I. PENDAHULUAN. Perbedaan tersebut berkaitan dengan luas wilayah yang terbatas, kompleksitas. jumlah penduduk dengan mobilitas yang tinggi.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah seperti diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN KECAMATAN BOJONG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Untuk itulah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA KELURAHAN.

K E C A M A T A N P A N Y I L E U K A N BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

E X E C U T I V E S U M M A R Y

PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ( TUPOKSI)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik. Dilingkungan birokrasi juga telah dilakukan sejumlah inisiatif

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

B. Maksud dan Tujuan Maksud

I. PENDAHULUAN. daerah untuk lebih membangun dirinya dan tidak lagi tergantung kepada

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi yang digulirkan menjadi agenda nasional ditegaskan melalui

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA TERHADAP JUMLAH KUNJUNGAN JASA PELAYANAN FISIOTERAPI PADA OKTOBER 2009 DI PUKESMAS SE- KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

I. PENDAHULUAN. aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Seiring dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 2 Tahun 2007 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PERATURAN WALIKOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 31 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

I. PENDAHULUAN. dan berwibawa dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

I. PENDAHULUAN. Semenjak dikeluarkannya Undang-undang Pemerintah Daerah No. 22

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

Kebutuhan Pelayanan Publik

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka. pelayanan umum demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan

PERATURAN WALIKOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 30 TAHUN 2011

Dasar Hukum Pengurusan Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 41 TAHUN 2007 ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2005 T E N T A N G

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA SUSUNAN ORGANISASI

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan otonomi daerah sangat tergantung pada keterampilan, meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang No 23 Tahun 2006 administrasi kependudukan. untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

c. mendistribusikan...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang, dan Visi dan Misi SUDIN Pajak Jakarta Barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. daerah memiliki perangkat masing-masing baik di tingkat provinsi maupu di

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA KECAMATAN SE KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 44 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 44 TAHUN 2000 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007 NOMOR: 25 PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR: 25 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BALIKPAPAN KOTA DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN


RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA

PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN ANGGARAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan kesejahteraan dan demokrasi di tingkat daerah yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suatu pemerintahan yang baik (good governance). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan. bertanggungjawab, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR PELAYANAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu di era globalisasi saat ini sangat maju, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mensejahterahkan masyarakat atau warga negara.pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada. terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa

Bab I Laporan Tahunan 2007 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 28 SERI E

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

INTISARI PP NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN OLEH : SADU WASISTIONO

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dengan propinsi lain di Indonesia. Perbedaan tersebut berkaitan dengan luas wilayah yang terbatas, kompleksitas permasalahan yang dihadapi dengan berbagai aspek yang ditimbulkan serta jumlah penduduk dengan mobilitas yang tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, sesuai tujuan dari Ketetapan MPR-RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), ditugaskan agar aparatur negara mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara produktif, transparan dan bebas KKN. Perwujudan nyata dari sikap aparatur Negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan yang diamatkan oleh Tap MPR tersebut antara lain tercermin dari penyelenggaraan pelayanan publik. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur dalam penyelenggaraan pelayanan publik perlu terus dilakukan. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, aparatur Negara, dalam hal ini dititik beratkan kepada aparatur pemerintah, hendaknya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, berorientasi kepada kebutuhan dan kepuasan penerima layanan sehingga dapat meningkatkan daya saing dalam pemberian pelayanan (http://b.domaindlx.himagarunila.com. 2005). Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa perubahan yang sangat mendasar di bidang

pemerintahan daerah dan penyelenggara otonomi, yaitu pelimpahan seluruh kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, kecuali lima urusan kewenangan di bidang Pertahanan dan Keamanan, Politik Luar Negeri, Fiskal/Moneter, Pengadilan dan Agama. Berkaitan dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 227 dinyatakan bahwa untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta diatur tersendiri, yaitu dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Dari segi pemerintahan, daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berbeda dengan propinsi lainnya di Indonesia. Perbedaan tersebut antara lain tidak terdapat daerah otonomi di bawahnya. Hal ini dimaksudkan agar terjadi kesatuan perencanaan dan kebijakan dalam rangka pembangunan kota Jakarta sebagai Ibukota Negara. Sesuai pasal 6 Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999, Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terbagi menjadi beberapa tingkatan sedangkan tingkatan yang paling kecil adalah Kelurahan, merupakan organisasi pemerintah terendah yang langsung berhadapan dengan masyarakat yang merupakan terdepan/front dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memberdayakan, melayani dan mengendalikan masyarakat. Tugas dan fungsi Pemerintah Kelurahan tercantum dalam Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 40 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan di Propinsi DKI Jakarta, yaitu Melaksanakan Pelayanan Masyarakat di wilayah Kelurahan. Untuk 2

menyelenggarakan tugas tersebut, Pemerintah Kelurahan mempunyai fungsi sebagai berikut : (1) Penyelenggaraan kegiatan pelayanan masyarakat yang menjadi kewenangannya; (2) Penyusunan dan penetapan kebijakan pemberdayaan masyarakat yang tumbuh atas inisiatif masyarakat; (3) Pemeliharaan terciptanya ketenteraman dan ketertiban; (4) Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. Pada Kantor Lurah sebagian besar jenis pelayanan divisualisasikan dengan formulir model PM 1 (Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 228 Tahun 1981) untuk berbagai kepentingan yang fungsinya sebagai alat legitimasi, informasi dan rekomendasi. Berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 506 Tahun 1989 tentang Pedoman penyelenggaraan Pelayanan Masyarakat di Kantor Lurah DKI Jakarta, pelayanan masyarakat di Kantor Lurah berjumlah 65 jenis yaitu sebagai berikut : (1) Bidang Pemerintahan : 21 Jenis pelayanan (2) Bidang Ketertiban : 18 jenis pelayanan (3) Bidang Perekonomian dan pembangunan : 10 jenis pelayanan (4) Bidang Kesejahteraan Rakyat : 16 jenis pelayanan 1.2. Identifikasi Masalah Dalam kerangka sistem Pemerintahan di Indonesia, peran dan fungsi Pemerintah Kelurahan merupakan bagian penting dan menentukan, terutama bila dikaitkan dengan kemampuan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kondisi pelayanan masyarakat yang selama ini menjadi permasalahan dan 3

keluhan masyarakat pada kenyataannya belum memenuhi standar international pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat (Bapeda DKI Jakarta, 2004). Berdasarkan hasil penelitian Pusat Studi Kependudukan UGM dalam Bapeda DKI Jakarta (2004), kinerja pelayanan kurang dapat memberikan kepuasan masyarakat, antara lain ditandai oleh beberapa hal di bawah ini : 1. Ketidakpuasan masyarakat pada umumnya terletak pada waktu, biaya dan cara pelayanan. 2. Masih terdapat diskriminasi pelayanan yang pada umumnya didasarkan pada diskriminasi atas hubungan pertemanan, kelompok organisasi atau individu dan etnis. 3. Birokrasi, suap dan pungli menjadi semakin diterima dan dianggap wajar. 4. Orientasi pelayanan tidak terhadap pengguna jasa tetapi kepada kepentingan pemerintah dan pejabatnya. 5. Budaya yang berkembang bukan budaya pelayanan tetapi budaya kekuasaan. 6. Kewenangan untuk melayani pendistribusian pada banyak satuan birokrasi Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, pada hakekatnya kualitas pelayanan kepada masyarakat pada Kantor Kelurahan masih harus lebih ditingkatkan, mengingat kedudukan kelurahan sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan pemerintahan Republik Indonesia yang langsung berhadapan dengan masyarakat. Baik buruknya pelayanan masyarakat yang dilaksanakan di Kelurahan merupakan cerminan dari Pemerintah. Oleh karena itu Pemerintah Kelurahan harus benar-benar menampilkan sosok sebagai instansi Pemerintah yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat, 4

dengan kualitas pelayanan yang baik, sehingga mampu menampilkan citra positif dari Pemerintah secara keseluruhan. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pertanyaan mendasar dalam penelitian yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat penerima layanan yang diberikan oleh tiga Kantor Lurah di Kotamadya Jakarta Selatan? 2. Strategi apa saja yang dapat diterapkan pada Kantor Lurah agar dapat meningkatkan kualitas pelayanannya? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisa tingkat kepuasan masyarakat penerima layanan yang diberikan oleh tiga Kantor Lurah di Kotamadya Jakarta Selatan. 2. Merumuskan alternatif langkah/upaya yang dapat dilakukan oleh Kepala Kantor Lurah untuk memenuhi dan meningkatkan kepuasan masyarakat penerima layanan kantor Lurah. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen Kantor Lurah di Kotamadya Jakarta Selatan untuk memenuhi dan meningkatkan Kepuasan penerima layanan. 2. Memberikan referensi kepada peneliti lain yang berminat untuk meneliti kepuasan masyarakat terhadap pelayanan masyarakat di Kantor Lurah. 5

1.6. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini terbatas pada analisis kepuasan masyarakat penerima layanan Kantor Lurah di tiga Kelurahan Kotamadya Jakarta Selatan. Adapun dipilihnya Kotamadya Jakarta Selatan karena wilayah tersebut memiliki gini rasio terbesar 0,472 Info-Eks, (2002), yaitu tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat secara umum dibandingkan dengan wilayah Kotamadya lainnya di DKI Jakarta. Tiga Kantor Lurah yang dipilih dalam penelitian ini yaitu satu Kantor Lurah yang berprestasi pada lomba kelurahan, berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja para Lurah atas penetapan Surat Keputusan Walikotamadya Jakarta Selatan Nomor 176 tahun 2004, yaitu Kantor Lurah Kebayoran Lama Utara serta dua Kantor Lurah yang tidak berprestasi yaitu Kantor Lurah Bukit Duri dan Lenteng Agung. Dipilihnya tiga kelurahan tersebut karena mewakili secara geografis Kecamatan wilayah barat, utara dan selatan Kotamadya Jakarta Selatan dengan jumlah penduduk dan tingkat kepadatan yang tinggi. Lomba kelurahan tersebut lebih banyak mencakup jenis pelayanan tidak langsung kepada masyarakat, yaitu pelayanan yang terdiri dari kegiatan pemerintah kelurahan dan kegiatan sosial kemasyarakatan baik yang dilakukan melalui penyuluhan maupun dialog dengan masyarakat. Adapun kriteria perlombaan Kelurahan mencakup penilaian bidang, indikator dan variabel, yaitu bidang kesejahteraan sosial masyarakat, ekonomi masyarakat, peran serta masyarakat dan kemasyarakatan, serta kriteria penyelenggaraan pemerintahan dan pengawasan. 6

Pelayanan yang bersifat langsung yang termasuk dalam lomba tersebut hanya terdapat tiga jenis pelayanan, yaitu pada variabel pelayanan di bidang pemerintahan (pelayanan pertanahan), pelayanan di bidang perekonomian dan pembangunan (pelayanan surat domisili perusahaan), dan pelayanan di bidang pemberdayaan masyarakat (pelayanan kesra). Adapun pada penelitian ini, indikator kepuasan yang diukur dibatasi hanya pada indikator yang berhubungan dengan tingkat pelayanan kepada masyarakat yang bersifat langsung, dalam bentuk pelayanan di bidang perizinan seperti pelayanan bidang pemerintahan (peningkatan hak atas tanah, surat keterangan waris, surat keterangan tidak sengketa dan rekomendasi hak atas tanah), pelayanan bidang ketentraman dan ketertiban (surat izin rame-rame/perayaan, surat pengantar kelakuan baik, surat pengantar laporan hilang), bidang prasarana umum (domisili perusahaan) dan bidang pemberdayaan masyarakat (pelayanan keagamaan dan pelayaan sosial) dan pelayanan umum dalam bentuk pelayanan administrasi umum, seperti pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), keterangan tempat tinggal, pengantar akta lahir dan keterangan pengurusan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang divisualisasikan dengan menggunakan formulir model (PM.1). Oleh karena itu indikator yang diukur berbeda dengan tolok ukur lomba penilaian hasil prestasi kerja para Lurah. Dengan demikian hasil dari penelitian ini hanya menggambarkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan jenis pelayanan langsung dari aparat lurah pada wilayah kelurahan yang bersangkutan bukan kinerja kelurahan secara keseluruhan. 7