Magrobis Journal 10. RESPON CABAI BESAR (Capsicum annum L.) TERHADAP VARIASI WAKTU PENGENDALIAN GULMA. Oleh : Erwin Arief Rochyat *) ABSTRAK ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

RESPONS HASIL CABAI BESAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI MERAH (Capsicum annum L.) TERHADAP WAKTU PEMBERIAN DAN KONSENTRASI HERBAFARM

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. MATERI DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KOL BUNGA (Brassica oleraceae var botrytis L)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium Fistulosum L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG AYAM

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

RESPONS TANAMAN TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BOKASHI DAN PENGATURAN JARAK TANAM

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGGUNAAN MULSA ALANG - ALANG PADA TUMPANGSARI CABAI DENGAN KUBIS BUNGA UNTUK MENINGKATKAN PENGENDALIAN GULMA, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Magrobis Journal 28. PENGARUH PUPUK ROSASOL-N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELEDRI (Apium graveolens L.) ABSTRAK

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

Wakifatul Hisani, Andi Muhammad Israwan Mallawa

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

Pengaruh Jenis Media Tanam Dan Konsentrasi Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Awal Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Sistem Hidroponik

PEMBERIAN POC MARTOB DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI LADANG (Nasturtium montanum Wall.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAHAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP TINGGI TA NAMAN DAN BERAT SEGAR PER RUMPUN RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv. mott)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Transkripsi:

Magrobis Journal 10 RESPON CABAI BESAR (Capsicum annum L.) TERHADAP VARIASI WAKTU PENGENDALIAN GULMA Oleh : Erwin Arief Rochyat *) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui titik kritis dari pemberian perlakuan variasi pengendalian gulma terhadap respon cabai besar (Capsicum annum L.). Titik kritis ini diperoleh dengan menggabungkan 2 kurva linear dari dua perlakuan variasi pengendalian gulma yaitu pengendalian gulma pertama adalah bebas gulma mulai dari 0 hari sampai 105 hari. Kemudian perlakuan kedua adalah bergulma mulai 0 hari sampai 105 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur taraf 5% didapatkan bobot buah segar tanaman paling tinggi berada pada taraf W5 75 hari bergulma dengan rata-rata 99,4 Mg ha -1, dan bobot buah segar tanaman paling rendah berada pada taraf W15 120 hari bergulma dengan rata-rata 5,84 Mg ha -1. Kata kunci : Cabai, Gulma, Pengendalian. ABSTRACT The purpose of this study was to determine the critical point of giving treatment to the response variation weed control large chili (Capsicum annum L.). The critical point is obtained by combining two linear curves of the two treatment variety of weed control that is the first weed control weed free from 0 days up to 105 days. Then the second treatment is bergulma start 0 days to 105 days. Results of this study show based on the results Honestly Significant Difference Test level 5% fresh fruit weight obtained the highest plant located at the level W5 bergulma 75 days with an average of 99.4 Mg ha -1, and the weight of fresh fruit crops are at the lowest level of W15 bergulma 120 days with an average of 5.84 Mg ha -1. Keywords : Chili, Weed, Control. PENDAHULUAN Cabai adalah salah sayuran yang banyak diminati konsumen di Indonesia. Berdasarkan data Statistik tahun 2009-2013 jumlah produksi cabai di Kalimantan Timur berturut-turut 9,18 Kw ha -1, 8,53 Kw ha -1, 7,53 Kw ha -1, 7,61 Kw ha -1, dan 4,44 Kw ha -1 (Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur, 2014). Pada tahun 2010 permintaan cabai nasional untuk cabai besar dan cabai rawit mencapai 1.220.088 Mg (Rostini, 2011). *) Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unikarta Keberadaan gulma di lapangan bisa menimbulkan beberapa efek negatif. Menurut Pujisiswanto (2011), gulma adalah tumbuhan yang merugikan kepentingan manusia melalui kompetisi ruang, waktu, dan sumber nutrisi. Froud dan Williams (2002) dalam Mas ud (2009), menyebutkan bahwa kemampuan gulma menekan pertumbuhan tanaman budidaya sangat

Magrobis Journal 11 ditentukan oleh jenisnya, kepadatan dan lamanya gulma tumbuh di pertanaman. Ketiga faktor tersebut menentukan derajat persaingan gulma dalam memperoleh sumberdaya yang tersedia. Gulma juga memiliki beberapa hal positif, di antaranya seperti mengurangi efek erosi yang ditimbulkan oleh turunnya air hujan. Menurut Gonzalo dan Miguel (2006), asosiasi antara fungi mikoriza dengan perakaran tumbuhan bersifat mutualisme yaitu keduanya saling menguntungkan. Kemudian adanya jamur Mikoriza yang terdapat pada akar dari gulma khususnya golongan rumput-rumputan sangat berperan penting dalam penyerapan unsur hara yang ada. Fungi mikoriza dapat memanfaatkan eksudat akar tumbuhan sebagai sumber karbon dan energi, sedangkan tumbuhan lebih mudah menyerap unsur hara, khususnya unsur hara P, (Preston, 2007). Pengendalian gulma ke depannya harus mempertimbangkan efek positif yang dimiliki oleh gulma itu sendiri, seperti halnya mempelajari dulu karakteristik dari gulma, seperti jenis gulma, kerapatan gulma, waktu kehadiran gulma, dan lain sebagainya. Tidak hanya memperhatikan efek negatif yang ditimbulkan oleh keberadaan gulma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja dampak negatif dan dampak positif dari keberadaan gulma, mengetahui kapan terjadi periode kritis pengendalian gulma. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 6 bulan mulai bulan Agustus 2014 sampai bulan Januari tahun 2015 sejak persiapan lahan, penyemaian benih, sampai pengambilan data terakhir. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bendang Raya Kecamatan Tengarong Kabupaten Kutai Kartanegara, dan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : tali rafia, bibit cabai, pupuk NPK, herbisida, papan nama. Sedangkan alat yang diperlukan adalah : cangkul, alat tulis, kamera, gembor air, parang, gunting. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 16 perlakuan dan 2 ulangan. Dasar pengulangan adalah kemiringan lahan. Perlakuan yang diberikan adalah cara pengendalian gulma dengan rincian sebagai berikut : W0 = Kontrol (Tanpa gulma), W1 = bebas gulma 15 hari setelah tanam (hst), W2 = bebas gulma 30 hst, W3 = bebas gulma 45 hst, W4 = bebas gulma 60 hst, W5 = bebas gulma 75 hst, W6 = bebas gulma 90 hst, W7 = bebas gulma 105 hst, W8 = bergulma 106 hst, W9 = bergulma 91 hst, W10 = bergulma 76 hst, W11 = bergulma 61 hst, W12 = bergulma 46 hst, W13 = bergulma 31 hst, W14 = bergulma 16 hst, W15 = bergulma setelah tanam. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman 15, 45, dan 60 hst Hasil sidik ragam rata rata tinggi tanaman pada saat umur 15, 45, dan 60 hst, menunjukkan bahwa perlakuan variasi waktu pengendalian gulma menunjukkan tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman saat umur 15, dan 45 hst, sedangkan pada 60 hst menunjukkan berbeda sangat nyata (Tabel 1). Tabel 1. Rata rata tinggi tanaman cabai besar pada umur 15, 45, dan 60 hari setelah tanam (cm)

Magrobis Journal 12 Perlakuan Rata-rata 15 hst 45 hst 60 hst W0 15,02 21,70 48,72 ab W1 15,27 21,97 47,47 a W2 15,77 22,24 50,23 ab W3 15,47 22,34 57,37 b W4 15,07 22,27 58,77 b W5 15,78 22,69 57,92 b W6 15,00 22,37 58,52 b W7 15,17 22,44 55,87 b W8 15,80 23,27 49,87 ab W9 15,23 22,61 50,87 ab W10 15,26 22,26 48,27 ab W11 16,17 22,13 48,17 ab W12 15,05 22,35 50,23 ab W13 15,12 22,50 56,42 b W14 16,18 22,15 55,02 b W15 14,97 22,11 55,62 b Rata-rata 15,40 22,34 53,08 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5%. BNJ 5% 60 hst = 6,63. Pengendalian gulma pada saat 15 hari dan 45 hari setelah tanam menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Sesuai pendapat Moenandir (1993), gulma adalah tumbuhan yang bersifat rakus sehingga pengambilan nutrisi oleh gulma akan lebih cepat dan gulma akan lebih dahulu sehat dan kuat akhirnya gulma akan menang atas persaingan dengan tumbuhan budidaya. Peristiwa ini terjadi bila gulma dan tanaman budidaya tumbuh bersamaan. Kejadian ini akan sebaliknya bila gulma tumbuh kemudian setelah tanaman budidaya. Dengan demikian waktu tumbuh dari tanaman budidaya dan gulma memberikan peran penting pada peristiwa persaingan. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur taraf 5% didapatkan bahwa tinggi tanaman paling tinggi pada 60 hst berada pada taraf W4 dengan rata-rata 58,77 cm, dan tinggi terendah pada taraf W11 dengan rata-rata 48,17 cm. Populasi gulma yang tumbuh terlihat memberikan respon yang positif terhadap pertambahan tinggi tanaman. Diduga hal ini karena pada perlakuan pengendalian gulma pada 60 hst tajuk gulma yang ada semakin lebar menghalangi sinar matahari yang sampai pada permukaan tanah sehingga menyebabkan kelembapan pada tanah semakin meningkat. Sebaliknya pada perlakuan lainnya tajuk gulma yang ada masih bisa dilewati sinar matahari sehingga kelembapan menurun. Meningkatnya kelembapan pada tanah meningkatkan laju pertumbuhan sel pada tanaman. Suhu udara berpengaruh terhadap kinerja enzim dan pergerakan air. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh aktifitas enzim di dalam maupun di luar sel, sama seperti makhluk yang lain. Umur Tanaman Berbunga, jumlah buah segar, dan bobot buah segar Hasil sidik ragam umur tanaman berbunga, hari setelah tanam (hst), menunjukkan bahwa perlakuan variasi waktu pengendalian gulma menunjukkan berpengaruh nyata pada taraf 5% dan taraf 1%. Sidik ragam jumlah buah segar menunjukkan berpengaruh nyata pada

Magrobis Journal 13 taraf 5% dan 1%. Sidik ragam bobot buah segar menunjukkan berpengaruh nyata pada taraf 5% dan 1%. Tabel 2. Perlakuan Rata Rata Umur Tanaman Berbunga, Jumlah Buah Segar, dan Bobot Buah Segar. Umur tanaman berbunga Rata-rata Jumlah buah segar Tanaman -1 Bobot buah segar (Mg ha -1 ) W0 46,50 a 25,20 ab 7,55 bc W1 47,50 a 26,45 ab 7,82 bc W2 47,00 a 25,14 ab 8,50 bc W3 48,00 a 32,37 b 9,82 c W4 50,00 b 33,81 b 9,22 c W5 51,50 b 32,92 b 9,94 c W6 50,50 b 33,52 b 8,04 bc W7 49,50 a 30,87 b 7,44 b W8 47,50 a 24,92 ab 9,65 c W9 47,00 a 25,85 a 9,75 c W10 46,50 a 23,26 a 8,85 bc W11 47,50 a 23,16 a 7,98 bc W12 47,00 a 25,19 ab 7,97 bc W13 49,00 a 31,42 b 7,64 bc W14 50,00 b 30,08 b 7,11 a W15 49,50 a 30,60 b 5,84 a Rata-rata 45,50 26,85 7,96 Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur taraf 5% didapatkan tanaman berbunga paling cepat berada pada taraf W0 dengan rata-rata 46,50 hst, dan tanaman berbunga paling lambat berada pada taraf W5 dengan rata-rata 51,50 hst. Populasi gulma yang meningkat seiring bertambahnya waktu menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap umur tanaman berbunga. Hal ini diduga akibat populasi gulma bersaing dengan tanaman dalam memperoleh cahaya matahari. Semakin tinggi populasi gulma yang ada pada lahan, maka cahaya matahari yang didapatkan oleh tanaman juga akan semakin sedikit. Dimana tanaman yang memiliki populasi gulma yang lebih rendah, maka rata-rata umur berbunga akan lebih cepat daripada tanaman lainnya dengan populasi gulma yang lebih tinggi, karena intensitas cahaya yang didapatkan lebih baik. Sesuai pendapat Ariwulan (2012), Cahaya juga merangsang pertumbuhan bunga. Ada tumbuhan yang berbunga pada hari pendek (lamanya penyinaran matahari lebih pendek daripada waktu malam). Ada pula tumbuhan yang berbunga pada hari panjang (lamanya penyinaran matahari lebih panjang daripada waktu malam). Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur taraf 5% didapatkan tanaman dengan jumlah buah segar terbanyak berada pada taraf W4 dengan rata-rata 33,81 buah, dan jumlah buah paling rendah berada pada taraf W11 dengan rata-rata 23,16 buah. Sebelum masa pengendalian gulma 60 hst, tanaman sudah banyak yang memasuki fase pertumbuhan generatif. Hal ini dapat dilihat dari data munculnya bunga tercepat yaitu 46,50 hst. Kemudian dari data rata-rata jumlah buah terbanyak ada pada taraf perlakuan pengendalian gulma 60 hst. Diduga hal ini karena setelah memasuki fase generatif, gulma yang ada di

Magrobis Journal 14 bersihkan secara intensif. Sehingga persaingan yang ada antara gulma dan tanaman diminimalkan dengan pembersihan sesuai dengan perlakuan. Jatmiko et all. (2002) dalam Jamilah (2013), menambahkan bahwa tingkat persaingan gulma dengan tanaman juga tergantung kerapatan gulma, lamanya gulma bersama tanaman, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing. Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur taraf 5% didapatkan bobot buah segar tanaman paling tinggi berada pada taraf W5 dengan rata-rata 99,4 Mg ha -1 buah, dan bobot buah segar tanaman paling rendah berada pada taraf W15 dengan rata-rata 5,84 Mg ha -1. Memasuki tahap berbuah pada taraf pengendalian gulma 75 hst menghasilkan bobot buah ha -1 tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Diduga hal ini karena populasi gulma yang ada membantu mempertahankan tingkat kelembapan yang ada pada tanah. Sehingga tingkat transpirasi yang ada akibat paparan sinar matahari dan suhu yang tinggi pada tanaman berkurang, menjadikan proses pembentukan buah menjadi lebih baik pada pengendalian gulma 75 hst. Sesuai pendapat Wijoyo (2009), untuk pertumbuhannya tanaman cabai memerlukan kelembapan relatif 80%. Berdasarkan sidik ragam perlakuan variasi pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil cabai besar (Capsicum annum L.) terhadap rata-rata bobot segar tanaman ha -1 (Mg) dengan uji polinom ortogonal lampiran 1 tabel 12. Didapatkan dua kurva linear dengan persamaaan regresi dan koefisien korelasi, Ŷ = 0,034x + 6,29 dengan r 2 = 0,93 yaitu bebas gulma mulai 0 hari sampai 105 hari dan persamaan kedua Ŷ = 0,003x + 8,37 dengan r 2 = 0,014 yaitu bergulma mulai 0 hari sampai 105 hari setelah tanam. Dari kurva dibawah dapat dilihat bahwa dari dua persamaan yang didapatkan diperoleh garis potong dengan nilai 67,09 hari yang merupakan titik kritis dari variasi pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil cabai besar (Capsicum annum L.). Dengan demikian dapat dilihat bahwa pengendalian gulma pada 67,09 hari setelah tanam merupakan pengendalian gulma yang dapat memberikan hasil terbaik terhadap hasil cabai besar (Capsicum annum L.). 12 10 8 6 9.86 8.37 8.69 6.29 4 2 0 0 15 30 45 60 75 90 105 120 Gambar 1 : Kurva bobot buah segar ha -1. : Ŷ = 0,034x + 6,29 dan r 2 = 0,93

Magrobis Journal 15 : Ŷ = 0,003x + 8,37 dan r 2 = 0,014 : Titik kritis = 67,09 hari setelah tanam KESIMPULAN A. Keberadaan gulma sampai 75 hst memberikan hasil tertinggi, dikarenakan gulma yang ada menjadi inang alternatif bagi serangga vektor. B. Semakin lama gulma berada pada lahan penelitian maka berat buah segar akan semakin menurun. C. Waktu pengendalian gulma terbaik adalah 67,09 hari setelah tanam, yaitu dimana pada waktu tersebut titik kritis pertumbuhan gulma mencapai titik optimum yang mana tidak mengurangi nilai ekonomis dari hasil produksi tanaman. DAFTAR PUSTAKA Ariwulan, D. R., 2012. Kontrol fotoperiodisitas terhadap pembungaan. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://nightray13- kuro.blogspot.comspt-2-perc4-kontrol-fotoperiodisitas.html. Diakses 02 Maret 2015. Gonzalo, B.E. and A.Miguel. 2006. Mycorrhiza. An ecological alternative for sustainable agriculture. http://www.micorrhizas.htm. Diakses 24 Maret 2015. Jamilah. 2013. Pengaruh penyiangan gulma dan sistim tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Agrista 17 (1) : 28-35. Mas ud H. 2009. Komposisi dan efisiensi pengendalian gulma pada pertanaman kedelai dengan penggunaan bokashi. J. Agroland 16 (2) : 118 123. ISSN : 0854 641X. Juni 2009. Moenandir, J.1993. Persaingan tanaman budidaya dengan gulma. Rajawali Press. Preston, S. 2007. Alternative soil amendements. NCAT agriculture specialist. National sustainable Agriculture information service. ATTRA publication. http://www.attra.ncat.org/attra-pub/pdf/altsoil.pdf. Diakses 24 Maret 2015. Pujisiswanto, H. 2011. Pengaruh fermentasi limbah cair pulp kakao terhadap tingkat keracunan dan pertumbuhan beberapa gulma berdaun lebar. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 12 (1) : 13-19 ISSN 1410-5020. Rostini, N. 2011. 6 jurus bertanam cabai bebas hama dan penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Wijoyo, P.M. 2009. Taktik jitu menanam cabai dimusim hujan. Bee Media Indonesia. Jakarta.