MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERITA MELALUI TEKNIK FADING PADA ANAK TK PELITA KECAMATAN SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Rentangan

Gustina M. Biga Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI TEKNIK BERMAIN KELOMPOK DI TK MAWAR KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO.

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR BERHITUNG MELALUI BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN TEKNIK BERMAIN PADA ANAK DI TK PERTIWI KECAMATAN HULONTALANGI KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. TK ini berada di tengah-tengah Kota Gorontalo dan telah banyak menamatkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sikap di mana melalui ucapan syair anak diantaranya dapat

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI SINGING GAME DI KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan salah satu TK yang berada di Kabupaten Gorontalo, di mana proses pembelajarannya

PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. lukisan, dan mimik muka. (Syamsu Yusuf, 2000:118)

K A R M I NIM. A53B111043

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK MELALUI PERMAINAN PESAN BERANTAI DI TK TAUFIQ PERGURUAN ISLAM BAYUR. Mulyati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia karakteristik orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

JURNAL HUBUNGAN PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI. Oleh DWI MARLIAWITA ( )

Oleh: Dibimbing oleh : 1. Dema Yulianto, M.Psi 2. Anik Lestariningrum, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dalam bercakap sehari-hari tetapi bahasa juga merupakan media

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA ANAK USIA DINI 5-6 TAHUN DENGAN METODE BERCERITA MELALUI WAYANG KERTAS DI TK MAKEDONIA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar di Taman Kanak-kanak Islam Qurrata A yun Batusangkar

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA

URGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) saja, tetapi masyarakat mulai mengenal PAUD. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II DESA WOMBO KABUPATEN DONGGALA DIAN MITRAWATI 1 ABSTRAK

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

PENGARUH METODE BERCERITA MENGGUNAKAN BUKU CERITA BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN ANAK BERBICARA DI TK BETHEL KECAMATAN LORE SELATAN ABSTRAK

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

JURNAL PENDIDIKAN E-ISSN TEMATIK DIKDAS Vol 1 (1) 2016 UNIVERSITAS JAMBI Page 37-41

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN KERANJANG TEMPURUNG DAN BIJI SALAK DI TAMAN KANAK-KANAK PK3A TAEH BARUAH KECAMATAN PAYAKUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYAH MELALUI KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT BALAMOA

ANALISIS PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KI HAJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO JURNAL

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

BAB I PENDAHULUAN. maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga

Transkripsi:

1

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERITA MELALUI TEKNIK FADING PADA ANAK TK PELITA KECAMATAN SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO Nahri Kadullah Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo Prof. Dr. H. Sarson Pomalato, M.Pd 1 Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd 2 ABSTRAK Nahri Kadullah. NIM. 111 411 126. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita Melalui Teknik Fading pada Anak TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Pembimbing I: Prof.Dr.H. Sarson Pomalato, M.Pd, Pembimbing II: Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd. Kons. Masalah yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Apakah teknik fading dapat meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi cerita pada anak TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan anak menceritakan kembali isi cerita melalui teknik fading. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan teknik pengumpulan data melalui observasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa persentase. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, anak yang memiliki kemampuan untuk menceritakan kembali isi cerita 14 orang (64%), kurang memiliki kemampuan 6 orang (27%), dan tidak memiliki kemampuan 2 orang (9%). Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan anak yang memiliki kemampuan dalam menceritakan kembali isi cerita menjadi 20 orang (90%), kurang memiliki kemampuan 2 orang (10%), dan tidak memiliki kemampuan (0%). Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi: Jika guru menggunakan teknik fading dalam pembelajaran, maka kemampuan menceritakan kembali isi cerita pada anak TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango, akan meningkat, dapat diterima. Kata kunci: Menceritakan Kembali Isi Cerita, Teknik Fading 1 Prof. Dr. H. Sarson Pomalato, M.Pd. Pembimbing I. 2 Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd. Pembimbing II Dosen Universitas Negeri Gorontalo, Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling 2

Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap perkembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Rentangan belajar pada masa usia dini memberikan pengalaman yang sangat berharga untuk perkembangan berikutnya. Untuk itu pengalaman belajar pada usia dini perlu dirancang dan ditata sedemikian rupa, sehingga tidak menjadi kontra produktif terhadap pengalaman belajar yang akan diikuti pada pendidikan selanjutnya. Pemberian rangsangan melalui pendidikan anak usia dini perlu diberikan secara komprehensif, dalam makna anak tidak hanya dicerdaskan otaknya, akan tetapi juga cerdas pada aspek-aspek lain dalam kehidupannya, seperti kehalusan budi dan rasa atau emosi, panca indera termasuk fisiknya dan aspek sosial dalam berinteraksi dan berbahasa. Rangsangan-rangsangan tersebut perlu disesuaikan dengan perkembangan anak, karena setiap individu memiliki kepekaan masingmasing dalam perkembangannya. Melalui Permen Diknas RI No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), menceritakan kembali isi cerita termasuk pada lingkup perkembangan bahasa, dimana pada usia TK: a) anak telah memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain; b) melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Soetjiningsih (2012:208) menjelaskan pada usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai dengan delapan kata. Mereka sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, mengetahui lawan kata, serta sudah dapat menggunakan kata penghubung kata depan, dan kata sandang. Pada masa pra sekolah anak mempunyai kemampuan mempelajari setiap bahasa dengan lebih mudah dibandingkan usia sebelum maupun bila ia telah dewasa. Yusuf (dalam Rachmawati, 2010:65) mengemukakan bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup tema cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambing atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat bilangan, lukisan dan mimik kata. Selanjutnya dijelaskan pula tiga fungsi utama bahasa pada anak yaitu: 1) 3

meniru ucapan orang dewasa; 2) membayangkan situasi (terutama dialog), dan 3) mengatur permainan. Tiga fungsi kegiatan berbahasa ini dapat dilakukan di taman kanak-kanak melalui kegiatang mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah didengarkan, berbagi pengalaman, sosiodrama ataupun mengarang cerita dan puisi. Dengan kegiatan tersebut diharapkan kreativitas dan kemampuan bahasa anak dapat dikembangkan lebih optimal. Kemampuan menceritakan kembali isi cerita, bertujuan agar anak terampil mendengarkan, sehingga dapat merespon kembali dengan kalimat yang sederhana. Melalui kemampuan menceritakan kembali, anak mampu melahirkan ide ataupun gagasan tentang cerita tersebut, memaknai isi cerita, dapat berkomunikasi dengan teman. Khususnya di TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango, dari jumlah 22 anak, terdapat 12 orang yang mengalami kesulitan dalam menceritakan kembali isi cerita sebanyak 54%. Adapun kesulitan yang dihadapi anak adalah: a) anak kurang terampil berkomunikasi; b) kosa kata yang dimiliki anak masih kurang; c) cerita yang diceritakan tidak sesuai dengan yang dicontohkan guru; d) tidak berani dalam menceritakan kembali isi cerita. Guru selama ini telah berupaya dengan metode dan teknik pembelajaran yang ada di TK, untuk dapat meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi cerita pada anak tetapi belum menunjukkan hasil yang optimal. Untuk itu dalam penelitian tindakan kelas, guru memilih teknik fading. Pemilihan teknik ini didasari oleh prinsip dalam menerapkan metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Isjoni (2009:66) yakni: a) berorientasi pada kebutuhan anak; b) belajar sambil bermain; c) kreatif dan inovatif; d) lingkungan kondusif; e) menggunakan sistem tema; f) mengembangkan keterampilan hidup; g) menggunakan pembelajaran terpadu; h) pembelajaran berorientasi pada prinsipprinsip perkembangan anak. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik fading. Fading adalah salah satu teknik yang digunakan dalam membentuk tingkah laku dengan jalan mula-mula memberikan promt (bantuan) penuh kepada siswa untuk melakukan tingkah laku yang diharapkan, kemudian secara bertahap bantuan itu 4

makin dikurangi, sehingga akhirnya siswa mampu melakukan tingkah laku yang diharapkan itu tanpa bantuan guru atau orang lain (Yusuf, 2003:9). Teknik fading merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam merubah perilaku, sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Anak usia dini dengan keunikannya memerlukan bantuan ataupun bimbingan dari guru. Khusus dalam kemampuan menceritakan kembali isi cerita. Langkah awal guru memberikan contoh menceritakan kembali isi cerita secara keseluruhan. Misalnya tema tentang Lingkunganku, anak-anak diberi motivasi untuk mendengarkan isi cerita. Selanjutnya anak dibimbing untuk menceritakan kembali isi cerita. Apabila anak telah dapat menceritakan kembali, maka guru memberi kesempatan kepada semua anak untuk menceritakan isi cerita tanpa bantuan guru. Tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran menceritakan kembali isi cerita, selain pengembangan pada bidang bahasa, juga berupaya agar anak dalam arti yang sederhana dapat memahami kehidupan individu maupun kehidupan sosial. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, maka penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut: Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita Melalui Teknik Fading pada Anak TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Dari uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yakni: 1. Anak kurang terampil dalam berkomunikasi 2. Kosa kata yang dimiliki anak masih kurang 3. Cerita yang diceritakan tidak sesuai dengan yang dicontohkan guru. 4. Tidak berani dalam menceritakan kembali isi cerita Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita pada anak TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango, dapat ditingkatkan melalui teknik fading??. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita, melalui teknik fading pada anak TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. 5

Pola perkembangan bahasa sebagian besar diperoleh anak melalui interaksi, percakapan maupun dialog dengan orang dewasa. Melalui berbagai aktivitas, anak-anak akan mendapatkan model berbahasa, memperluas pengertian, mencakup kosa kata yang ekspresif dan menjadi motivasi anak-anak dalam berinteraksi dengan orang lain atau kehidupan sosial. Karena bahasa berkembang selalu terkait dengan konteks sosial, maka percakapan dan pengertian arah pembicaraan menjadi penting untuk diperhatikan. Suyadi (2009:122) mengemukakan pengembangan bahasa yang terbaik adalah ketika anak-anak bertindak sebagai rekan percakapan dan masuk dalam pembicaraan atau dialog sebenarnya. Pada usia dini, kesenangan anak terhadap buku-buku cerita meningkat. Anak-anak menyukai buku-buku cerita yang banyak ilustrasi gambar-gambar dan warna-warna yang cerah, terutama gambar tokoh utama dalam cerita tersebut. Suyadi (2009:129) menegaskan pemberian stimulasi yang paling baik pada tahap ini adalah dengan membacakan cerita, kisah atau dongeng. Kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita berhubungan erat dengan keterampilan berbicara. Soetjiningsih (2012:209) menjelaskan berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas, dan paling penting. Bicara merupakan keterampilan mental motorik. Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental, yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Seorang anak baru dapat dikatakan berbicara dalam artian yang sesungguhnya/benar bila: 1) anak mengetahui arti kata yang digunakannya dan mengaitkan dengan objek yang diwakilinya; 2) anak harus menghafalkan katakatanya sehingga orang lain dapat memahaminya dengan mudah. Jika anak-anak telah menguasai kata-kata, kalimat dan bahasa, maka mereka akan dapat berkomunikasi secara efektif. Dan, makin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka makin kuat juga motivasi anak untuk belajar berbicara. 6

Pada usia kanak-kanak awal, sebagian besar isi bicara anak lebih bersifat bicara yang berpusat pada diri sendiri (egosentris), dan makin anak bertambah usia yaitu pada kanak-kanak akhir, cenderung berubah ke bicara yang lebih sosial, yaitu bicara yang berpusat pada orang lain. Moeslichatoen (1999:157) mengemukakan bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Menceritakan kembali isi cerita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan anak memahami isi cerita yang disampaikan guru, selanjutnya anak dapat menyampaikan pesan yang disampaikan cerita dengan cara menceritakan kembali isi cerita sesuai yang disampaikan guru. Anak dapat menceritakan kembali isi cerita cerita, apabila anak mengerti, memahami serta dapat mentransfer kembali dengan kata-kata atau kalimat yang sederhana. Di sisi lain Aisyah (2008:6.43) mengemukakan mintalah anak memberikan arahan dan penjelasan yang sederhana. Berilah kesempatan kepada anak untuk berlatih keterampilan berpikir yang terorganisir. Mampu meletakkan kejadian dalam urutan yang logis akan membantu anak memahami dan menulis cerita. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita yakni: kemampuan yang diharapkan dimiliki anak setelah mengikuti kegiatan bercerita yang disampaikan guru, meliputi: menyampaikan judul cerita, pemeran cerita, urutan cerita, serta makna isi cerita. Bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru TK yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan keluarga, sekolah dan luar sekolah. 7

Kemampuan menceritakan kembali isi cerita merupakan bagian dari kecerdasan bahasa. Yus (2012:70) menjelaskan bahwa kecerdasan bahasa merupakan kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan gagasan tentang dirinya dan memahami orang lain serta untuk mempelajari kata-kata baru atau bahasa lain. Yusuf (2011:53) mengemukakan salah satu karakteristik anak usia dini pada aspek bahasa antara lain: senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana. Melalui kegiatan menceritakan kembali isi cerita, anak memperoleh kemampuan yang dapat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Misalnya tema bercerita tentang anak yang suka menolong. Pesan yang dapat dihayati anak yakni perilaku baik sangat penting dimiliki, dengan suka menolong, seorang anak akan banyak disenangi teman, disenangi guru serta dapat bekerja sama dengan baik. Sesuai dengan tujuan kegiatan bercerita yakni memberikan pengalaman belajar dengan mendengarkan cerita yang sarat dengan pesan-pesan yang harus disampaikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan bagi anak. Agar cerita yang disampaikan guru itu dapat dicerna dan diserap anak untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan anak sehari-hari perlu guru memilih tema-tema yang cocok bagi anak TK. Tema-tema dalam kaitan kehidupan anak dalam keluarga, sekolah, dan di luar sekolah. Tema berkaitan dengan pengalaman anak dengan binatang-binatang: burung, katak, ayam, gajah, kura-kura, dan lain sebagainya. Demikian berbagai tema yang dapat dipergunakan dalam memberikan pengalaman belajar kepada anak TK, dengan menggunakan metode bercerita sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin kita berikan. Guru TK yang kreatif dapat menciptakan bermacam topik bercerita yang harus diprioritaskan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang terkait dengan tujuan pendidikan TK yang ingin dicapai. Moeslicatoen (1999:158) mengemukakan bentuk-bentuk media yang digunakan pada pembelajaran bercerita, meliputi: a) Membaca langsung dari buku cerita b) Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku 8

c) Menceritakan Dongeng d) Dramatisasi suatu cerita e) Bercerita dengan menggunakan media boneka Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita, antara lain: 1. Kemampuan Dasar Anak Sujiono (2009:55) menjelaskan seorang anak dapat belajar dengan sebaikbaiknya, apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka merasa aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, anak belajar melalui bermain, minat anak dan rasa keingintahuannya memotivasinya untuk belajar. Sambil bermain serta terdapat variasi individual dalam perkembangan dan belajar. Pada usia kanak-kanak, sebagian besar isi bicara anak telah bersifat bicara yang berpusat pada diri sendiri (egosentris), dan makin anak bertambah usia yaitu pada kanak-kanak akhir, cenderung berubah ke bicara yang lebih sosial, yaitu bicara yang berpusat pada orang lain. 2. Lingkungan Keluarga Suyadi (2009:25) menguraikan jika kedua orang tua berkualitas, maka kualitas fitrah keturunannya akan tinggi. Sebaliknya, semakin rendah kualitas kedua orang tuanya, semakin rendah pula kualitas fitrah keturunannya. Selanjutnya, berkembang atau tidaknya potensi tersebut tergantung pada kedua orang tua, lingkungan dan pendidikan. Anwar Ahmad (2007:18) menyatakan mengenal, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang penuh warna warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak yang nama dalam kepemilikannya banyak bergantung pada peranan orang tua. 3. Guru Catron dan Allen (dalam Sujiono, 2009:13) menyatakan peran guru anak usia dini lebih sebagai mentor atau fasilitator, dan bukan pentransfer ilmu 9

pengetahuan semata, karena ilmu tidak dapat ditransfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan anak itu sendiri. Dalam proses pembelajaran, tekanan harus diletakkan pada pemikiran guru. Oleh karenanya, penting bagi guru untuk dapat mengerti cara berpikir anak, mengembangkan dan menghargai pengalaman anak, memahami bagaimana anak mengatasi persoalan, menyediakan dan memberikan materi sesuai dengan taraf perkembangan kognitif anak agar lebih berhasil membantu anak berpikir dan membentuk pengetahuan, menggunakan berbagai metode belajar yang bervariasi yang memungkinkan anak aktif mengkonstruksi pengetahuan. Yusuf (2003:9) mengemukakan fading adalah salah satu teknik yang digunakan dalam membentuk tingkah laku dengan jalan mula-mula memberikan promf (bantuan) penuh kepada siswa untuk melakukan tingkah laku yang diharapkan, kemudian secara bertahap bantuan itu makin dikurangi, sehingga akhirnya siswa mampu melakukan tingkah laku yang diharapkan itu tanpa bantuan guru atau orang lain. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dikatakan pula bahwa fading merupakan prosedur yang digunakan untuk mempertahankan tingkah laku asli ketika stimulus berubah. Dalam hal ini pada penerapan teknik fading terutama peralihan tahap-tahap stimulus perlu dilakukan secara berhati-hati agar perilaku yang diharapkan itu benar-benar dikuasai oleh siswa, sehingga perubahan stimulus tidak mudah untuk mempengaruhinya. Kesalahan dalam penghentian stimulus pada waktu yang kurang tepat akan menyebabkan respon-respon yang tidak diharapkan. Untuk itu stimulus yang digunakan hendaklah diatur sedemikian rupa, dimana dalam pelaksanaan kegiatan perlu ditentukan stimulus apa yang akan digunakan, bagaimana menggunakan stimulus dan berapa lama waktu memberikannya. Selanjutnya, reinforcement apa yang sesuai serta bagaimana teknik pemberiannya agar tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam hal ini yang menjadi tujuan adalah pemberian reinforcement sebagai penghargaan terhadap keberhasilan yang ditunjukkan oleh siswa. Dengan demikian motivasi siswa untuk lebih cepat menguasai perilaku yang diharapkan akan semakin besar pula. 10

Menurut Martin (1983:46) ada beberapa faktor penunjang efektivitas fading yang perlu dipahami guru dalam menerapkan teknik fading, meliputi: a) Pemilihan target perilaku yang akan dikontrol oleh stimulus Dalam menerapkan teknik fading, kegiatan ini merupakan langkah awal dalam suatu pengubahan tingkah laku. Misalnya: dalam pembelajaran anak diharapkan dapat menceritakan kembali isi cerita. Yang menjadi target adalah perilaku dalam kegiatan ini adalah kemampuan menceritakan kembali isi cerita, sedangkan yang menjadi stimulus adalah media gambar sesuai dengan isi cerita. b) Pemilihan stimulus awal untuk mengendalikan tingkah laku Kegiatan ini ada hubungannya dengan kondisi anak dalam peralihan langkah pemberian stimulus. Misalnya dalam membantu anak menceritakan kembali isi cerita, diawali dengan bertanya tentang isi gambar yang sesuai dengan tema cerita. c) Pemilihan langkah-langkah fading Setelah diberikan target perilaku yang diharapkan dan stimulus awal yang digunakan, maka selanjutnya guru menyusun langkah-langkah penerapan fading mulai dari stimulus awal sampai dengan stimulus akhir dalam usaha mencapai perilaku yang diharapkan. Jadi, sebagai stimulus awal guru mengajak anak-anak untuk bercerita tentang isi gambar bersama guru. Selanjutnya, apabila respons yang diinginkan yakni kemampuan anak menceritakan kembali isi cerita sudah Nampak, maka stimulus dapat dihilangkan secara perlahan-lahan. Namn pengurangan stimulus atau bantuan ini hendaknya dilakukan dengan hati-hati, karena penghilangan bantuan terlalu cepat atau terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik atau tidak diinginkan. Anak merasa bosan, pembelajaran menjadi tidak menarik, dan akhirnya segala yang telah dilakukan guru tidak berhasil atau tidak mencapai maksud dan sasaran yang diharapkan. Sebagaimana telah dikemukakan teknik fading sangat sesuai digunakan di TK, oleh sebab anak pada perlu memperoleh bimbingan, bantuan untuk melakukan sesuatu, termasuk menceritakan kembali isi cerita. Penerapan teknik fading, meliputi: a) guru menceritakan isi cerita; b) selanjutnya guru mengulang isi cerita; c) anak mendengarkan isi cerita yang disampaikan guru; d) guru 11

membimbing anak secara bergilir dalam menceritakan kembali isi cerita; e) guru memberi kesempatan kepada anak dalam menceritakan kembali isi cerita; f) anak menceritakan kembali isi cerita tanpa bantuan guru; g) guru memberikan penguatan kepada semua anak yang telah memiliki kemampuan dalam menceritakan kembali isi cerita. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Jika guru menggunakan teknik fading dalam pembelajaran, maka kemampuan menceritakan kembali isi cerita pada anak TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango, dapat meningkat. Sedangkan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: 90% anak telah memiliki kemampuan dalam menceritakan kembali isi cerita. Atau terjadi peningkatan dari 10 orang anak (45%) menjadi 20 orang anak (90%) dari jumlah 22 orang anak. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Adapun jumlah anak yang menjadi subjek penelitian adalah 22 orang. Terdiri dari laki-laki 12 orang dan perempuan 10 orang. Pelaksanaan tindakan kelas direncanakan selama tiga bulan. Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini adalah pedoman observasi yang mengacu pada indikator penilaian. Teknik analisa data dilakukan dengan teknik persentase, dimana data diperoleh dari hasil observasi, dikembangkan dengan teknik penilaian kemudian dianalisis. Hasil Penelitian Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Taman Kanakkanak Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. TK Pelita merupakan salah satu TK yang berada di Kabupaten Bone Bolango yang memiliki visi mencerdaskan anak didik melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak. Untuk merealisasikan visi tersebut, TK Pelita berupaya melengkapi fasilitas pembelajaran dengan alat pendidikan edukatif. Jumlah anak didik yang ada di TK Pelita, Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango berjumlah 42 orang, terdiri dari kelompok A berjumlah 20 orang, 12

dan kelompok B 22 orang. Pendidik yang ada sebanyak 4 orang, terdiri dari 2 orang PNS dan 2 orang honor daerah. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus mengacu pada tema maupun subtema yang dirancang pada RKH, pedoman observasi, serta lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar aktivitas anak. Sebelum mengadakan kegiatan siklus I dan siklus II, peneliti melakukan observasi awal terhadap subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran awal terhadap subjek penelitian. Pembahasan Menceritakan kembali isi cerita pada anak usia dini termasuk pengembangan bidang bahasa, yang perlu dikembangkan, sehingga anak memiliki kemampuan dalam memahami bahasa yang disampaikan orang lain, dan sebaliknya anak dapat berkomunikasi dengan orang lain pula. Soetjiningsih (2012:209) menyatakan jika anak telah menguasai kata-kata, kalimat, dan tata bahasa, maka mereka akan dapat berkomunikasi secara lebih efektif. Dan, makin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka makin kuat juga motivasi anak untuk belajar berbicara. Dalam hubungannya dengan menceritakan kembali isi cerita, Hetherington (dalam Soetjiningsih, 2012:210) menjelaskan termasuk pada salah satu fungsi bahasa, yakni fungsi heuristik, yaitu setelah anak dapat membedakan dirinya dari lingkungan, anak menggunakan bahasa untuk menjelajahi dan memahami lingkungannya. Hal ini disebut pula fungsi ceritakan padaku mengapa. Bertitik tolak dari pendapat ini, kemampuan menceritakan kembali isi cerita yang dinilai melalui: a) ketepatan isi cerita; b) keberanian, dan c) kelancaran, merupakan aspek penting dalam pengembangan bahasa anak. Menceritakan kembali isi cerita, merupakan salah satu omponen yang mempengaruhi perkembangan berbicara anak usia dini. Hal ini sejalan dengan pendapat Aisyah, dkk (2008:6.43) bahwa mintalah anak memberikan arahan dan penjelasan yang sederhana. Berilah kesempatan kepada anak untuk berlatih 13

keterampilan berpikir yang terorganisir. Mampu meletakkan kejadian dalam urutan yang logis akan membantu anak memahami dan menulis cerita. Hasil penelitian terkait dengan peningkatan kemampuan menceritakan kembali isi cerita melalui teknik fading, menunjukkan hasil yang sangat berarti. Dari kegiatan observasi awal anak yang memiliki kemampuan menceritakan kembali isi cerita berjumlah 10 orang (45%) dari jumlah anak 22 orang. Berdasarkan temuan ini, guru sebagai peneliti berupaya dengan tema dan subtema yang disusun dengan RKH (rencana kegiatan harian), serta dengan menggunakan langkah-langkah pelaksanaan teknik fading, dilaksanakan kegiatan siklus I pertemuan 1 dengan hasil anak yang memiliki kemampuan dalam menceritakan kembali isi cerita meningkat menjadi 12 orang (54%), yang kurang memiliki kemampuan 9 orang (41%) serta tidak memiliki kemampuan 1 orang (5%). Selanjutnya siklus I pertemuan 2 diperoleh hasil, rata-rata kemampuan anak menceritakan kembali isi cerita meningkat menjadi 14 orang (64%), kurang memiliki kemampuan 6 orang (27%), serta tidak memiliki kemampuan 2 orang (9%). Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, pelaksanaan siklus dilanjutkan dengan siklus II. Sebelum siklus II dilaksanakan diadakan diskusi antara peneliti dengan guru mitra, terutama menyatukan persepsi tentang pelaksanaan teknik fading dan proses penilaian pada setiap aspek. Dari siklus II pertemuan 1 diperoleh hasil, anak yang memiliki kemampuan dari menceritakan kembali isi cerita meningkat menjadi 17 orang (77%), kurang memiliki kemampuan 3 orang (14%), dan tidak memiliki kemampuan 2 orang (9%). Pemberian motivasi dan penguatan pada setiap anak pada proses pembelajaran, menyebabkan anak aktif dan antusias dalam kegiatan menceritakan kembali isi cerita. Hal ini berdampak positif pada hasil pelaksanaan siklus II pertemuan 2, dimana terjadi peningkatan yakni anak yang mengalami kemampuan dalam menceritakan kembali isi cerita menjadi 20 orang (90%), kurang memiliki kemampuan 2 orang (10%), dan tidak memiliki kemampuan 0%. 14

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menceritakan kembali isi cerita pada anak TK, dapat ditingkatkan melalui teknik fading. Dari kegiatan observasi awal diperoleh hasil anak yang memiliki kemampuan dalam menceritakan kembali isi cerita berjumlah 10 orang (45%) dari jumlah anak 22 orang. Selanjutnya pada pelaksanaan siklus I pertemuan 1, diperoleh anak yang memiliki kemampuan menceritakan kembali isi cerita meningkat menjadi 12 orang (54%), siklus I pertemuan 2 menjadi 14 orang (64%). Pada siklus II pertemuan 1, terjadi pula peningkatan anak yang memiliki kemampuan dalam menceritakan kembali isi cerita menjadi 17 orang (77%), dan pada siklus II pertemuan 2 menjadi 20 orang (90%). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka hipotesis tindakan: Jika digunakan teknik fading, maka kemampuan menceritakan kembali isi cerita melalui teknik fading pada anak TK Pelita Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango dapat meningkat, dapat diterima. Saran a) Dalam upaya meningkatkan kemampuan anak menceritakan kembali isi cerita, guru hendaknya dapat menggunakan teknik fading sebagai salah satu teknik pengubahan perilaku. b) Untuk mengetahui kemampuan anak dalam proses pembelajaran, hendaknya guru dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas. a) Melalui penelitian tindakan kelas, banyak memberi dampak yang positif pada peningkatan profesionalisasi guru TK pada umumnya, dan sebagai guru pembimbing anak TK pada khususnya. 15

DAFTAR PUSTAKA Adhiputera. 2013. Bimbingan dan Konseling Aplikasi di Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak, Jogyakarta: Graha Ilmu Aisyah. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka Farida, dkk. 2012. Sekolah Yang Menyenangkan, Bandung: Nuansa Anwar Ahmad. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta Hartinah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, Bandung: Refika Aditama Isjoni. 2009. Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, Jakarta: Prenada Media Group Moeslichatoen. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka Cipta Rachmawati, Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia TK, Jakarta: Prenada Media Group Suyadi. 2009. Anakku Bisa Kubuat Genius, Jogyakarta: Power Books Soetjiningsih, H. Christiana. 2012. Perkembangan Anak, Jakarta: Prenada Media Group Sujiono M. Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks Yusuf, Syamsu. 2011. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Raja Grafindo Yus, Anita. 2012. Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Prenada Media Group 16