Etty Andriaty dan Hendrawaty

dokumen-dokumen yang mirip
Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 45. Kiat-Kiat Memperoleh Angka Kredit Optimal

ANALISIS PENILAIAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN

PETUNJUK TEKNIS PENGUSULAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN IPB

PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PUSTAKAWAN DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM MEMPEROLEH ANGKA KREDIT

Peningkatan profesionalisme pustakawan

Dra. Etty Andriaty, M.Si. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

PENGUSULAN DUPAK PUSTAKAWAN

PERMASALAHAN DALAM MENGUMPULAN DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT

LANGKAH LANGKAH PRAKTIS PENGUSULAN KENAIKAN PANGKAT DAN JABATAN PUSTAKAWAN. Oleh : Ir. Rita Komalasari

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM

AYO JADI PUSTAKAWAN. Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP

2014, No

PENGKAJIAN SEBARAN BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR (SUATU STUDI KASUS)

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PUSTAKAWAN

BUTIR-BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA

BAB I PENDAHULUAN Umum

SUMBERDAYA MANUSIA PUSTAKAWAN: SEBAGAI SALAH SATU JENJANG KARIR 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA TENTANG

POLA RUJUKAN SUMBER ACUAN PADA JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TERAKREDITASI Referral Pattern of References on Accredited Agricultural Research Journal

Prof. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

- 4 - MEMUTUSKAN: Pasal 1

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1. oleh: Abdul Rahman Saleh 2

Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

by Opong-Sosialisasi Perka No. 2 Th 2017-Perpusnas 18 Juli 2017

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI YOGYAKARTA TENTANG

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANGKATAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH

PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

2017, No Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Rescuer dan

2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencariaan dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha

Standard Operating Procedure PENGANGKATAN PERTAMA DALAM JABATAN AKADEMIK DOSEN

Kebutuhan Pustakawan Profesional di Propinsi Sumatera Utara

SOSIALISASI PENILAIAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT BIDANG KEPERAWATAN RSCM AGUSTUS 2016

AKTIVITAS PUSTAKAWAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010

PEDOMAN UJI KOMPETENSI BAGI PEJABAT FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK BAB I PENDAHULUAN

XIV. WIDYAISWARA A. DASAR HUKUM

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.218,2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Pustakawan.

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

2018, No Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

TATA KERJA DAN TATA CARA PENILAIAN

XX. TEKNISI LITKAYASA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2016, No Republik Indonesia Nomor 5512); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

PRODUKTIVITAS PUSTAKAWAN KEMENTERIAN PERTANIAN SEBAGAI PENULIS ARTIKEL YANG DIPUBLIKASIKAN DALAM JURNAL

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS ORGANISASI DAN TATA KERJA TIM PENILAI ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR PENGANGKATAN PERTAMA DALAM JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

DAN RANCANGAN PENYESUAIAN ANGKA KREDIT GURU. Biro Kepegawaian Kemdikbud BIMBINGAN TEKNIS CALON TP JABFUNG GURU DAN ANGKA KREDITNYA

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsiona

TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Transkripsi:

J. Perpus. Pert. Vol. 22 No. 1 April 2013: 24-29 Etty Andriaty dan Hendrawaty KAJIAN PENILAIAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN Assessment on Evaluation of Credit Point of Librarians within the Ministry of Agriculture Etty Andriaty dan Hendrawaty Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 Telp. (0251) 8321746, Faks. (0251) 8326561 E-mail: pustaka@litbang.deptan.go.id Diajukan: 11 Desember 2012; Diterima: 5 Maret 2013 ABSTRAK Salah satu upaya pemerintah untuk mengukur kompetensi jabatan fungsional pustakawan adalah melalui penilaian hasil pekerjaan. Jenjang jabatan diukur berdasarkan kompetensi yang dimiliki pustakawan yang tercermin pada nilai kredit kumulatif yang dicapai pustakawan yang bersangkutan. Pengkajian ini bertujuan untuk: (1) mengevaluasi kinerja pustakawan lingkup Kementerian Pertanian melalui penilaian hasil kegiatan, (2) mengetahui kesenjangan penilaian, dan (3) mengidentifikasi masalah dalam penilaian angka kredit pustakawan. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2012 melalui analisis isi terhadap 244 berkas daftar usulan penetapan angka kredit dan dokumen hasil penilaian angka kredit hasil rapat pleno Tim Penilai Jabatan Fungsional Pustakawan Instansi Kementerian Pertanian periode 2007-2011. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jumlah angka kredit yang diajukan pustakawan berbeda dengan hasil penilaian Tim Penilai. Rata-rata nilai yang disetujui oleh Tim Penilai hanya 75,80% atau turun 24,20% dari yang diajukan pustakawan. Kegiatan pengembangan profesi, pemasyarakatan dan pengkajian perpustakaan, dokumentasi dan informasi (perpusdokinfo) belum dilaporkan oleh semua pustakawan. Masalah dalam penilaian angka kredit adalah ketidaklengkapan dokumen yang akan dinilai dan belum adanya kesamaan persepsi mengenai cara penghitungan angka kredit untuk tiap butir kegiatan antara Tim Penilai dan pustakawan. Kata kunci: Pustakawan, penilaian angka kredit, tim penilai, Kementerian Pertanian, jabatan fungsional ABSTRACT One of government attempts to measure competency of librarians is by using assessment system of work results. Level of competences is measured and reflected by the cumulative credit point achieved by the librarians. This study aimed at: (1) evaluating the performance of librarians through measuring their work results, (2) finding out the difference of credit point assessment, (3) determining the problems found in librarian credit point assessment. The study was conducted in July-August 2012 through the content analysis of 224 documents obtained from the DUPAK and document of credit point assessment results of the plenary meeting of the Librarian Assessment Team within the Ministry of Agriculture between 2007-2011. The study results showed that the credit point proposed by librarians differed from the results of the Librarian Assessment Team. Average credit point approved by the Assessment Team was 75.80% or decline 24.20%. Professional development, socialization and assessment of library, documentation and information, have not been reported by all librarians. The problems faced by Librarian Assessment Team were the lack of appraisal document to be assessed as well as the lack of a common perception of the credit point assessment between Assessment Team and the librarians. Keywords: Librarians, credit point evaluation, functional position, assessment team, Ministry of Agriculture PENDAHULUAN Keberadaan perpustakaan dalam suatu instansi, terutama instansi penelitian, memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna internal (seluruh staf instansi) maupun pengguna dari luar instansi. Sebagai lembaga profesional, perpustakaan harus dikelola oleh tenaga yang profesional pula, yaitu pustakawan (Supriyanto 2013). Pengelola perpustakaan terdiri atas tenaga pustakawan (fungsional khusus) dan/atau tenaga teknis (fungsional umum). Pustakawan, menurut Undang-undang Perpustakaan No. 43 tahun 2007, adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Pejabat fungsional pustakawan Kementerian Pertanian berjumlah 89 orang yang tersebar di seluruh provinsi dengan komposisi Pustakawan Muda 21 orang 24 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012

Kajian penilaian angka kredit pustakawan... (23,60%), Pustakawan Pertama 8 orang (8,99%), Pustakawan Penyelia 39 orang (43,82%), Pustakawan Pelaksana Lanjutan 17 orang (19,10%), dan Pustakawan Pelaksana 4 orang (4,49%) (TPJP 2011). Jumlah pustakawan dari tahun ke tahun menurun karena berbagai sebab, antara lain kurangnya rekruitmen sumber daya manusia (SDM) yang memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan, dan jumlah pustakawan yang pensiun lebih banyak dibanding SDM yang diangkat sebagai pustakawan. Salah satu solusi untuk meningkatkan jumlah pustakawan adalah dengan merekrut SDM yang memiliki latar belakang pendidikan nonperpustakaan kemudian mengikutsertakan mereka dalam Diklat Calon Pustakawan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI. Pelaksanaan tugas dan pekerjaan untuk setiap jenjang jabatan pustakawan diatur dan dijabarkan dalam SK Menpan No.132/Kep/M.PAN/12/2002. Di samping itu, dalam prosedur kenaikan pangkat/jabatan, jumlah angka kredit yang harus dikumpulkan oleh pustakawan dibuat berjenjang, yakni nilai angka kredit yang harus dicapai oleh pustakawan tingkat terampil dengan jabatan Pustakawan Pelaksana yaitu 20, Pustakawan Pelaksana Lanjutan 50, dan Pustakawan Penyelia 100, sedangkan untuk pustakawan tingkat ahli dengan jabatan Pustakawan Pertama yaitu 50, Pustakawan Muda 100, Pustakawan Madya 150, dan Pustakawan Utama 200. Penerapan jabatan fungsional pustakawan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pustakawan dan mengukur kompetensinya melalui sistem penilaian pelaksanaan pekerjaan. Jenjang jabatan diukur berdasarkan kompetensi yang dimiliki, yang dicerminkan oleh nilai kredit kumulatif yang dicapai oleh pustakawan yang bersangkutan (Saleh 2004). Setelah pustakawan ditempatkan pada posisi tertentu, perlu dilakukan pemantauan dan penilaian terhadap kinerja pustakawan secara individual untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya (Suhartati 2002). Untuk mendapatkan kenaikan jabatan fungsional, Pustakawan Pelaksana sampai Pustakawan Penyelia dan Pustakawan Pertama sampai Pustakawan Muda harus mengajukan daftar usul penetapan angka kredit (DUPAK) ke Tim Penilai yang telah ditunjuk di lingkup instansinya masing-masing, sedangkan Pustakawan Madya sampai dengan Pustakawan Utama harus mengajukan DUPAK tersebut ke Tim Penilai Pusat yang berkedudukan di Perpustakaan Nasional RI. Nilai angka kredit yang diajukan kemudian dievaluasi oleh Tim Penilai. Dari hasil evaluasi ini akan terbit penetapan angka kredit (PAK). Nilai dalam PAK akan menentukan kenaikan pangkat/ jabatan pustakawan. Hasil evaluasi akan bervariasi, bergantung pada pemahaman pustakawan dalam menilai hasil kerjanya dan kompetnsi Tim Penilai dalam mengevaluasi DUPAK sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dalam SK Menpan No.132/Kep/M.PAN/12/2002. Hasil penilaian angka kredit mencerminkan tingkat profesionalisme dan kinerja pustakawan dalam mengelola dan mengembangkan pekerjaan di bidang kepustakawanan secara mandiri. Dengan kata lain, kualitas hasil kerja pustakawan akan menentukan tingkat profesionalisme/kinerjanya. Kinerja menurut Oduwole (2004) adalah performa seseorang dalam melakukan tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaan tertentu. Hasil kajian Saleh (2009) serta berdasarkan pengalamannya sebagai Tim Penilai Pusat menunjukkan beberapa permasalahan yang ditemukan pada saat penilaian hasil kerja pustakawan yang diajukan ke Tim Penilai Pusat adalah: (1) banyak tugas limpah, artinya banyak pustakawan yang mengerjakan kegiatan tidak sesuai dengan tugas pokoknya, (2) bukti kegiatan tidak memenuhi syarat, (3) Pustakawan Madya masih mengerjakan pekerjaan teknis, (4) kualitas karya tulis pustakawan masih memprihatinkan, dan (5) DUPAK tidak disertai dengan bukti hasil kegiatan. Temuan ini sejalan dengan hasil kajian Khayatun (2008) yang menemukan masih banyak pustakawan yang melaksanakan kegiatan atau tugas pokok pustakawan yang memiliki jenjang jabatan lebih rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan pengkajian terhadap DUPAK yang diajukan pustakawan lingkup Kementerian Pertanian ke Tim Penilai Instansi. Pengkajian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi kinerja pustakawan lingkup Kementerian Pertanian melalui penilaian hasil kegiatannya, (2) mengetahui kesenjangan hasil penilaian, dan (3) mengidentifikasi masalah yang ditemukan dalam penilaian angka kredit pustakawan. METODE Pengkajian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2012 melalui analisis isi dokumen, yang bersumber dari daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) dan dokumen hasil penilaian angka kredit (hasil rapat pleno Tim Penilai Instansi Kementerian Pertanian). Dokumen yang dianalisis adalah DUPAK yang diajukan oleh pustakawan ke Sekretariat Tim Penilai pada periode 2007-2011. DUPAK Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012 25

Etty Andriaty dan Hendrawaty dan hasil penilaian yang dievaluasi sebanyak 244 berkas. Parameter yang dianalisis adalah jenjang jabatan pustakawan dan asal instansi pustakawan yang mengajukan DUPAK selama kurun waktu tersebut, kesenjangan hasil penilaian, dan masalah yang ditemukan dalam penilaian angka kredit pustakawan. Data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Pustakawan Lingkup Kementerian Pertanian yang Mengajukan DUPAK Berdasarkan jenjang jabatan pustakawan, selama tahun 2007-2011, Pustakawan Penyelia adalah yang terbanyak mengajukan DUPAK, yaitu 88 orang (36,06%), diikuti Pustakawan Pelaksana Lanjutan 48 orang (19,67%), dan Pustakawan Muda 42 orang (17,21%). Dari 89 pustakawan yang penilaian angka kreditnya dilakukan oleh Tim Penilai Instansi Kementerian Pertanian, tidak semua pustakawan mengajukan DUPAK setiap tahun. Jumlah DUPAK yang diajukan oleh pustakawan bervariasi dari tahun ke tahun. DUPAK terbanyak yang diterima Sekretariat Tim Penilai Instansi Kementerian Pertanian adalah pada tahun 2009 (62 DUPAK), termasuk calon pustakawan (Tabel 1). Total pustakawan yang mengajukan DUPAK pada Tabel 1 tidak menggambarkan jumlah seluruh pustakawan yang ada di Kementerian Pertanian, karena pustakawan yang sama dapat mengajukan DUPAK setiap tahun, dan di antara jumlah tersebut (45-62 orang/tahun) terdapat pustakawan dari kementerian lain yang mengajukan penilaian angka kreditnya ke Tim Penilai Instansi Kementerian Pertanian, yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun, sejak tahun 2011, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah memiliki Tim Penilai sendiri. Badan Litbang Pertanian memiliki pustakawan paling banyak dibandingkan dengan unit eselon 1 lainnya di Kementerian Pertanian. Pada Tabel 2 terlihat bahwa pustakawan dari Badan Litbang Pertanian paling banyak mengajukan DUPAK selama tahun 2007-2011, yaitu 207 orang (84,83%), diikuti pustakawan Badan SDM 17 orang (6,97%), dan pustakawan luar Kementerian Pertanian (Kementerian Kelautan dan Perikanan) sebanyak 13 orang (5,33%). Kesenjangan Hasil Penilaian Usulan penetapan angka kredit pustakawan disampaikan sesuai perhitungan sementara pustakawan yang bersangkutan, selanjutnya oleh Sekretariat Tim Penilai disampaikan ke Tim Penilai setelah diregistrasi, yang mencakup: (1) nama pustakawan, (2) pejabat yang mengusulkan, (3) tanggal pengajuan, (4) tanggal diterima, dan (5) keterangan lain yang diperlukan. Setelah dilakukan penilaian, hasilnya dibahas dalam rapat pleno yang dihadiri oleh seluruh Tim Penilai. Hasil sidang pleno kemudian diterbitkan dalam penetapan angka kredit (PAK) yang disahkan oleh Ketua Tim Penilai. Hasil penilaian oleh Tim Penilai umumnya berbeda dengan nilai yang diajukan oleh pustakawan. Nilai yang diperoleh pustakawan setelah rapat pleno rata-rata hanya disetujui 75,80% oleh Tim Penilai atau turun 24,20% dari yang diajukan oleh pustakawan (Tabel 3). Penurunan nilai angka kredit terutama bersumber dari kegiatan/unsur utama, yaitu pengorganisasian dan Tabel 1. Sebaran pustakawan lingkup Kementerian Pertanian yang mengajukan DUPAK berdasarkan jenjang jabatan, 2007-2011. Jenjang pustakawan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Pustakawan Muda 7 (15,56) 7 (15,56) 12 (19,35) 8 (17,78) 8 (17,02) 42 (17,21) Pustakawan Pertama 6 (13,33) 2 (4,44) 1 (1,62) 3 (6,67) 6 (12,77) 18 (7,38) Pustakawan Penyelia 9 (20,00) 15 (33,34) 23 (37,10) 25 (55,56) 16 (34,04) 88 (36,06) Pustakawan Pelaksana 14 (31,11) 13 (28,89) 12 (19,35) 1 (2,22) 8 (17,02) 48 (19,67) Lanjutan Pustakawan Pelaksana 6 (13,33) 2 (4,44) 7 (11,29) 6 (13,33) 3 (6,38) 24 (9,84) Calon pustakawan 3 (6,67) 6 (13,33) 7 (11,29) 2 (4,44) 6 (12,77) 24 (9,84) Total 45 (100) 45 (100) 62 (100) 45 (100) 47 (100) 244 (100) Angka dalam kurung adalah persentase. 26 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012

Kajian penilaian angka kredit pustakawan... Tabel 2. Sebaran pustakawan yang mengajukan DUPAK berdasarkan instansi, 2007-2011. Instansi asal Tahun pustakawan 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Badan Litbang Pertanian 39 (86,67) 38 (84,45) 57 (91,93) 33 (73,33) 40 (85,10) 207 (84,83) Badan Pengembangan 2 (4,44) 2 (4,44) 3 (4,84) 5 (11,12) 5 (10,64) 17 (6,97) SDM Pertanian Sekertariat Jenderal 0 (0,00) 0 (0,00) 0 (0,00) 0 (0,00) 1 (2,13) 1 (0,41) Kementerian Pertanian Direktorat lingkup 0 (0,00) 2 (4,44) 2 (3,23) 1 (2,22) 1 (2,13) 6 (2,46) Kementerian Pertanian Luar Kementerian Pertanian 4 (8,89) 3 (6,67) 0 (0,00) 6 (13,33) 0 (0,00) 13 (5,33) Jumlah 45 (100) 45 (100) 62 (100) 45 (100) 47 (100) 244 (100) Angka dalam kurung adalah persentase. Tabel 3. Kesenjangan nilai angka kredit pustakawan antara pengajuan dengan hasil penilaian, 2007-2011. Jenjang pustakawan Kesenjangan nilai (%) 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata (%) Pustakawan Muda 77,80 66,45 60,74 60,13 60,26 65,08 Pustakawan Pertama 64,10 75,70 65,40 89,47 57,57 70,45 Pustakawan Penyelia 76,59 85,26 81,49 71,21 62,06 75,32 Pustakawan Pelaksana 70,06 88,68 70,36 67,53 68,57 73,04 Lanjutan Pustakawan Pelaksana 78,01 62,33 64,62 85,61 71,68 72,45 Calon pustakawan 120,34 89,18 93,38 93,89 95,60 98,48 Total 81,15 77,93 72,66 77,97 69,29 75,80 pendayagunaan koleksi dan pengembangan profesi. Penurunan nilai karena adanya kesalahan dalam penentuan angka kredit untuk butir kegiatan yang diajukan, misalnya pustakawan yang mengerjakan tugas pokok jenjang pustakawan di atasnya seharusnya dinilai 80%, atau masih ada pustakawan yang tidak melampirkan bukti hasil pekerjaannya. Kegiatan pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi yang umumnya diajukan pustakawan dalam DUPAK meliputi seleksi bahan pustaka, katalogisasi, klasifikasi, penentuan tajuk subjek, penentuan kata kunci, pengelolaan basis data, penyusunan bibliografi, indeks dan sejenisnya, penelusuran literatur, serta penyebaran informasi terbaru dan informasi terseleksi. Di antara kegiatan tersebut, terdapat beberapa kegiatan yang diminati oleh pustakawan karena mempunyai nilai angka kredit yang tinggi, yaitu penelusuran literatur dan penyebaran informasi terbaru dan informasi terseleksi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pustakawan masih banyak yang melakukan kegiatan-kegiatan teknis kepustakawanan untuk mendapatkan nilai kredit dibandingkan dengan pengembangan profesi dan pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi, dan informasi. Pengembangan profesi termasuk di dalamnya penyusunan karya tulis ilmiah (KTI) merupakan kegiatan utama pustakawan, namun belum banyak pustakawan yang mengajukan KTI yang diterbitkan dalam jurnal atau media lainnya, padahal kegiatan ini mempunyai nilai angka kredit yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan teknis. Hal ini sejalan dengan hasil kajian Sutardji dan Maulidyah (2011) yang menyatakan bahwa produktivitas publikasi pustakawan lingkup Kementerian Pertanian sangat rendah, yaitu 0,04 artikel/ pustakawan/tahun. Produktivitas publikasi pustakawan akan meningkat bila pustakawan dapat menghasilkan Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012 27

Etty Andriaty dan Hendrawaty KTI yang sesuai dengan bidangnya. KTI dapat berupa hasil pengkajian/penelitian. Kartosedono (2004) menyatakan pustakawan harus mampu mengkaji dan memerhatikan perkembangan masyarakat dan kebutuhan informasinya. Menurut SK Menpan No.132/Kep/M.PAN/12/2002, jenis KTI yang dapat dibuat oleh pustakawan yaitu: (1) KTI hasil penelitian, pengkajian, survei dan/atau evaluasi di bidang perpusdokinfo yang dipublikasi, (2) KTI hasil penelitian, pengkajian, survei dan/atau evaluasi di bidang perpusdokinfo yang tidak dipublikasi tetapi didokumentasi di perpustakaan, (3) KTI berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang perpusdokinfo yang dipublikasi, (4) KTI berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dan analisis hasil uji coba dalam bidang perpusdokinfo yang tidak dipublikasi tetapi didokumentasikan, (5) KTI/karya ilmiah populer di bidang perpusdokinfo yang setiap tulisan merupakan satu kesatuan yang disebarluaskan melalui media massa, (6) karya tulis berupa prasaran, tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah, diklat dan sejenisnya, dan pedoman teknis perpusdokinfo. Dari seluruh pustakawan yang mengajukan DUPAK pada tahun 2007-2011, sebanyak 75,41% merupakan pustakawan terampil dengan latar belakang pendidikan D2/D3. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan kurangnya pustakawan menghasilkan KTI. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan peningkatan kemampuan penulisan KTI melalui pelatihan agar KTI pustakawan dapat diterbitkan dalam jurnal atau majalah ilmiah lainnya. Berdasarkan hasil analisis terhadap DUPAK, selain kegiatan pengembangan profesi, pustakawan juga masih sedikit yang melaksanakan pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi, dan informasi. Pada tahun 2011, hanya enam pustakawan (13,95%) yang melaksanakan kegiatan ini dari jumlah pustakawan yang mengajukan DUPAK pada tahun tersebut atau 6,31% dari seluruh pustakawan Kementerian Pertanian. Salah satu kegiatan pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi, dan informasi adalah penyuluhan tentang pengembangan perpustakaan, namun tidak semua pustakawan memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan ini karena memerlukan perencanaan, materi penyuluhan, dana, dan sasaran penyuluhan yang sangat berkaitan dengan program kerja instansi induknya. Kegiatan pengkajian perpustakaan, dokumentasi, dan informasi juga masih kurang diminati pustakawan, karena diperlukan kemampuan dan penguasaan ilmu perpustakaan dan metode penelitian, selain dukungan dana yang memadai. Masalah dalam Penilaian Angka Kredit Penilaian angka kredit pustakawan memerlukan beberapa unsur, yaitu Sekretariat Tim Penilai, Tim Penilai, dan bahan penilaian yaitu DUPAK yang dilengkapi dengan surat tugas, laporan harian, laporan bulanan, surat pernyataan melakukan kegiatan, bukti hasil kegiatan, dan syarat lain sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam SK Menpan No. 132 tahun 2002. Pada kenyataannya, dalam melakukan penilaian, Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai masih menemukan beberapa masalah yang akan berakibat pada penurunan nilai angka kredit yang diajukan pustakawan. Masalah yang dihadapi berbeda untuk setiap DUPAK/pustakawan, bergantung pada pemahaman pustakawan dalam menuangkan seluruh kegiatan yang dilakukannya ke dalam DUPAK. Tabel 4 menyajikan masalah yang ditemukan Tim Penilai pada saat menilai hasil kinerja pustakawan lingkup Kementerian Pertanian dan instansi lainnya. Secara umum masalah yang ditemukan oleh Tim Penilai adalah ketidaklengkapan dokumen yang akan dinilai dan belum adanya kesamaan persepsi antara pustakawan dan Tim Penilai mengenai penghitungan angka kredit untuk tiap butir kegiatan pustakawan. KESIMPULAN Pustakawan lingkup Kementerian Pertanian belum semuanya mengajuan hasil kegiatannya (DUPAK) setiap tahun. Selama 2007-2011, Pustakawan Penyelia dan Pustakawan dari Badan Litbang Pertanian yang terbanyak mengajukan DUPAK. Angka kredit yang diajukan pustakawan berbeda dengan hasil penilaian Tim Penilai. Rata-rata nilai yang disetujui oleh tim penilai hanya 75,80% atau turun 24,20%. Sebagian besar pustakawan lebih banyak melaksanakan kegiatan teknis, yaitu pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi. Belum semua pustakawan melaporkan kegiatan pengembangan profesi, pemasyarakatan dan pengkajian perpusdokinfo. Masalah dalam penilaian DUPAK adalah ketidaklengkapan dokumen yang akan dinilai dan belum adanya kesamaan persepsi mengenai cara penghitungan angka kredit untuk setiap butir kegiatan antara Tim Penilai dan pustakawan. 28 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012

Kajian penilaian angka kredit pustakawan... Tabel 4. Temuan Tim Penilai Jabatan Fungsional Pustakawan Instansi lingkup Kementerian Pertanian. Unsur kegiatan Temuan Persentase Unsur utama Pendidikan dan pelatihan Mengajukan ijazah S1 tidak dikurangi dengan nilai 2 angka kredit pendidikan yang sudah diperhitungkan Pengorganisasian dan pendayagunaan Bukti hasil kegiatan tidak dilampirkan 10 koleksi Bukti tidak sesuai dengan kegiatan yang dilaporkan 10 Mengerjakan kegiatan tugas pokok jenjang di atasnya 30 tetapi dinilai 100% Satuan hasil yang dilaporkan tidak sesuai 70 (seharusnya per topik, dilaporkan per judul) Kesalahan menghitung angka kredit 5 Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi, Belum semua pustakawan melakukan kegiatan tersebut, 90 dan informasi bergantung pada program kegiatan instansi induk Pengkajian pengembangan perpustakaan, Masih jarang yang melaksanakan kegiatan pengkajian 90 dokumentasi, dan informasi Unsur penunjang Mengikuti seminar Tidak melampirkan bukti keikutsertaan (sertifikat seminar) 10 DAFTAR PUSTAKA Kartosedono, S. 2004. Upaya peningkatan profesionalisme pustakawan di era globalisasi. Media Pustakawan 19(3-4): 3-5. Khayatun. 2008. Pengkajian sebaran butir kegiatan pustakawan Institut Pertanian Bogor. Jurnal Perpustakaan Pertanian 17(2): 56-66. Oduwole, A. 2004. Information Technology Skills and Utilization as Correlated of Job performance by Librarians in University and Research Libraries in Nigeria. Unpublished Ph.D Thesis, University of Ibadan. Saleh, A.R. 2004. Manfaat standar kompetensi dan etika profesi dalam peningkatan profesionalisme pustakawan. http:// www.repository.ipb.ac.id/. Saleh, A.R. 2009. Catatan penilaian angka kredit pustakawan: Kajian berdasarkan pengalaman menilai. Media Pustakawan 16(1): 11-13. Suhartati, Y. 2002. Kompetensi pustakawan di masa kini. Media Informasi 8(9-10): 1-6. Supriyanto. 2013. Dukungan strategis kepustakawanan dalam rangka reformasi birokrasi Kementerian/Lembaga. Media Pustakawan 20(2): 5-12. Sutardji dan S.I. Maulidyah. 2011. Produktivitas pustakawan Kementerian Pertanian sebagai penulis artikel yang dipublikasikan dalam jurnal. Jurnal Perpustakaan Pertanian 20(2): 62-69. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2007. Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012 29