c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

ANALISA DAMPAK LALU LINTAS PEMBANGUNAN PARAGON CITY DI KOTA SEMARANG

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ALTERNATIF (Waktu Sinyal Manajemen Lalu Lintas)

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL JL. RADEN MOHAMMAD MANGUNDIPI - JL. LINGKAR TIMUR SIDOARJO TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. volume lalu lintas tinggi. Lalu lintas lancar dan teratur dapat menunjukkan bahwa

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

simpang. Pada sistem transportasi jalan dikenal tiga macam simpang yaitu pertemuan sebidang, pertemuan jalan tak sebidang, dan kombinasi keduanya.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entah jabatan strukturalnya atau lebih rendah keahliannya.

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

Penanganan umum simpang tak bersinyal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Transportasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan sehari-hari, namun masih mengalami berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang ada. Hal tersebut merupakan persoalan utama di banyak kota.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

2. Meningkatkan kapasitas lalu lintas pada persimpangan jalan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBANDINGAN PENGUKURAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN PROGRAM aasidra 2.0 dan MKJI 1997 (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN PAAL 2 MANADO)

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

Studi Pemodelan Kinerja Simpang Bersinyal Kondisi Lewat Jenuh (Oversaturated)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

Kata kunci : Pemodelan, Simpang Tak Bersinyal, Simpang Bersinyal, PTV. VISSIM. xii

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi seperti kemacetan, polusi udara, kecelakaan, antrian maupun

EVALUASI PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SINMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA SUPRIYADI)

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JL. KUPANG INDAH JL. RAYA KUPANG JAYA JL. DUKUH KUPANG UTARA 1 SURABAYA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

BAB III METODOLOGI. Kebijakan penataan lalu lintas. Penataan lalu lintas dan rambu, Pengaturan parkir dan angkutan umum, Sirkulasi lalu lintas,dll.

ANALISA KINERJA LALU LINTAS SIMPANG BERSINYAL, STUDI KASUS SIMPANG EMPAT SRIKANDI DAN SIMPANG TIGA KARANGJATI, KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

EVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL JALAN DIPONEGORO SURABAYA

Studi Pengaruh Simpang Bersinyal Terhadap Kemacetan Lalu lintas di Ruas Jalan Bendungan Sigura gura Kota Malang

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada Simpang Bersinyal telapak kaki a. Pada kondisi eksisting, baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada jam-jam puncak, secara keseluruhan simpang bersinyal telapak kaki masih bisa dilewati arus kendaraan dengan cukup lancar. Hal ini dapat diketahui dari nilai DS tiap pendekat < 0,75. b. Pada saat Paragon City telah beroperasi pada awal tahun 2010, baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada jam-jam puncak, kinerja simpang bersinyal telapak kaki diprediksi menjadi lebih buruk dibanding kondisi eksiting. Pada saat Paragon City beroperasi pada awal 2010, saat akhir pekan nilai DS pada pendekat TJ, P1, PT dan TH meningkat, tetapi masih < 0,75. Sedangkan pendekat P2 dan DP meningkat mendekati 1,0. Peningkatan yang terjadi berkisar antara 39 57 % Sedangkan saat hari kerja nilai DS pada pendekat TJ, P1, dan PT juga meningkat tetapi masih < 0,75. Pada pendekat TH, P2, dan DP nilai DS juga meningkat, bahkan melewati 1,0. Peningkatan yang terjadi antara 17 34 % Peningkatan pada akhir pekan jauh lebih besar daripada saat hari kerja karena kecenderungan orang untuk bepergian ke tempat hiburan, dalam hal ini mall, terjadi pada saat hari libur / akhir pekan. Sehingga perlu usaha-usaha untuk mengembalikan kinerja simpang bersinyal telapak kaki. 136

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang telapak kaki diprediksi akan menghasilkan perilaku lalu lintas dan kinerja yang buruk. Hal ini pasti terjadi karena pada saat Paragon City mulai beroperasi, kinerja simpang telapak kaki saja sudah mulai berkurang apalagi kondisi 5 tahun mendatang dengan adanya pertumbuhan lalu lintas. Jika tidak ada perubahan pengaturan simpang telapak kaki maka saat tahun 2014 kondisi simpang akan jauh lebih buruk daripada kondisi eksisting amupun kondisi awal tahun 2010. Sehingga perlu usaha-usaha untuk meningkatkan keseluruhan kinerja simpang bersinyal telapak kaki. 2. Pada Pintu Masuk dan Keluar Paragon City a. Pada pintu masuk dan keluar sisi utara Paragon City berpeluang menimbulkan konflik lalu lintas yang terjadi adalah antara kendaraan menerus yang menuju Jl. Pemuda 1 (arah Tugu Muda) dengan kendaraan keluar dari Paragon City yang hendak menuju ke Jl. P. Tendean atau Jl. Pemuda 2 (arah Pasar Johar) atau ke Jl. Thamrin, melalui lampu lalu lintas S dan R. Selain itu ada kemungkinan kendaraan yang keluar dari pintu sisi utara Paragon City berhenti pada lampu lalu lintas S dan R, sehingga terjadi antrian panjang akibat penumpukan dengan arus lalu lintas di luar Paragon City. Selain itu, walaupun tidak terlalu besar (sekitar 10-30 %), pada pintu sisi utara juga berpeluang terjadi antrian kendaraan. b. Pada pintu masuk dan keluar sisi selatan Paragon City berpeluang menimbulkan konflik antara kendaraan yang hendak berbelok masuk ke Paragon City dari arah Tugu Muda atau keluar dari Paragon City menuju simpang telapak kaki dengan arus lalu lintas kendaraan menerus pada jalan di depan Paragon City. Selain itu pada pintu masuk dan keluar sisi selatan ini peluang terjadinya antrian kendaraan sangat besar mencapai 80 %, terutama kendaraan yang ingin masuk ke Paragon City. 137

Untuk permasalahan yang timbul akibat adanya Paragon City dapat disimpulkan beberapa solusi pemecahan masalah, yaitu sebagai berikut : 1. Untuk Simpang Bersinyal telapak kaki a. Solusi Teknis Solusi teknis yang dapat diterapkan yaitu: 1) Optimalisasi dan penyesuaian waktu sinyal. Penyesuaian waktu sinyal ditujukan untuk mendapatkan perilaku lalu lintas yang diinginkan. Waktu sinyal yang dimaksud adalah waktu hijau (green), waktu siklus (cycle time), dan waktu antar hijau (inter green). 2) Larangan parkir di tepi jalan untuk pendekat yang bermasalah (antara lain Jl. Thamrin dan Jl. Depok) yaitu minimal sejauh 60 meter dari garis henti suatu pendekat. Dengan penerapan kedua solusi teknis tersebut ternyata diperoleh kinerja simpang yang jauh lebih baik daripada tanpa adanya solusi teknis tersebut. hal ini dapat dilihat dari tiap pendekat pada awal tahun 2010, baik pada akhir pekan maupun hari kerja, memiliki DS < 0,75. Sedangkan pada tahun 2014, saat akhir pekan tiap pendekat memiliki DS < 0,75 dan saat hari kerja ada beberapa pendekat yang memiliki DS > 0,75 tetapi masih < 1,0. Selain itu dengan adanya solusi teknis tersebut perilaku lalu lintas seperti angka henti dan tundaan menjadi jauh lebih baik. Angka henti (NS dan N SV ) < 1,0 dan tundaan (D) < 60 detik. Jadi dapat dikatakan solusi teknis ini sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada simpang bersinyal telapak kaki setelah Paragon City mulai beroperasi. b. Solusi Non-teknis Solusi non-teknis diperlukan untuk mendukung kinerja simpang telapak kaki. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : 1) Pengerahan aparat terkait untuk menata dan mengatur lalu lintas di simpang telapak kaki terutama pada jam-jam puncak. 138

2) Penegakan disiplin lalu lintas terutama bagi angkutan umum agar tidak berhenti atau menurunkan penumpang di sekitar simpang telapak kaki. Selain itu, juga himbauan kepada calon penumpang angkutan umum untuk menghentikan angkutan umum pada tempat pemberhentian yang telah ada. 3) Memberikan himbauan kepada pejalan kaki mengenai kesadaran untuk menggunakan zebra cross yang telah ada untuk menyeberang. 4) Pemasangan timer waktu sinyal lampu lalu lintas pada masing-masing pendekat. 2. Untuk Pintu Masuk dan Keluar Paragon City a. Pintu Masuk dan Keluar Sisi Utara Perlu adanya petugas untuk mengatur kapan saat yang tepat kendaraan bisa keluar dari Paragon City, terutama yang hendak menuju pendekat lampu lalu lintas S dan R. Dalam hal ini, saat yang paling optimal adalah saat lampu lalu lintas S dan R hijau dan atau pada saat pendekat Jl. Pemuda (dari arah Pasar Johar) dan Jl. Depok merah (berhenti), karena pendekat Jl Pemuda 2 dan Jl. Depok menghasilkan arus lalu lintas yang cukup besar. b. Pintu Masuk dan Keluar Sisi Selatan 1) Untuk mengurangi antrian pada jalur yang mengarah ke Tugu Muda, yaitu dengan membuat jalur khusus untuk kendaraan yang ingin masuk ke Paragon City sepanjang 20,0 meter dari pintu masuk sisi selatan dan dengan lebar 2,5 meter. Penambahan jalur masuk sepanjang 20 meter ini dibuat tanpa mengurangi jalur lalu lintas di depan Paragon City, agar tidak mengurangi kapasitas jalur lalu lintas di depan Paragon City. Jadi jalur masuk ini mengurangi lebar trotoar / pedestrian yang ada serta halaman Paragon City. 2) Penempatan petugas untuk mengatur kendaraan masuk dan keluar Paragon City, terutama untuk kendaraan yang ingin berbelok masuk ke Paragon City dari arah Tugu Muda dan berbelok keluar menuju simpang bersinyal telapak kaki 3) Pelarangan parkir kendaraan di tepi jalan di depan Paragon City dan sepanjang 50 meter dari pintu masuk keluar sisi selatan. 139

6.2. Saran Untuk mendukung penerapan solusi-solusi di atas maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut : 1. Kesadaran masyarakat terutama pengguna jalan dalam disiplin berlalulintas dan menaati peraturan serta rambu lalu lintas. 2. Pembangunan Paragon City kelak jangan sampai memunculkan aktifitas pedagang kaki lima di sekitar Paragon City yang dapat menyebabkan jalan menjadi lebih sempit dan padat. 3. Usaha penanganan masalah transportasi di sekitar Paragon City diharapkan tidak menimbulkan kemacetan dan permasalahan transportasi di daerah lain. 140