BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009

The Analysis of Jamkesmas Drug Planning Using Combination Methods ABC and VEN in Pharmacy Installation of RSUD Dr. M. M. Dunda Gorontalo 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN...

BAB I PENDAHULUAN. baik (SeputarTuban.com, 2 Juli 2013). instalasi farmasi merupakan salah satu unit rumah sakit yang berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya yang dinilai mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

Rumah Sakit XYZ merupakan salah satu rumah sakit negeri yang ada di Kabupaten Bandung. Rumah sakit ini memiliki sepuluh instalasi, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1)

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usaha pelayanan medis, pelayanan rehabilitasi medis, usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga masyarakat guna mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

*FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kriteria yang mendasarinya. Audit terdiri dari beberapa macam seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pengelolaan kesehata n dalam SKN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 6 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dapat bersifat promosi (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana upaya kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan /

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedang mengalami perkembangan ke arah lembaga usaha sehingga pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

-1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

B A B V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

pengendalian dan pengawasan seluruh obat di rumah sakit berada dibawah tanggung jawab instalasi farmasi rumah sakit (JCI, 2011). Penyediaan obat-obat

BAB I 1 PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini masyarakat sudah mengenal audit. Masyarakat mengenal kata

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang paling besar dalam harta perusahaan. Persediaan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN OBAT DI IFRS

BAB 1 PENDAHULUAN. dari rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian. Setelah teridentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki oleh setiap

Tin Herniyani, SE, MM

PENDAHULUAN. berorientasi kepada produk ( product oriented), juga berorientasi kepada pasien

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

MANAGEMEN FARMASI RUMAH SAKIT. Oleh : Dra. Hj. Deswinar Darwin, Apt.,SpFRS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Rumah sakit memiliki fungsi pelayanan medis, penunjang medis, pelayanan dan asuhan keperawatan, rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan bahwa rumah sakit harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis (SK Menteri Kesehatan RI, 1992). Dalam penunjang medis, salah satu pelayanan penting didalamnya adalah pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan bermutu. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI (2004) tentang standar pelayanan rumah sakit menyatakan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan farmasi sekaligus merupakan revenue centre utama. Hal tersebut mengingat bahwa 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran, dan gas medik), dan sekitar 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit 1

2 berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Untuk itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat dan penuh tanggung jawab maka dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan mengalami penurunan (Yusmainita, 2005). Instalasi farmasi rumah sakit merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan mendistribusikannya kepada pasien, bertanggung jawab atas barang farmasi yang beredar di rumah sakit serta bertanggung jawab atas pengadaan dan penyajian informasi obat yang siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit, baik petugas maupun pasien. Instalasi farmasi di rumah sakit harus memiliki organisasi yang memadai serta dipimpin oleh seorang apoteker dengan personalia lain, meliputi para apoteker, asisten dokter, tenaga administrasi serta tenaga penunjang medis (Aditama, 2002). Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis. Manajemen farmasi tidak terlepas dari konsep menajemen logistik, dimana unsurnya meliputi pengadaan yang terencana, pengangkutan eksternal yang terjamin, distribusi internal yang selamat dan aman serta pengendalian persediaan yang teliti. Perencanaan pengadaan obat merupakan proses kegiatan penentuan jenis dan jumlah obat yang disediakan yang bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan, menghindari terjadinya stok kosong dan mengupayakan peningkatan rasionalitas penggunaan obat. Pemilihan (perencanaan) yang kurang baik dapat menyebabkan jumlah persediaan yang menumpuk atau tidak dapat melayani pasien karena stok kosong. Bila persediaan menumpuk maka biaya penyimpanan juga meningkat (Quick, 1997). Pengendalian terhadap persediaan merupakan hal yang sangat penting dalam sistem persediaan, karena pengendalian persediaan adalah aktivitas untuk

3 mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat tertentu yang diinginkan, dengan demikian adanya pengendalian persediaan dapat menjamin tersedianya barang-barang untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen (Sumayang, 2003). Menurut Freddy Rangkuty (2002) salah satu metode analisis persediaan yang cukup ideal untuk pengendalian persediaan adalah dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), metode analisa Always Better Control (ABC). EOQ adalah sejumlah persediaan barang yang dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimumkan biaya dari persediaan barang tersebut (Sabarguna, 2005). Analisis ABC merupakan salah satu cara pengendalian persediaan dengan mengelompokkan persediaan berdasarkan tingkat kepentingannya, sehingga untuk mengetahui jenis barang apa saja yang perlu mendapat prioritas dan melalui analisa ABC ini dapat diklasifikasikan seluruh jenis barang. Menurut analisa ABC, persediaan barang/obat dibedakan dalam tiga kelas yaitu A, B, dan C, dimana kelompok A mewakili 20% obat dalam persediaan dan 70% total penjualan. Kelompok B mewakili 20% dari total penjualan dan kelompok C mewakili 10% total penjualan. Kelompok A merupakan obat yang cepat laku dan dalam beberapa kasus merupakan obat yang sangat mahal serta diperlukannya pengawasan yang ketat. Menurut Seto (2008), untuk pengendalian persediaan dengan metode EOQ lebih efektif dilakukan terhadap item obat dalam kelompok A berdasarkan analisis ABC. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar berdiri sejak Tahun 1921. Dengan terbentuknya Pemerintah Kota Denpasar pada Tahun 1992 maka Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya berada dibawah naungan Pemerintah Kota Denpasar dan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 22 Tahun 2001, Rumah Sakit

4 Umum Daerah Wangaya sudah menjadi Badan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar. Berdasarkan Keputusan Walikota Denpasar Nomor 96 Tahun 2008 tanggal 23 Juli 2008 Badan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar ditetapkan menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) dengan status BLUD penuh. RSUD Wangaya Kota Denpasar merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan medis, penunjang medis dan non medis yang salah satunya mengelola instalasi farmasi untuk memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Instalasi farmasi memiliki apotek dan gudang obat, apotek bertugas memberikan pelayanan obat kepada pasien rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap. Pada gudang obat kegiatan yang dilakukan yaitu penyimpanan dan pemeliharaan obat. Instalasi farmasi memiliki dua farmasi yaitu farmasi A untuk bahan habis pakai dan alat kesehatan dan farmasi B untuk obat-obatan. Instalasi farmasi RSUD Wangaya mengelola kurang lebih 3000 item persediaan farmasi yang terdiri dari obat-obatan, bahan habis pakai/bahan kimia, alat-alat kesehatan dan alat-alat laboratorium. Untuk kategori obat-obatan instalasi farmasi RSUD Wangaya mengelola 1011 item obat. Karena banyaknya persediaan farmasi yang dikelola serta tingginya biaya pembelian persediaan yang dikeluarkan, maka dibutuhkan sistem pengendalian persediaan yang optimal. Dimana teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting untuk menghitung jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan. Dalam hal ini Analisis ABC ini sangat berguna dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dalam sistem pengendalian persediaan.

5 Obat antibiotik merupakan salah satu atau bagian dari perbekalan farmasi yang sering digunakan di RSUD Wangaya. Hal ini menunjukkan bahwa obat antibiotik mempunyai arti yang penting bagi rumah sakit, baik ketersediaannya maupun nilai ekonomisnya. Berdasarkan data yang ada di RSUD Wangaya, jumlah pemakaian obat antibiotik tahun 2011 yaitu 235.758 atau 30,17% dari keseluruhan jumlah pemakaian obat umum. Berikut adalah jumlah pemakaian per bulan obat antibiotik tahun 2011 di RSUD Wangaya. Tabel 1.1 Jumlah Pemakaian Obat Antibiotik di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya No Bulan Jumlah Pemakaian 1 Januari 19.796 2 Februari 17.791 3 Maret 19.212 4 April 18.215 5 Mei 19.374 6 Juni 12.511 7 Juli 16.467 8 Agustus 18.153 9 September 20.555 10 Oktober 23.271 11 November 24.642 12 Desember 25.772 Total 235.758 Sumber: Data Instalasi Farmasi RSUD Wangaya Dari hasil wawancara dengan staf instalasi farmasi, untuk pengelolaan manajemen logistik pada perencanaan obat, metode yang digunakan di Instalasi RSUD Wangaya adalah metode konsumsi, dimana metode konsumsi hanya didasarkan atas analisis data konsumsi obat sebelumnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pola konsumsi untuk perencanaan kebutuhan obat yaitu pengumpulan dan pengolahan data, perhitungan perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat

6 dengan alokasi dana yang dimiliki. Dengan hanya menggunakan metode konsumsi hanya meramalkan berapa jumlah kebutuhan obat yang akan direncanakan, tidak dapat diketahui kapan saatnya harus memesan obat lagi, tidak dapat mengetahui obat apa saja yang harus disediakan dalam jumlah banyak atau sedikit, sehingga tidak ada prioritas dalam perencanaan obat (Maimum, 2008). Selain itu, metode konsumsi juga tidak dapat memberikan informasi tentang perencanaan obat berdasarkan nilai investasinya. Penggunaan metode konsumsi yang berjalan saat ini memungkinkan terjadinya kekosongan obat ataupun kelebihan jumlah persediaan obat karena di Instalasi di RSUD Wangaya belum melakukan pengendalian persediaan secara optimal. Untuk meningkatkan optimalisasi pelayanan farmasi dan terselenggaranya pelayanan farmasi yang efisien, penting bagi RSUD Wangaya untuk mengadakan pengendalian persediaan obat yang sistematis dan terarah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitrianty (2009) di Gudang Farmasi PT.Surya Husadha terhadap persediaan obat Kalfoxim 100 mg Inj yang menunjukan bahwa penggunaan metode EOQ dapat menimbulkan efisiensi biaya sebesar 92,72%. Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan analisis pengendalian persediaan dengan mengaplikasikan analisis ABC sebagai metode pengelompokkan persediaan berdasarkan nilai investasi dan metode Economic Order Quantity (EOQ) sebagai metode pengendalian persediaan untuk jumlah pemesanan ekonomis khususnya obat antibiotik di Gudang Obat Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya.

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dapat diketahui bahwa manajemen pengendalian persediaan memiliki peran penting dalam menunjang kelancaran pelayanan farmasi dalam pemenuhan obat antibiotik. Persediaan obat di instalasi farmasi RSUD Wangaya belum dilakukan secara optimal dan metode yang digunakan kurang efektif. Oleh karena itu kombinasi metode Economic Order Quantity (EOQ) dan ABC merupakan alternatif yang dibutuhkan untuk mengetahui obat yang memiliki nilai investasi tinggi dan untuk mengetahui penentuan jumlah ekonomis dalam menerapkan pengendalian persediaan di Instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya. Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disusun pertanyaan penelitian yaitu : 1. Bagaimanakah penerapan metode Always Better Control (ABC) dalam pengendalian persediaan obat antibiotik jika diterapkan di Instalasi Farmasi RSUD Wangaya? 2. Bagaimanakah penerapan metode Economic Order Quatntity (EOQ) dalam pengendalian persediaan obat antibiotik klasifikasi A jika diterapkan di Instalasi Farmasi RSUD Wangaya? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui obat jumlah pemesanan ekonomis obat antibiotik di Instalasi Farmasi RSUD Wangaya.

8 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya. 2. Untuk mengetahui klasifikasi obat antibiotik A, B dan C dengan menggunakan analisis ABC, dimana klasifikasi obat A memiliki nilai investasi tinggi. 3. Untuk mengetahui biaya per pemesanan obat antibiotik dengan klasifikasi obat A yang meliputi biaya telepon dan biaya ATK. 4. Untuk mengetahui biaya penyimpanan per unit per tahun dari obat antibiotik dengan klasifikasi obat A. 5. Mengetahui selisih biaya persediaan aktual kelompok/klasifikasi obat A dengan biaya persediaan setelah penentuan EOQ untuk mengetahui pengaruh adanya penurunan biaya/efesiensi biaya metode EOQ. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Sebagai masukan dalam upaya pengendalian persediaan obat antibiotik pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar. 2. Sebagai masukan oleh pengambil keputusan untuk menyempurnakan sistem pengendalian persediaan obat menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang optimal bagi RSUD Wangaya. 3. Sebagai masukan bagi instansi untuk menerapkan dan mengaplikasikan manajemen pengendalian persediaan dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas pelayanan.

9 1.4.2 Manfaat Teoritis 1. Menambah kajian dan studi kasus dalam bidang logistik rumah sakit, terutama dalam sistem pengendalian persediaan barang logistik dan perbekalan farmasi. 2. Menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan di bidang pengendalian persediaan khususnya obat antibiotik rumah sakit. 3. Bermanfaat untuk menilai apakah program pendidikan sudah sesuai untuk kebutuhan lapangan kerja. 4. Mengetahui sejauh mana materi pendidikan dapat diserap, dicerna dan diterapkan di lapangan oleh anak didik. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah manajemen logistik rumah sakit untuk pelaksanaan pengendalian persediaan obat khususnya obat antibiotik di RSUD Wangaya Kota Denpasar tahun 2011. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis metode pengendalian persediaan yang digunakan dalam kegiatan perencanaan pengadaan persediaan obat antibiotik.