnya kebutuhan tanah untuk tempat tinggal dan kegiatan aktifitas lainnya. Selain itu, meningkatnya kegiatan sosial - ekonomi di perkotaan sebagai bagian dari pertumbuhan dan perkembangan kota juga merupakan penyebab meningkatnya permintaan terhadap pengadaan perumahan, pemukiman, perkantoran, perdagangan, industri dan fasilitas sosial lainnya. Hal ini tentunya mempunyai implikasi pada perubahan guna lahan yang berdampak pada beban hidup perkotaan yang semakin berat sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang semakin kompleks di bidang-bidang sosial - ekonomi, sosial - budaya, politik - pemerintahan, ketertiban dan keamanan, dan sebagainya. Perkembangan ke arah perpacuan pertumbuhan ekonomi nasional termasuk percaturan globalisasi berdampak kepada meningkatkan tuntutan akan kontrol kualitas dengan berbagai aspek (Achmad Hidajat Effendi dkk, 2007). Salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian adalah peningkatan pada pelayanan oleh dinas kebakaran. Hal ini mengingat Frekuensi kebakaran cenderung semakin meningkat dan keterbatasan pengetahuan masyarakat dalam menangani bahaya kebakaran sehingga menghambat pelaksanaan penanganan bencana kebakaran oleh

barisan pemadam kebakaran (Mimin Karmini, 2005). Kebakaran berbeda dengan bencana lainnya seperti banjir, gempa, dan datangnya badai, dengan kemajuan teknologi yang ada biasanya bisa didahului dengan datangnya peringatan lebih dahulu. Hal ini menjadi sangat memungkinkan untuk dapat menekan timbulnya kerugian dan korban jiwa yang lebih besar yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Tidak demikian halnya dengan bahaya kebakaran, dimana bencana ini proses datangnya selalu tanpa dapat diperkirakan dan diprediksi sebelumnya sebagaimana bencana lain. Kapan datangnya, apa penyebabnya, tingkat cakupanya serta seberapa besar dampaknya adalah hal-hal yang tidak bisa diperkirakan oleh kemampuan manusia. Teknologi yang ada hanya dapat membantu memberi peringatan dini, tetapi mempunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk memberi waktu persiapan dan pertolongan dalam menghadapi bahayanya. Sebaliknya, pengetahuan masyarakat dalam mengatasi bahaya kebakaran sangatlah minim. Hal ini disebabkan bencana kebakaran datangnya tidak umum dan bukan bahaya yang rutin terjadi, sehingga masyarakat tidak siap untuk menghadapi bahaya kebakaran. Kebakaran merupakan salah satu faktor yang sangat merugikan masyarakat baik dalam segi korban jiwa dan harta benda serta asset yang tidak ternilai harganya (Fatma Lestari dkk, 2008). Bertambah luasnya kawasan perumahan/permukiman padat penduduk dan kawasan kumuh yang kondisi perumahannya di bawah stándar, ditambah tingginya intensitas kegiatan perekonomi kota dan meningkatnya kegiatan sosial masyarakat serta kegiatan - kegiatan lainnya. Hal ini di perparah dengan

kesadaran masyarakat yang masih minim mengakibatkan kota Medan sering mengalami kebakaran. Masalah kebakaran di Indonesia dari data yang diperoleh, dari Dinas Pemadam Kebakaran, sejak tahun 1978 hingga tahun 1992 yang merujuk pada kejadian di 5 kota besar di Indonesia menginformasikan bahwa ada kira-kira 2050 kejadian pada jangka waktu itu. Data dari Dinas Pemadam Kebakaran Medan dari tahun 2001 2008 terjadi 1246 peristiwa kebakaran, yang berarti sekitar 156 kejadian pertahun atau 1 kejadian per 2,5 hari. Kejadian terbesar pada tahun 2005 dengan kerugian + Rp. 518.86 milyar dengan korban jiwa 157 tewas dan 34 lainnya luka luka. Tingginya intensitas kebakaran di kota Medan yang tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik dari Dinas Kebakaran kota Medan. Hal ini disebabkan antara lain kota Medan sebagai kota Metropolitan yang memiliki luas wilayah 265,10 Km 2 hanya memiliki 4 (empat) pos pemadam kebakaran untuk melayani seluruh kota Medan. Hal ini diperburuk dengan cukup tingginya volume lalu lintas terutama di pusat perkotaan yang dapat menghambat laju kendaraan pemadam kebakaran, sehingga membuat para petugas pemadam kebakaran kewalahan untuk mengatasi kebakaran di kota Medan. Bahkan tak jarang petugas pemadam tiba dilokasi setelah bangunan habis terbakar atau kebakaran sudah meluas yang akhirnya membuat opini masyarakat terhadap Dinas Pemadam Kebakaran kota Medan sangatlah minus, bahkan para petugas sering mendapatkan cemohan, makian dan hujatan. Bahkan tak jarang terjadi bentrokan fisik antara masyarakat dengan para petugas pemadam

kebakaran. Padahal dampak yang ditimbulkan dari kebakaran berimplikasi luas (sosial-ekonomi-psikologi-lingkungan). Orang yang mengalami bencana ini, akan bisa mengalami shcok yang berkepanjangan. Berdasarkan Kepmen PU No.11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulaan kebakaran di perkotaan bahwa daerah yang telah terbangun harus mendapat perlindungan oleh mobil pemadam kebakaran yang jarak pos terdekat berada dalam jarak 2,5 Km dan daerah layanan setiap wilayah manajemen kebakaran tidak melebihi radius 7,5 Km. Dimana wilayah manajemen kebakaran dibentuk oleh pengelompokkan hunian yang memiliki kesamaan kebutuhan proteksi kebakaran dalam batas wilayah yang ditentukan secara alamiah maupun buatan. Selain itu wilayah manajemen kebakaran ditentukan pula oleh waktu tanggap dari pos pemadam kebakaran yang terdekat. Luasnya area dan tidak meratanya penyebaran penduduk kota Medan membuat Dinas Pemadam Kebakaran kesulitan untuk dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat kota Medan dalam hal mengatasi kebakaran. Sehingga diperlukan suata Kajian untuk dapat menentukan jumlah pos kebakaran dan letak titik titik pos pemadam kebakaran kota Medan. 1.2 Permasalahan Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Kedatangan pemadam kebakaran sering mengalami keterlambatan apabila terjadi kebakaran di pusat kota.

2. Jumlah pos pemadam kebakaran dan perletakan titik titik pos pemadam kebakaran yang ada tidak sesuai dengan standar perletakan untuk skala kota. 3. Bagaimana menentukan titik titik pos pemadam kebakaran di kota Medan. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk dapat mengatasi keterlamabatan para petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kebakaran. 2. Untuk dapat menentukan jumlah minimal pos pemadam kebakaran. 3. Untuk dapat menentukan perletakan pos pemadam kebakaran yang strategis sehingga dapat memberikan pelayanan penanggulangan kebakaran yang maksimal di kota Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Adanya proteksi kebakaran di kota Medan. 2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Medan dalam mengambil kebijakan pembangunan kota dan lembaga lembaga terkait dengan masalah kebakaran.

1.4.1 Kerangka Berfikir Adapun kerangka berfikir pada penilitian ini seperti pada gambar 1.1. Latar Belakang Gagasan Ide - Untuk merencanakan layanan pemadam kebakaran Masalah - Perletakan titik titik Pos Kebakaran, Keterlambatan kedatangan P2K, Bagaimana Penentuan Titik Titik Pos Pemadam Tujuan -Perencanaan jumlah dan perletakan pos pemadam kebakaran Survey - Sarana dan prasarana P2DK Literatur -Peraturan & Standar terkait -Study Banding Wawancara -Dinas P2DK -Tenaga Ahli Pengumpulan Data Analisa Kesimpulan Saran Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Sumber: Penulis