BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR : / /DIHUBKOMINFO/2016 TENTANG

KEPUTUSAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 188.4/271/2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 194 TAHUN 2012

BUPATI LAHAT PROVINSI SUMATERA SELATAN KEPUTUSAN BUPATI LAHAT NOMOR : / KPTS/ 2017 TENTANG

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI PPID KABUPATEN BANYUWANGI

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN NOMOR : / /2017 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI Profil Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur

BUPATI REMBANG KEPUTUSAN BUPATI REMBANG NOMOR 555/1009/2011 TENTANG

MEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN BANYUWANGI. : Menunjuk Pejabat Pengelola

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN BUPATI SUMEDANG NOMOR: 489/KEP.479-HUK/2017 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR 639/HK/KPTS/2017 TENTANG

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sejarah Kementerian Sekretariat Negara

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN 2015

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM

Petugas Back Office PIK, (7) Petugas Front Office PIK, (8) Petugas Via Media PIK, dan (9) Petugas Database Informasi PIK diisi oleh Subbagian Layanan

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN 2014

BUPATI DEMAK KEPUTUSAN BUPATI DEMAK NOMOR 488 / 279 / 2011 TENTANG

Tata kelola hutan yang baik tidak dapat

LAYANAN INFORMASI PUBLIK 2015

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID)

BAB I PENDAHULUAN. Public Relation ( PR ) sebagai fungsi manjemen berperan sebagai fasilitator komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Instansi Pemerintah Daerah memiliki bagian Humas. Baik itu yang

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

KEPUTUSAN GUBERNUR BANTEN NOMOR : /Kep.673-Huk/2011 TENTANG

PERAN HUMAS PEMERINTAH SEBAGAI FASILITATOR KOMUNIKASI PADA BIRO HUMAS PEMPROV KALIMANTAN SELATAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 19/PERMEN-KP/2013 TENTANG

BUPATI BANDUNGf. KEPUTUSAN BUPAT^ANDUNG W ;. : 487Aep-443"BAiPAPSI/2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG

-1- Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Madiun,

LAPORAN PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEMERINTAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 PEJABAT PEMBUAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA MAGELANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA BADAN KOORDINASI KEHUMASAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

2016, No b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2012 tentang Jaringan Dokumentasi dan

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS KESEHATAN

BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH

- 1 - REP PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR :

BAB V PENUTUP. keistimewaan bidang kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dapat. yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY.

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

KEPUTUSAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI ( PPID ) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG WALIKOTA SEMARANG,

PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN B. MAKSUD DAN TUJUAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) TENTANG TATA CARA PELAYANAN INFORMASI

PERATURAN WALIKOTA MATARAM TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM

BUPATI BATANG PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BATANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU KEPUTUSAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA PEKANBARU

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

KARAKTERISTIK, TUGAS, JENIS PEKERJAAN, PERANAN, RUANG LINGKUP, & fungsi PUBLIC RELATIONS. Kuliah ke-3.

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK RSUD Dr. SOETOMO TAHUN 2016

BUPATI LOMBOK UTARA KEPUTUSAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR : 259/228/DISHUB/2013 TENTANG

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN TAHUNAN PELAYANAN INFORMASI PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. sebagai saluran penyebaran informasi yang dapat dipercaya oleh publik. seluruh informasi yang berkaitan dengan kebijakan.

BUPATI BULELENG PROPINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI BULELENG NOMOR 042/384/HK/2017

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) UTAMA

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN KETAHANAN PANGAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH T E N T A N G

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR :115 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN

INFORMASI BERKALA Waktu dan Tempat Pembuatan Informasi

INFORMASI BERKALA Waktu dan Tempat Pembuatan Informasi

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI KEHUMASAN PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SEMARANG KEPUTUSAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 480/219/2011 T E N TA N G

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kesehariannya, perkembangan teknologi terutama dalam bidang

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : 611 / 3440 T E N T A N G

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

O L E H : M A H Y U D I N Y U S D A R

KATA PENGANTAR Lalu Alwan Basri, S.Pi., M.Si.

PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PESISIR SELATAN

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL LAPORAN TAHUNAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP Penelitian ini berusaha menganalisis peran Humas Pemerintah yang berkedudukan sebagai Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) utama di Provinsi dalam mendukung keterbukaan informasi publik di daerahnya. Penelitian ini juga memberikan pemahaman peran Humas Pemerintah dalam segala aktivitas dan kegiatannya dalam mendukung keterbukan informasi publik. Berdasarkan aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh Humas Pemerintah, maka dapat diperoleh pemahaman peran dalam keterbukaan informasi publik yang dilakukan oleh Humas Pemerintah. Biro Humas Provinsi Kalimantan Selatan dalam kegiatannya tidak hanya sebagai Humas Pemerintah yang berada dalam lingkup Sekretariat Daerah namun juga sebagai PPID utama di Provinsi. Biro Humas dalam upayanya mendukung dan melaksanakan keterbukaan informasi publik melakukan kegiatan yang beragam disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai Humas Pemerintah dan juga PPID utama di Provinsi. Biro Humas dalam tugasnya sebagai PPID utama dijalankan oleh tiga (3) bidang yang ada didalam organisasinya yakni, Bidang pengolahan informasi, Bidang pemberitaan dan penerbitan serta Bidang pengelolaan data elektronik. Masing-masing bidang memiliki kegiatan dan aktivitas yang berbeda terkait dengan tugasnya sebagai PPID utama. Berlangsungnya tugas PPID utama tidak lepas juga dari bantuan dan kerjasama dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Kalsel yang berkedudukan sebagai PPID pembantu. PPID pembantu tersebut berada di setiap SKPD lingkup Provinsi Kalsel. Peran Biro Humas Provinsi Kalsel dalam keterbukaan informasi publik di analisis berdasarkan empat dimensi peran dengan masing-masing memiliki indikator yang berbeda. Keempat dimensi peran tersebut yakni terdiri dari (1) 128

129 peran expert prescriber, (2) problem solving process facilitator, (3) communication facilitator, dan (4) communication technician. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan terkait peran Biro Humas dalam keterbukaan informasi publik, Biro Humas secara umum masih belum memiliki peran yang kuat dalam pemerintahan untuk menerapkan keterbukaan informasi publik, padahal dalam posisinya sebagai PPID utama seharusnya banyak yang dapat dilakukan agar memancing SKPD lain bergerak cepat terhadap keterbukaan informasi tersebut. Hal tersebut didasarkan pada pelaksanaan kegiatan pada tiap dimensi peran tidak dijalankan penuh oleh Biro Humas dan dalam kegiatannya, Humas tidak di dukung penuh oleh organisasi, keterbatasan sumber daya manusia dan praktik komunikasi yang tidak mengedepankan keterbukaan dan interaktivitas dari pemerintah ke publik sehingga Biro Humas dapat dikatakan belum memiliki peranan yang menonjol dan aktif dalam pemerintahan terkait dengan pelaksanaan keterbukaan informasi publik. Berdasarkan itu pula proposisi awal peneliti mengenai peran Humas yang sarat akan dukungan organisasi, ketersediaan sumber daya dan praktik komunikasi yang lancar dari pemerintah ke publik pada setiap dimensi peran akan membawa dan mengarahkan Humas memiliki peranan yang menonjol dan aktif dalam pemerintahan dapat diterima. Pada penelitian ini ditemukan bahwa Biro Humas tidak memiliki peran yang menonjol dan aktif dalam pelaksanaan keterbukaan informasi publik, dikarenakan kurangnya dukungan dari organisasi, dan sumber daya manusia yang dimiliki terbatas. Selain itu Biro Humas tidak mengedepankan komunikasi secara interaktif walaupun Biro Humas telah memiliki media sosial dan juga email yang ditujukan untuk pelayanan publik. Biro Humas pada umumnya menjalankan tiga (3) peran yakni, expert prescriber, communication facilitator dan communication technician, namun tidak semua indikator yang dibutuhkan oleh ketiga peran tersebut dipenuhi oleh

130 Biro Humas dalam kegiatan yang dilakukannya. Sementara itu peran problem solving process facilitator tidak ada terlihat pada Biro Humas, hal ini dikarenakan Biro Humas belum menjalankan kegiatan verifikasi dan inventarisasi informasi untuk didiskusikan oleh pimpinan tingkat atas. Kegiatan verifikasi akan dilakukan apabila daftar informasi publik dari SKPD telah dikumpulkan pada Biro Humas, namun sampai saat penelitian dilakukan SKPD belum mengumpulkan semua daftar informasi publik diorganisasinya pada Biro Humas. Selain itu penelitian ini mendapati bahwa Biro Humas lemah dalam menjalankan posisinya sebagai PPID utama. Hal ini terbukti dari masih minimnya rencana program kegiatan terkait dengan posisinya sebagai PPID utama maupun yang terkait dengan keterbukaan informasi publik. Kegiatan yang ada sejak tahun 2012 hingga 2014 hanya berupa kegiatan umum dan biasa atau masih terpatok pada fungsi awal Biro Humas pelayanan pada pimpinan yang bearda ditingkat Sekretariat Daerah. Kegiatan yang adapun tanpa diikuti adanya rencana program kerja yang jelas berisi strategi-strategi percepatan keterbukaan informasi publik agar segera terlaksana di semua SKPD. Ketidaktersediaan informasi dan dokumentasi yang memadai untuk diakses oleh masyarakat juga menjadi kelemahan Biro Humas yang lainnya. Hal ini terkait dengan ketersediaan website PPID atau aplikasi PPID dari Biro Humas sebagai PPID utama Provinsi. Kemudian selain itu tidak maksimalnya koordinasi dan konsolidasi pengumpulan bahan informasi dan Dokumentasi SKPD disebabkan oleh tidak ada kesinambungan yang nyata dari kegiatan yang telah dilakukan oleh Biro Humas, sehingga baik SKPD maupun publik tidak melihat keseriusan Biro Humas dalam melaksanakan tugasnya sebagai PPID Utama. Ketidaktersediaan daftar informasi publik SKPD maupun Biro Humas serta tidak adanya interaktivitas pelayanan informasi oleh Biro Humas menjadi hal penting yang perlu diperhatikan, mengingat Biro Humas merupakan

131 perantara komunikasi pemerintah dengan publiknya. Penggunaan media online seperti website, facebook, twitter dan aplikasi android juga tidak dipergunakan oleh Biro Humas dengan baik terutama yang terkait keterbukaan informasi publik. Media online tersebut juga tidak dipergunakan untuk memberikan informasi mengenai keterbukaan informasi publik secara berkelanjutan. Semua media online tersebut hanya bersifat satu arah dan mengeluarkan berita yang seragam. B. Rekomendasi Penelitian Berdasarkan analisis dan wawancara dengan narasumber serta data yang diperoleh dari penelitian mengenai peran Biro Humas dalam keterbukaan informasi publik, maka dihasilkan beberapa rekomendasi untuk level praktis dan akademis. Pada level praktis, Biro Humas Provinsi Kalimantan Selatan dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah ada untuk memiliki kemampuan menjalankan tugas sebagai Humas pemerintah maupun PPID utama di Provinsi Kalsel, mengingat tidak meratanya koordinasi antar bagian pada Biro Humas. selanjutnya Biro Humas harus segera mungkin merencanakan program kegiatan beserta strategi-strategi yang berkesinambungan untuk percepatan keterbukaan informasi publik. Kemudian juga memanfaatkan sebaik mungkin media online yang telah dikelola Biro Humas dengan membedakan karakteristik untuk setap media online yang digunakan untuk mendukung kegiatan terkait kehumasan maupun keterbukaan informasi publik. Biro Humas dapat berperan penting dalam pemerintahan mengingat posisinya tidak hanya sebagai Humas pemerintah tapi juga PPID utama pada Provinsi, apabila melakukan terobosan baru dalam kegiatannya yang dapat meningkatkan kepercayaan pemerintah atau publik terkait dengan keterbukaan informasi di Provinsi Kalsel. Kemudian keberadaan PPID utama pada Provinsi Kalsel tidak dirasa perlu, dikarenakan tugas Humas yang tidak jauh dari tugas PPID utama dan

132 pada setiap SKPD pun telah ada PPID pembantu. Sehingga masyarakat dapat langsung meminta informasi pada SKPD terkait tidak melalui Biro Humas sebagai PPID utama. Dari kenyataannya pula, PPID utama yang ada saat ini tidak berjalan maksimal dan lamban dalam mengemban posisinya sebagai PPID utama. Sementara itu, kekurangan dan keterbatasan pada penelitian ini terletak pada posisi peneliti yang merupakan Pegawai Negeri Sipil pada Biro Humas Provinsi Kalsel yang merupakan tempat penelitian dan objek dalam penelitian ini. Sehingga pada penelitian selanjutnya ada baiknya peneliti bukanlah dari dalam organisasi yang akan diteliti. Selain itu, apabila penelitian ini hanya fokus pada Biro Humas Provinsi Kalsel, maka selanjutnya dapat dikembangkan dengan melakukan penelitian pada SKPD-SKPD yang telah menerapkan keterbukaan informasi publik. Penelitian juga dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan peran antara PPID utama yang dikelola oleh Bagian Humas dengan PPID utama yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika yang ada pada daerah atau Provinsi yang berbeda.