SISTEM PENGELOLAAAN PRODUKSI DAN PERENCANAAN LABA DI PERKEBUNAN KAKAO (Studi Kasus di Perkebunan Bunisari Lendra PT Perkebunan XI11 Jawa Barat) Oleh AZANIL WILLIS A 24.1015 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanianpada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 9 9 2
RINGKASAN AZANIL WILLIS. Sistem Pengelolaan Produksi dan Perenca- naaan Laba di Perkebunan Kakao, St~rdi Kasus di Perke- bunan Bunisari Lendra PT Perkebunan X I I I Kabupaten Garut, Jawa Barat ( di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI dan ABAS TJAKRAWIRALAKSANA). Pada Pelita V pemerintah telah mencanangkan bahwa ka- kao merupakan salah satu komoditas yang akan dikembangkan. Kebijaksanaan pemerintah tersebut ditciangkan dalam Pokok- - pokok Rencana Pembangunan Scrbsektor Perkebunan Pel i ta V, Ciir.ektorat Jenderal Perkebunan Jakarta Sejalan dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi kakao dalam rangka memenuhi kebutuhan konscrmsi dal am negeri, meni ngkatkan penerimaan devi sa dari sektor non migas dan meningkatkan pendapatan produsen. Perkebu- nan kakao di Indonesia dewasa ini dihadapkan kepada masa-!ah biaya produksi yang cenderung meningkat sedangkan har- ga jual yang tidak stabi 1 bahkan cenderung menurun. Kea- daan ini rnengakibatkan faba yang diterirna perkebunan me- ngal ami penurunan, Rerdasarkan permasal ahan yang di hadapi pi hak per-- kebunan, rnaka praktek lapangan ini bertujuan untuk mempe- 1ajari secara mendalam sistem pengelolaan produksi perke-,*. bunan kakao. Selain itu rnelakukan analisis terhadap strclktcrr biaya prnduksi dan harga pokok serta kemampuan rnendapatkan laba untuk melihat laba yang diterima masa kini dan rnasa yang akan datang.
Prinsip-prinsip pengelolaan produksi yang dilakukan di Perkebunan Bunisari Lendra terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan produksi diawali dengan penetapan target produksi Bij i Coklat Basah (BCB) berdasarkan real isasi pada tahun sebelumnya, standar produksi mencrrut umur dan varietas tanaman serta kondisi ekologi yang mempengaruhi. Dari hasi 1 rekapi tulasi target produksi kebun, bagian pengolahan menetapkan target produksi Biji Coklat Kering (BCK) dengan memperhatikan faktor rendemen standar dan kondisi pabrik pengolahan. Perencanaan biaya produksi meliputi rencana biaya pemeliharaan tanaman, panen dan pengumpulan hasil, peng- angkutan ke pabri k, pengol ahan dan kegiatan umum 1 ai nnya. Rencana biaya tanaman per ha dan per Kg tahun 1986-1990 cenderang meningkat, kecuali untuk tahun 1990. Pemeliha- raan tanaman menghasi 1 kan adalah kegi atan yang di rencana- kan paling banyak memerlukan biaya. Bagian terbesar biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan diperunttrkkan bagi kegiatan pemberantasan hama dan penyakit baru kemudian di i kuti oleh kegiatan pemupcikan.. Untvk biaya pengolahan hagian terhesar diperuntukkan bagi kegiatan pengolahan kemudian diikuti oleh kegiatan pengepakan/pembungkusan dan f'emeliharaan pabrik. Dari tahun 1956-1990 target biaya pengolahan cenderung meningkat... Dalam mengelola suatu perkebunan, tahap pengorganisa- si an mutl ak di per'l ukan agar ada pembagi an tugas, wewenang
dan tar~ggung jawab yang jel as antara pelaksana-pel aksana yang terlibat. Di Perkebunan Bunisari Lendra telah ada pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Pelaksanaan produksi BCB dan selanjutnya menjadi BCK dimulai dengan persemaian tanaman kakao, persiapan 'lahan/tanam, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan, panen dan pengumpulan, pengangkutan ke pabrik, pengolahan dan kegiatan crmum lainnya. Dalam kegiatan pengolahan untuk rnenjaga mutu BCK yang dihasilkan Perkebunan Bunisari Lendra menerapkan sistem pemecahan buah di pabrik, fermentasi yang dilakukan menggunakan peti - kayu dan di lakukan pencucian. Pengeringan di lakukan de- ngan mesi n pengeri ng (art if?cia 7 drying). Untuk kegiatan sortas: biji rnasih dilakukan secara manual. Real isasi biaya yang di keluarkan untuk biaya tanaman sahun 1987,1988, 1989 dan 1990 selalu berada di atas ren- cana. Tahun 1986, 1988 dan 1989, biaya tanaman masih berada di atas rata-rata PTP XIII. Kegiatan pengawasan dan evaluasi dilakukan terhadap pc'laksanaan kegiatan pemeliharaan tanaman, panen dan pe- ngangk.utan hasi l ke pabri k, pengolahan serta biaya-biaya yang ditimbulkannya. Pengendalian operasional dari segi pembiayaan dilakukan oleh Pemeriksa Intern Kebun (PIK). Pengawasar; langsung di lakukan oleh Administratur. sanaan pemeriksaan di lapangan dilakukan dalam 2 Pelak- tahap yai ti? perneri ksaan intern dan primer i ksaan itkt1 i r- t;uhun ynng telah disetvjui oleh Di reksi PTP XIII. Pengendal i an
-intern yang di terapkan me1 iputi bagan organisasi dan job tfescr ipt ion, si stem pernbag i an wewenang dan prosedur pencatatan. Dari sistem perenranaan yang telah dilakukan dapat dilihat bagaimana perencanaan laba perusahaan yang dapat dilihat. dari proporsi harga pokok FOB terhadap harga jual dan kemarnpuan rnendapatkan 1 aba. Struktur biaya produksi di Perkebunan Bunisari Lendra terdiri dari biaya produksi tingkat kebun dan biaya pro- duksi yang diperhitungkan di tingkat direksi (FOB). Kon- 'tribmsi terbesar biaya produksi tingkat kebtin diperuntuk- kan kepada biaya perneliharaan tanarnan rnenghasilkan yaitu antara 49.52 persen sarnpai 70.69 persen. Untuk biaya pro- dtrksi yang diperhi tungkan di tingkat di reksi, hiaya f- mum dan administrasi rnerniliki kontribusi terbesar yaitu mencapai 52.09 persen sampai 80.34 persen. Adanya kecenderungan peningkatan pada biaya produksi tingkat kebun rnenyebabkan harga pokok kebun cenderung rnengalami peningkatan, kecual i pada tekun 1989 terjadi penurunan harga pokck yang diakibatkan adanya peningkatan pro- duksi hiji kakan yang cukup besar. Besarnya biaya produk- si FOB yang terus mengalami peningkatan juga rnenyebabkan terjadinya peningkatan pada harga pokok FOB. Perencanaan laba yang dihasilkan dengan penerapan sistem penrjelolaan yang ssudah ada cendertrrig mengal arni penl.i~unari, J i ka d i l i hat dar i propor.; i harga pokok FOB terha-- dap harga jual yang semakin meningkat. dan kernarnpuan mendapatkan laba yang menurun.