BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang dijadikan sebagai dasar pengembangan penulisan selanjutnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

PENGGELEMBUNGAN DAN PENCIUTAN MAKNA PADA KOSAKATA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 2 3 TAHUN: ANALISIS PSIKOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH AMELIA IRAYANTI M.

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2016 PEMEROLEHAN KALIMAT PASIF BAHASA SUND A PAD A ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

fonologi morfologi linguistik sintaksis semantik

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

Tahap Pemrolehan Bahasa

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB III METODE PENELITIAN

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA. Oleh : Ahwy Oktradiksa ( ) Dosen Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB II HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK MENURUT TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK. Suci Rani Fatmawati 1. Abstract

Dimensi Pemerolehan Bahasa

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat

PENGARUH STIMULI TERHADAP PEMEROLEHAN BAHASA ANAK PRASEKOLAH

Oktorita Kissanti Rahayu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

1 Universitas Indonesia

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2009:1). Bahasa lisan atau ujaran yang dikirimkan secara lisan

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep dasar yang dijadikan sebagai acuan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini konsep dasar yang dijadikan acuan, yakni 2.1.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara alami pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language) dalam (Dardjowidjojo, 2005: 225). Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performasi. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara alami dan proses performansi adalah proses pemahaman dan proses menghasilkan kalimat-kalimat (Chaer, 2003: 167). Pemerolehan bahasa biasanya dibagi menjadi empat bagian, yaitu pemerolehan sintaksis, pemerolehan semantik, pemerolehan fonologi, dan pemerolehan pragmatik, yaitu cara anak memeroleh kelayakan dalam berujar. Keempat komponen ini diperoleh anak secara serentak (Dardjowidjojo, 2005: 244). 9

2.1.2 Penggelembungan Makna Penggelembungan makna merupakan konsep penggunaan sebuah butir leksikal oleh anak untuk mengacu kepada sebuah rentangan makna yang lebih luas daripada rentangan yang digunakan orang dewasa dalam (Dardjowidjojo, 2000: 245). Penggelembungan makna terjadi disebabkan kemampuan anak belum sempurna dalam menangkap fitur-fitur semantis yang melekat. Penggelembungan makna terjadi apabila karena entitas, perbuatan, peristiwa, atau keadaan yang diterima melalui masukan yang sudah ada pada anak, tetapi ternyata tidak tepat (Clark, 1973 dalam Dardjowidjojo, 2000: 248). Anak sulit untuk membedakan dua objek yang sama sehingga menggelembungkannya. Penggelembungan terjadi ketika anak menyebutkan kata burung menjadi ayam, bebek menjadi angksa, pulpen menjadi pensil, nyamuk menjadi semut, bola menjadi balon. 2.1.3 Penciutan Makna Penciutan makna merupakan konsep yang digunakan untuk membatasi makna hanya pada referen yang telah dirujuk dan dikonsep dalam pikiran anak sebelumnya. Konsep pertama yang diperkenalkan pada anak adalah konsep yang selalu melekat dalam pemikiran anak dalam Dardjowijojo (2000: 245). Penciutan makna terjadi apabila anak hanya menangkap satu fitur semantik yang selalu melekat pada pikirannya dan sulit membedakan fitur-fitur semantik yang telah diketahuinya. 10

Penggelembungan terjadi ketika anak menyebutkan buah apel menjadi tomat, komputer menjadi televisi, kamera menjadi potret, semua warna disebutkan dengan pink. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Psikolinguistik Psikolinguistik adalah satu cabang linguistik yang bekerjasama dengan ilmu lain, yaitu ilmu psikologi dalam menganalisis bahasa dan berbahasa (bertutur) dengan cara mengkaji proses-proses yang berlaku pada waktu seorang bertutur dan memahami kalimat-kalimat yang didengar. Psikolinguistik mempelajari cara seorang anak memeroleh bahasa ibunya dan hubungan di antara bahasa yang diperoleh itu dengan proses berpikir (Simanjuntak, 2009: 8). Menurut Dardjowidjojo (2003:7) psikolinguistik adalah ilmu yang memelajari prosesproses mental yang dilalui oleh manusia dalam berbahasa. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah gabungan antara ilmu linguistik dan psikologi yang membahas tentang proses berbahasa yang berkaitan dengan proses berpikir. Pada pemerolehan bahasa, anak perempuan lebih aktif dalam menghasilkan tuturan daripada anak laki-laki. Otak anak perempuan berbeda dengan anak laki-laki. Otak anak perempuan lebih kaya akan neuron dibandingkan dengan otak anak laki-laki. Hal ini menyebabkan anak perempuan lebih banyak menghasilkan kosakata dan lebih interaktif dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Menurut Steinberg (2001: 319) dalam Dardjowidjojo 11

(2005: 221) mengatakan bahwa perbedaan dalam pemerosesan bahasa antara pria dan wanita dapat juga terjadi karena pengaruh budaya. 2.2.2 Psikolinguistik Behaviorisme Seorang penganjur pandangan Behaviorisme dalam pemerolehan bahasa yang terkemuka adalah ahli psikologi B.F. Skinner (1957). Behaviorisme menganggap bahwa pengetahuan linguistik hanya terdiri dari rantaian hubunganhubungan dan hubungan ini dibentuk dengan cara-cara pembelajaran Stimulus- Respon (S-R) dalam (Simanjuntak, 2009: 112). Teori Behaviorisme melihat aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dari hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respon). Perilaku bahasa yang efektif adalah memuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan (Novelia, 2010: 5). Contohnya, seorang anak mengucapkan duduk yang menyatakan sebuah kursi, maka orang dewasa yang mendengarnya akan mengajari anak tersebut mengucapkan kursi dengan benar. 2.2.3 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris acquisition, yakni, proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language) dalam (Dardjowidjojo, 2005: 225). Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses-proses yang berlaku di pusat bahasa dalam otak seorang anak (bayi) pada waktu dia sedang memeroleh 12

bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa terjadi secara alamiah tanpa disadari yang melibatkan bahasa pertama (bahasa ibu) dalam (Simanjuntak, 2009: 104-105). Pemerolehan bahasa biasanya dibagi menjadi empat bagian, yaitu bagian pemerolehan sintaksis, semantik, fonologi, dan pragmatik. Setiap bagian pemerolehan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena diperoleh secara bersamaan (Dardjowidjojo, 2005: 244). 2.2.4 Pemerolehan Semantik Pemerolehan semantik menegaskan bahwa arti dapat diterangkan berdasarkan pada fitur-fitur (penanda-penanda) semantik. Arti suatu kata merupakan gabungan dari fitur-fitur semantik. Menurut Dardjowidjojo (2000: 262) mengatakan bahwa anak meguasai makna kata secara sembarangan. (Golinkoff dkk, 1994 dalam Dardjowidjojo, 2000: 247) mengatakan bahwa anak memiliki strategi referensi dengan menganggap bahwa kata pastilah merujuk pada benda, perbuatan, proses, atau atribut. Dengan strategi ini, anak yang baru mendengar suatu kata baru akan menempelkan makna kata itu pada salah satu dari referensi. Pemerolehan semantik memerlukan pemahaman yang sempurna mengenai makna sebuah bahasa. Dalam hal menentukan suatu makna, anak mengutip prinsip-prinsip universal, salah satu diantaranya adalah yang dinamakan overextension yang telah diterjemahkan sebagai penggelembungan makna dan underextension yang diterjemahkan sebagai penciutan makna (Dardjowidjojo, 2003: 260). 13

Penggelembungan makna terjadi saat anak diperkenalkan dengan suatu konsep baru dan anak cenderung mengambil salah satu fitur dari konsep tersebut lalu menerapkannya pada konsep lain yang memiliki konsep tersebut. Contohnya adalah konsep bulan, pada waktu anak diperkenalkan pada kata bulan, dia mengambil fitur bentuk fisiknya, yakni bulan itu bundar. Fitur itu kemudian diterapkan pada segala macam benda yang bundar. Disamping bentuk ukuran juga bisa menjadi fitur yang diambil anak (Dardjowidjojo, 2003: 262). Penciutan makna terjadi pada saat anak membatasi makna hanya pada referen yang telah dirujuk sebelumnya. Contohnya adalah konsep bebek yang diperkenalkan pada waktu anak melihat bebek di kolam, maka gambar bebek yang ada di buku beberapa hari kemudian bukanlah bebek. Bebek yang dipahami anak adalah bebek yang berada di kolam atau air, sedangkan yang berada di lokasi yang berbeda seperti rumput bukanlah bebek tapi burung (Dardjowidjojo, 2003: 263). 2.2.5 Komponen Makna Komponen makna menganalisis setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini mengandaikan setiap unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang membedakannya dengan unsur lain (Pateda, 2008:273). Pikiran pokok yang mendasari analisis ini adalah pengidentifikasian komponen makna butir-butir leksikal di dalam sebuah medan dengan oposisi atau kontras fungsional. Di dalam analisis ini diasumsikan bahwa butir-butir leksikal di dalam leksikon setiap bahasa dapat dianalisis sedemikian rupa sehingga 14

menghasilkan seperangkat komponen makna primer terbatas yang bersifat universal. Maksudnya komponen primer terbatas itu dapat dipergunakan untuk mendeskripsikan butir-butir leksikal di dalam leksikon semua bahasa (Wedhawati, 2002: 40). (Eve Clark, 1973 dalam Dardjowijojo, 2000:247) menjelaskan bahwa tiap kata memiliki seberkas fitur semantik. Untuk kata kambing misalnya, memiliki fitur semantik [+objek], [+hewan], [+berkaki empat], [+berbulu], [+bertanduk], [+berekor] dan beberapa fitur yang lain. Dalam awal pemerolehan makna, anak hanya dapat memungut sebagian dari seluruh fitur semantik tersebut. Andaikan fitur yang diambil hanyalah [+objek], [+hewan], dan [+berkaki empat] maka kambing akan tergelembungkan menjadi lembu, dan kuda. Berdasarkan masukanmasukan berikutnya anak merevisi konsep semula sampai akhirnya datang pada makna yang sama dengan makna orang dewasa. (Lyson, 1977:323-335 dalam Pateda, 2008: 261-269) menjelaskan bahwa dalam analisis komponen, ada empat unsur yang harus diperhatikan, yaitu komponen (makna), fitur, pemarkah, dan ciri pembeda. Komponen makna adalah kumpulan fitur makna. Fitur adalah variabel makna yang dinilai (dalam komponen makna mengandung sejumlah variabel makna yang dapat dinilai). Permarkah adalah penanda nilai suatu fitur. Ciri pembeda adalah ciri khas nilai fitur suatu leksem atau satuan leksikal pada saat leksem itu dibandingkan dengan leksem yang lain. Penerapan konsep komponen (makna), fitur, pemarkah, dan ciri pembeda dapat dilihat dalam contoh analisis komponen makna kerbau, sapi, dan kuda. 15

KOMPONEN MAKNA LEKSEM SAPI KERBAU KUDA Binatang + + + Berkaki empat + + + Pemakan rumput + + + Berkuku lebah dua + + + Untuk menarik pedati + + - Untuk pembajak + + - Sebagai tunggangan - - + Suka berkubang - + - Dengan melihat matriks seperti ini, peneliti dapat membuat pembatasan acuan. Misalnya, sapi ialah binatang pemakan rumput, berkaki empat, berkuku lebah dua, bisa menarik pedati, membajak, tidak sebagai tunggangan, dan tidak suka berkubang. Kerbau adalah binatang pemakan rumput, berkaki empat, berkuku lebah dua, untuk menarik pedati, untuk membajak, suka berkubang, dan tidak sebagai tunggangan. Kuda adalah binatang pemakan, berkaki empat, berkuku lebah dua, sebagai tunggangan, tidak menarik pedati, tidak untuk membajak, dan tidak suka berkubang. 16

2.3 Tinjauan Pustaka Penelitian yang berhubungan tentang Penggelembungan makna dan Penciutan Makna Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak 3 Usia Tahun: 2 Analisis Psikolinguistik sebelumnya pernah diteliti oleh Dardjowidjojo (2000) dalam penelitian penel longitudinalnya, Echa Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Penelitian ini yang menggunakan waktu lima tahun terhadap cucunya Echa yang mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa itu terdiri atas pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikon, dan pragmatik. Pemerolehan bahasa juga mengatakan bahwa pemerolehan bahasa tidak dapat terjadi hanya karena adanya bekal kodrati (innate properties) belaka. Pemerolehan bahasa juga tidak mungkin terjadi hanya karena adanya faktor lingkungan saja, kedua-duanya diperlukan sebagai proses penguasaan bahasa. Penelitian ini menggunakan rekaman video audio. Ada dua aspek dalam menganalisis data. Pertama data dianalisis untuk mencari tahu elemen-elemen fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik yang muncul pada kurun waktu tertentu. Untuk menentukan kemungkinana munculnya suatu elemen merupakan cerminan dari kompetensi si anak atau baru tiruan belaka. Kedua, setelah dianalisis dan disajikan secara deskriptif, hasilnya disorot dari segi teoritis untuk diketahui alasan terjadi hal demikian. Fauzi (2000) dalam skripsinya, Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Usia 0-5 Tahun: Analisis Psikolinguistik. Penelitian ini membahas tentang tahap-tahap pemerolehan bahasa yang terdiri dari tahap perkembangan prasekolah dan tahap 17

perkembangan kombinatori. Tahap perkembangan prasekolah meliputi, tahap meraba, tahap holofrastik, tahap kalimat dua kata, tahap pengembangan tata bahasa, dan tahap kombinasi penuh. Tahap perkembangan kombinatori meliputi perkembangan negatif, perkembangan introgatif, dan perkembangan sistem bunyi. Fauzi juga membahas tentang perkembangan bahasa dan perkembangan kognitif. Wedhawati (2002) dalam jurnal Linguistik Indonesia, Medan Leksikal dan Analisis Komponensial. Penelitian ini membahas tentang komponen makna yang membentuk satuan makna sebuah butir leksikal atau sebuah medan leksikal. Penelitian ini juga membahas tentang penelitian Wedhawati (1998) yang menggunakan lima macam reaksi semantis untuk menentukan nilai semantis komponen temuan dalam hubungannya dengan butir leksikal pembentuk medan leksikal verba yang berkomponen makna (+ SUARA +INSAN). Pertama reaksi semantis positif (+) untuk menandai komponen makna yang relevan atau berfungsi membentuk satuan makna butir leksikal. Misalnya, komponen (+ MUSIKAL) dalam senandung. Kedua, reaksi semantis negatif (-) untuk menandai penegasian komponen di dalam definisi satuan makna butir leksikal, sebagai lawan reaksi semantis (+). Misalnya, komponen (-SUARA) di dalam bungkam. Ketiga, reaksi semantis netral (o) untuk menandai komponen yang tidak relevan atau tidak berfungsi pada tataran sistem, tetapi berfungsi pada tataran ujaran. Misalnya komponen (olirih) dalam nyanyi (Dia bernyanyi dengan Lirih). Keempat reaksi semantis positif/ negatif (+/-) untuk menandai kemungkinan kehadiran komponen tertentu atau kemungkinan penegasian kehadiran komponen tertentu. Misalnya, (+/-TUTUR) dalam nyanyi karena 18

definisi satuan makna nyanyi adalah mengeluarkan suara bernada. Kelima reaksi tak bernilai(*) untuk menandai penolakan kehadiran komponen tertentu baik pada tataran sistem, maupun tataran ujaran, dalam arti komponen itu tidak berfungsi baik pada tataran sistem maupun pada tataran ujaran. Misalnya, komponen (*TUTUR) dalam kaitannya dengan tawa. Gustianingsih (2002) dalam tesisnya, Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Penelitian ini membahas kemampuan anak usia taman kanak-kanak akan kalimat majemuk merupakan parameter untuk mengukur keberhasilan dan sekaligus dasar pengajaran di sekolah dasar. Usia 4-5 tahun adalah masa peralihan dan kehidupan seorang anak dilingkungan rumah tangga ke dalam lingkungan sekolah. Memahami bahasa KAMABIA memerlukan daya asosiasi yang tinggi serta memerlukan dukungan konteks situasi dan objek dalam peristiwa tutur mengingat sifat-sifat kejiwaan yang dimiliki anak, potensi alat ucap, dan pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya. Jenis konjungsi kalimat koordinatif KAMABIA berjumlah 12 dan satu jenis fungtuasi. Dari 13 jenis tersebut yang paling banyak muncul adalah jenis kalimat dengan variasi KD + dan + KD, diikuti KD + tetapi + KD. Jenis kalimat koordinatif KAMABIA benar-benar dikuasai adalah penjumlahan (aditif) dengan variasi konjungsi KD + dan + KD, perlawanan dengan variasi konjungsi KD + tetapi + KD dan kalimat majemuk koordinatif urutan. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukakan secara cross sectional selama tiga bulan. Cross sectional (rancangan silang) dimaksudkan sebagai cara 19

menemukan pemerolehan bahasa dengan menggunakan subjek penelitian dalam jumlah yang cukup banyak dan dalam waktu yang singkat. Penelitian ini dibantu dengan teknik observasi, rekaman, wawancara, teknik gambar dan bercerita. Susanti (2005) dalam skripsinya, Pemerolehan Bahasa Jawa Anak Usia 3 4 Tahun. Penelitian ini membahas tahap-tahap pemerolehan bahasa yang terdiri dari tahap perkembangan tata bahasa dan tahap tata bahasa menjelang dewasa. Susanti juga membahas kalimat sederhana yang dihasilkan oleh anak usia 3 5 tahun dalam bahasa Jawa. Penelitian ini mengatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah perkembangan dan pertumbuhan bahasa anak yang diperoleh dari ucapanucapan orang tua secara mendadak keluar begitu saja dari mulut anak tersebut. Penelitian ini juga membahas kalimat sederhana yang dihasilkan oleh anak usia 3 5 tahun dalam bahasa Jawa, yaitu kalimat S-P, S-P-K, K-S-P. Novelina Lumbanraja (2010), Pemerolehan Leksikal Nomina Bahasa Angkola Anak Usia 3-4 Tahun, Dari data yang diperoleh, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemerolehan leksikal nomina bahasa Angkola pada anak usia 3 4 tahun itu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Masukan yang diterima anak dari lingkungan sekitarnya mempengaruhi jumlah kosa kata yang dapat dikuasai anak-anak usia 3 4 tahun tersebut. Urutan pemerolehan leksikal nomina bahasa Angkola pada anak usia 3 4 tahun adalah nomina orang, nomina makanan, nomina hewan, nomina buah-buahan, nomina alat dapur, nomina sayursayuran, nomina elektronik, nomina minuman. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik pancing. Teknik pancing dilakukan untuk memancing anak-anak agar mau berbicara dengan 20

peneliti. Selanjutnya teknik rekam dan teknik gambar. Teknik rekam, yaitu merekam semua bahasa yang dipakai anak-anak 3-4 tahun, teknik gambar (tebak gambar), hal ini dilakukan untuk meluaskan perhatian anak tentang kata benda yang ada disekitarnya (Gustianingsih, 2009: 72). Setelah itu, dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu dengan cara mencatat data yang telah dikumpul. Data yang telah dikumpul itu akan diklasifikasikan sesuai tahap-tahap perkembangan pemerolehan bahasa anak. 21