www.aidsindonesia.or.id SEPTEMBER 2013 K ita bisa mencegah HIV, karena kita memiliki kemampuan dan strategi yang tepat dan berdayaguna untuk mendeteksi secara dini berkembangnya virus HIV HR. Agung Laksono (Menkokesra selaku Ketua KPAN) Menkokesra selaku Ketua KPAN, Dr. HR Agung Laksono didampingi Sekretaris KPAN, Dr. Kemal N. Siregar menyaksikan penandatangan Komitmen Sunda Kecil di Labuan Bajo, NTT dalam rangkaian kegiatan Sail Komodo 2013. BERITA KPA NASIONAL LAPORAN LAIN Pelatihan penguatan kelompok Jaringan PKNI (hal 5) Lokakarya Perencanaan Penganggaran Upaya mendukung keberlajutan program penanggulangan AIDS di daerah Lokakarya Kemitraan LBT Membangun kerjasama multi pihak dalam mendukung PMTS Paripurna Pelatihan Pendidik Sebaya Remaja Peningkatan kapasitas pendidik sebaya remaja Penasun dan PS Lokakarya RETA Penghitungan perencanaan dan penganggaran program HIV dan AIDS (Hal 3) (Hal 4) (Hal 4) (Hal 5) KEGIATAN KPA PROPINSI/KABUPATEN/KOTA Program PMTS Paripurna Kota Jayapura, Papua Kesepakatan Lokal PMTS Kota Surabaya, Jawa Timur Pendampingan Populasi Kunci Sumsel Keberlanjutan Program PMTS Bandar Lampung (Hal 6) (Hal 6) (Hal 7) (Hal 7) Menara Topas Lantai 9 Jalan MH Thamrin Kav. 9 Jakarta Indonesia 10330 Telpon: +62.21.3901758 Fax: +62.21.3902665 www.aidsindonesia.or.id
September 2013 Hal 2 KAMPANYE HIV DAN AIDS DALAM KEGIATAN SAIL KOMODO 2013 Sekretaris KPAN, Dr. Kemal N. Siregar menyampaikan pesan pencegahan HIV dan AIDS dalam Kampanye di Labuan Bajo, NTT dalam rangkaian kegiatan Sail Komodo 2013 di NTT. M enkokesra yang juga Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), HR Agung Laksono menyatakan, esensi upaya penanggulangan AIDS di Indonesia adalah bagaimana mencegah dan mengurangi risiko penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS), serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS agar setiap individu menjadi produktif. Karena itulah upaya sosialisasi perlu ditingkatkan melibatkan berbagai pihak, intansi pemerintah, swasta dan masyarakat umum. Pesan tersebut disampaikan Menkokesra pada penutupan acara lokakarya Sail Komodo Peduli AIDS yang diselenggarakan KPAN di Labuan Bajo Manggarai Barat, NTT, Kamis 12 September 2013. Kegiatan lokakarya itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan selama lima hari memanfaatkan momentum Sail Komodo 2013 di Labuan Bajo untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian serta komitmen pemerin- tah daerah dan masyarakat dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Lokakarya yang diikuti oleh KPA dari tiga provinsi ini juga menghasilkan Kesepakatan Sunda Kecil yang ditandatangani oleh tiga gubernur dari Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali. Ketiga gubernur yang juga sebagai Ketua KPA tersebut sepakat untuk bersama-sama meningkatkan koordinasi antar daerah dalam upaya penanggulangan AIDS di wilayah Sunda Kecil. Selain lokakarya, kegiatan kampanye penanggulangan HIV dan AIDS ini juga diisi oleh acara nonton bersama film Cinta dari Wamena dan edutainment melalui panggung hiburan musik untuk masyarakat Labuan Bajo. Melalui rangkaian kegiatan ini diharapkan informasi HIV dan AIDS dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat.
September 2013 Hal 3 LOKAKARYA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Bapak Dewa Berata, Kepala Biro Kesra, Provinsi Bali memberikan sambutan sekaligus membuka acara Lokakarya Perencanaan dan Penganggaran HIV dan AIDS di Denpasar, Bali. S ebagai tindak lanjut terbitnya Inmendagri no.444.24/sj tahun 2013 tentang Penguatan Kelembagaan KPA dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Daerah, KPAN terus melakukan sosialisasi pemanfaatan secara optimal Instruksi tersebut. Terutama mendorong kemandirian dan penganggaran program HIV dari dana APBD. Untuk itu di bulan September KPAN melakukan dua rangkaian kegiatan Lokakarya Perencanaan dan Penganggaran. Pertama dilakukan di Jakarta pada tanggal 16-19 dan dilanjutkan di Denpasar Bali, 23-25 September 201. Dalam rangkaian Lokakarya di Denpasar, acara dibuka oleh Kepala Biro Kesra Provinsi, Bapak Dewa Berata, yang mewakili Gubernur Bali sebagai Ketua KPA Provinsi. Dalam dua rangkaiannya, kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Bappeda, Asisten bidang Kesra dan Sekretariat KPA Provinsi. Total seluruh 33 provinsi hadir dalam Lokakarya ini. Melalui ketiga SKPD ini diharapkan isu penganggaran HIV dan AIDS dapat diakomodasi oleh pemerintah daerah. Sebagai narasumber dari dua kegiatan ini, dihadirkan utusan dari Kemendagri dan Bappenas yang menjelaskan tentang peraturan dalam perencanaan dan penganggaran. Hasil dari Lokakarya ini adalah, selain tersosialisasinya Inmendagri no.444.24 tahun 2013 serta panduan perencanaan dan penganggaran daerah, yang tak kalah penting adalahnya adanya komitmen bersama pejabat daerah terhadap kemandirian penanggulangan AIDS di daerah.
September 2013 Hal 4 LOKAKARYA KEMITRAAN LBT DI KARIMUN DAN LAMPUNG TENGAH M elanjutkan rangkaian lokakarya dalam rangka inisiasi serta sosialisasi program PMTS Paripurna sebelumnya, KPAN terus melakukan program yang menyasar pada kelompok LBT di titik hotspot strategis. Salah satu wilayahnya adalah Kab. Karimun di Provinsi Kepri dan Lampung Tengah di Lampung. Kedua daerah ini merupakan salah satu titik banyak pekerja pabrik dan pelabuhan. Untuk itu secara berturut-turut dilakukan Lokakarya Kemitraan Program LBT pada tanggal 2-5 dan 16-19 September 2013 di Karimun dan Lampung Tengah. Lokakarya diikuti oleh perwakilan SKPD, LSM dan KPA. Tujuan lokakarya adalah menyamakan persepsi bersama tentang program PMTS Paripurna serta meningkatkan peran bersama antara pemerintah, swasta, masyarakat sipil dan media dalam pembahasan perencanaan implementasi program PMTS paripurna di wilayah pengembangan program. Salah satu peta wilayah dan hotspot di Kabupaten Karimun, Kepri hasil diskusi peserta pelatihan. Dalam lokakarya, peserta dapat bertukar informasi tentang PMTS, pemetaan serta membangun kemitraan para pihak. Para peserta lokakarya didorong untuk lebih mengenal lokasi hotspot, dari situ diharapkan dapat mengambil bagian sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasca lokakarya, para peserta bersama KPA setempat membuat rencana kerja dalam penerapan program PMTS paripurna di masing-masing daerah. PELATIHAN PENDIDIK SEBAYA REMAJA PENASUN DAN PS komprehensif HIV dan AIDS pada penduduk 15-24 tahun sebanyak 90% di tahun 2014 sesuai indikator dalam Inpres 3/2010. Peserta pelatihan pendidik sebaya pekerja seks muda dalam sesi diskusi di Jakarta P elatihan pendidik sebaya pada populasi kunci remaja merupakan langkah penting untuk memastikan Rencana Aksi Nasional penanggulangan AIDS pada remaja berjalan baik dan efektif. Karena pelaksanaan program hanya dapat berhasil jika ada partisipasi aktif dari remaja itu sendiri. Terutama untuk mencapai pengetahuan Untuk itu, bertempat di Jakarta, KPAN mengadakan pelatihan pendidik sebaya bagi pengguna napza suntik dan pekerja seks muda yang berasal dari 33 provinsi di Indonesia. Kegiatan dilakukan tanggal Jakarta 2-4 dan 25-27 September 2013. Peserta dan fasilitator dalam pelatihan ini seluruhnya berasal dari kelompok muda. Dari pelatihan ini diharapkan dapat membantu pencapaian target SRAN, yaitu 60% remaja dapat berperilaku hidup sehat. Pasca pelatihan, KPAN melalui KPA Kab/Kota akan terus melakukan koordinasi dan pemantauan dengan PE yang telah dilatih melalui pertemuan dan pokja.
September 2013 Hal 5 LOKAKARYA RESOURCES ESTIMATION TOOLS FOR ADVOCACY (RETA) RETA bertujuan membantu pemerintah menghitung kebutuhan dana dan sumber daya yang dibutuhkan dalam penanggulangan AIDS. R ETA adalah alat sederhana dan mudah digunakan untuk membantu lembaga menghitung kebutuhan dana. Informasi kebutuhan dana yang disediakan mencakup kebutuhan saat ini dan rencana program. Untuk itu terkait dengan rencana penyusunan SRAN Penanggulangan AIDS 2015-2019, KPAN mengadakan Lokakarya RETA pada tanggal 9-10 September 2013. Lokakarya ini bertujuan mengenalkan dan menyamakan persepsi mengenai RETA sebagai alat advokasi, mendiskusikan cara penggunaan dan identifikasi data yang dibutuhkan. Peserta dalam lokakarya adalah perwakilan UNAIDS, HCPI, IPPI, PKNI, PR NU, PKBI, KPAP dan perguruan tinggi dan difasilitasi oleh SUM II. Pasca lokakarya, KPAN akan mengkoordinasi data yang dibutuhkan sebagai persiapan penghitungan anggaran dalam lokakarya berikutnya. PELATIHAN PENGUATAN KELOMPOK JARINGAN PKNI J aringan populasi kunci memiliki peran penting dalam upaya pencapaian target penanggulangan AIDS sebagaimana tertuang dalam SRAN 2010-2014. Untuk itu, jaringan populasi kunci harus memiliki kapasitas yang cukup untuk dapat mengajak lebih banyak lagi anggotanya berperilaku sehat. Untuk itu, KPAN mendukung dilaksanakannya Pelatihan penguatan jaringan yang dalam hal ini adalah PKNI (Persaudaraan Korban Napza Indonesia). Pelatihan diadakan di Jakarta, 17-20 September 2013. Pelatihan diikuti oleh 17 orang, 12 berasal dari provinsi dan 5 dari Seknas PKNI. Provinsi yang hadir berasal dari Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Tujuan pelatihan adalah meningkatkan mutu pemberian dukungan kepada anggota jaringan PKNI di 12 propinsi untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan dukungan lainnya. Perwakilan PKNI daerah mengikuti sesi paparan dari Seknas PKNI dalam pelatihan di Jakarta Tindak lanjut pelatihan adalah, ke depan diperlukan peningkatan kapasitas yang spesifik pada penulisan policy brief. Selain itu, jaringan PKNI harus terus terlibat dalam melakukan adovokasi kebijakan terkait penanggulangan HIV dan Napza di Indonesia.
LAPORAN DAERAH Hal 6 PROGRAM PMTS PARIPURNA KOTA JAYAPURA, PAPUA Untuk itu, di lokasi transaksi seksual Tanjung Elmo terus dilakukan kampanye yang melibatkan aparat pemerintah, LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemangku kepentingan di lokasi, seperti pemilik wisma atau mucikari. Isu utama yang terus diangkat adalah penggunaan kondom konsisten pada pelanggan dan pembuatan kesepakatan lokal yang memuat sanksi pelanggaran. Sosialisasi HIV dan AIDS kepada PS di lokasi Tanjung Elmo, Kota Jayapura, Papua S ebagai wilayah dengan prevalensi HIV tinggi, Provinsi Papua terus melakukan upaya pencegahan HIV melalui transmisi seksual melalui kegiatan sosialisasi dan kampanye pada kelompok populasi kunci, secara khusus pada pekerja seks perempuan dan pelanggannya. Melalui kesepakatan lokal, PS, pelanggan dan mucikari sama-sama bertanggung jawab atas kesehatan dan pencegahan penyakit. Dan untuk memantau hal tersebut, secara rutin juga dilakukan pemeriksaaan IMS dan HIV. Selain itu, program kampanye dengan media KIE juga terus dilakukan, misalnya pemasangan poster dan penyediaan kondom di tiap kamar. PENDAMPINGAN PEKERJA SEKS DI LOKASI MOROSENENG SURABAYA, JAWA TIMUR P emberian pemahaman tentang perubahan perilaku pada pekerja seks bukanlah hal mudah, diperlukan komunikasi yang efektif dan intensif. Hal tersebut yang terus diupayakan Yayasan Genta dalam pencegahan HIV di lokasi Klakah Rejo, Kota Surabaya. Yayasan Genta yang didukung penuh oleh KPA Kota Surabaya melakukan berbagai kegiatan dalam upaya tersebut, antara lain; peningkatan kapasitas pengurus KPA melalui pelatihan, diskusi berkala yang dilakukan secara rutin. Selain itu juga telah terbit kesepakatan bersama yang meliputi adanya kesepakatan lokal 100% pemakaian kondom. Lokasi yang juga dikenal dengan nama Moroseneng ini terletak di dua kelurahan Klakah Rejo dan Sememi. Lokasi ini dihuni oleh kurang lebih 550 WPS dan tersebar dalam 105 Wisma (Klakah Rejo 71 dan Sememi 34). Kegiatan utama lain yang dilakukan di Moroseneng Penandatangan kesepakatan lokal lokasi Klakah Rejo, Kota Surabaya, Jawa Timur adalah layanan rujukan dan pemeriksaan rutin yang melibatkan Dinas Kesehatan dan Puskesmas terdekat. Hal menarik dari proses pendampingan ini adalah terbentuknya paguyuban PS Moroseneng yang bertujuan untuk saling membantu sesama PS.
LAPORAN DAERAH Hal 7 PENDAMPINGAN POPULASI KUNCI DI KOTA PALEMBANG, SUMATERA SELATAN lingkungan PS di lokasi Rembulan Malam, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Seorang CO biasanya dipilih dari orang yang telah mengenal komunitas secara mendalam. Melalui CO inilah, PKBI melakukan upaya pendekatan kepada tokoh agama dan pemangku kepentingan lainnya dalam komunitas di lokasi. Sosialisasi pencegahan HIV dan AIDS bagi pekerja seks di Kota Palembang, Sumatera Selatan S alah satu bagian penting dalam upaya perubahan perilaku pada populasi kunci adalah peran CO atau Community Organizer. Yaitu orang yang ada dalam satu komunitas dan berperan melakukan mobilisasi secara internal. Hal ini yang sedang dilakukan oleh PKBI dalam upaya pencegahan HIV di Kegiatan lain yang dilakukan CO antara lain membentuk PIKM (Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat) di dekat lokasi. Pembentukan PIKM ini sangat didukung oleh masyarakat setempat. Satu keberhasilan utama adalah, saat ini yang mengelola PIKM adalah para WPS di lokalisasi itu sendiri sekaligus menjadi pendidik sebaya (peer educator). Bukti penting lainnya adalah saat ini telah terjadi penurunan angka IMS pada pekerja seks di lokasi Rembulan Malam. KEBERLANJUTAN PROGRAM PMTS PEMANDANNGAN BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG Lokasi Pemandangan terletak di Kelurahan Waylunik, Panjang, Kota Bandar Lampung. Di Pemandangan terdapat 52 wisma, 150 WPSL dan 70 WPSTL. Saat ini di Pemandangan sudah ada Pokja Lokasi dan Kesepakatan Lokal yang dibuat atas dasar Instruksi Walikota nomor 2 tahun 2012, tentang Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual. Hasil pemetaan KPAK Bandar Lampung pada populasi kunci di bulan Desember 2012, diketahui bahwa terdapat WPS 2.769 orang di Bandar Lampung. Kegiatan yang dilakukan di Pemandangan, antara lain pemeriksaan IMS dan tes HIV, akses layanan ke PKM (PKM Sukaraja), pembentukan Pokja Lokasi, Kesepakatan Lokal, Pelatihan PS, Pertemuan PE, Pertemuan Pokja Lokasi, Pertemuan WPS, Pertemuan Mucikari dan Pertemuan Stakeholder. Semua kegiatan tersebut telah rutin dilakukan. Tantangan ke depan adalah mobilitas WPS yang sangat Staf KPA Kota Bandar Lampung memberikan paparan dalam sosialisasi HIV dan AIDS di lokasi Pemandangan tinggi. Untuk itu diperlukan kerjasama antar lokasi yang ada, terutama kesepakatan lokal. Selain itu, untuk internal lokasi harus lebih ditingkatkan lagi kerjasama dari semua pemangku kepentingan agar situasi dan kondisi lebih kondusif dalam upaya mendukung program PMTS Paripurna.
September 2013 Hal 8 RENCANA KEGIATAN BULAN OKTOBER 2013 Pertemuan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), Pendidik Sebaya (PE), dan Pemangku Kepentingan Lokal untuk PMTS, Jakarta 29 Sept-1 Oktober 2013. Menggali pembelajaran dan pengalaman program pencegahan HIV melalui transmisi seksual di 22 provinsi di Indonesia. Lokakarya Membangun Kemitraan Program Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual-Lelaki Beresiko Tinggi (PMTS-LBT) di daerah Scaling Up (10 Kab/Kota) di Kab. Indragiri Hilir, 30 Sept-3 Oktober 2013. Membangun kemitraan multi pihak, pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam upaya pencegahan HIV pada laki-laki berisiko tinggi. Lokakarya Penyusunan Pedoman Operasional Program PMTS Paripurna, Jakarta 8-10 Oktober 2013. Adanya kesepakatan pedoman bersama dalam mendukung pelaksanaan program PMTS Paripurna di lapangan. Bimbingan Teknis dan Kunjungan Lapangan Bersama KPAN-WHO dan UNAIDS ke Provinsi Kepri, Bintan dan Batam 8-9 Oktober 2013. Melihat serta mempelajari secara langsung situasi dan perkembangan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di daerah. Rapat Koordinasi Penanggulangan HIV dan AIDS di Wilayah Indonesia Timur, Sorong, Papua Barat 17-19 Oktober 2013. Meningkatkan peran Kepala Daerah dalam mendukung keberlanjutan upaya penanggulangan AIDS, khususnya di wilayah Indonesia Timur. Pelatihan SCP Penasun, LSL dan WPS, Bogor Jawa Barat, 27-31 Oktober 2013. Melihat perkembangan dan capaian upaya penanggulangan AIDS secara terukur dan rutin. Tentang Komisi Penanggulangan AIDS Komisi Penanggulangan AIDS adalah lembaga negara berdasar Peraturan Presiden Nomer 75 tahun 2006 dengan mandat untuk melaksanakan penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi. KPA Nasional diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteran Rakyat, dengan anggota Sektor Kementerian/Lembaga, swasta, jaringan populasi kunci dan perwakilan masyarakat sipil peduli AIDS. Dalam pelaksanaan, KPAN dibantu oleh Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris KPAN. Infeksi HIV atau Human Immunodeficiency Virus mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV tersebut. Hindari infeksi HIV dengan Abstinence Tidak berhubungan seks (Selibat), Be Faithful - Selalu saling setia pada pasangan, Condom - Gunakan kondom pada setiap hubungan seks berisiko.