BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya isu di masyarakat yang menggambarkan kegagalan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini penting untuk diteliti, berbagai permasalahan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang terdiri atas latar

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Selama lebih dari dua dekade, pengukuran kinerja (performance measurement)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Dalam konsep New Public Management (NPM) birokrasi pemerintah sebagai pemberi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kinerjanya. Menurut Propper dan Wilson (2003), Manajemen

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. dan akuntabilitas pada instansi pemerintah semakin meningkat. Selain itu tuntutan yang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

K A T A P E N G A N T A R

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

PENERAPAN SAKIP BAGIAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.581,2012

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berfokus pada penggunaan sistem pengukuran kinerja dan

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

2014, No639 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Camat Tualang Kabupaten Siak Tahun 2016

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 27 Januari 2017 KEPALA BIRO PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAN LAYANAN PENGADAAN SETDA PROVINSI GORONTALO,

BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Bab akhir dalam penelitian ini memberikan ringkasan penelitian, kesimpulan,

BAB I PENDAHULUAN. runtuhnya rezim orde baru yang sentralistik dan otoriter. Rakyat bertransformasi

BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

B A B 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 55

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peneliti harapkan dengan dilakukannya penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

2013, No Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kancah internasional. Kemajuan PT berimbas pada kemajuan dunia ekonomi,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

2015, No Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berkembangnya isu di masyarakat yang menggambarkan kegagalan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang efektif, efisien dan ekonomis, menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Akibatnya, permintaan masyarakat akan akuntabilitas program pemerintah sangat tinggi. Kritik keras terhadap kinerja pemerintah menimbulkan gerakan reformasi manajemen sektor publik demi terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. Salah satu gerakan reformasi sektor pubik adalah munculnya konsep New Public Management (Mahmudi, 2013). Munculnya manajemen berbasis kinerja merupakan bagian dari reformasi New Public Management. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang berorientasi pada pengukuran hasil (bukan hanya berbasis pada input dan output saja) merupakan fokus dari manajemen berbasis kinerja. Hal tersebut menghasilkan perubahan cara pandang akuntabilitas tradisional (hanya menilai penggunaan input dan output yang dihasilkan saja) menjadi penilaian kinerja instansi dalam bentuk hasil. Semenjak diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (AKIP), akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah mulai mendapat perhatian. Peraturan ini mewajibkan setiap instansi pemerintah untuk melaporkan kinerjanya dalam bentuk LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah). Diterbitkan pula keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) nomor 589/IX/6/Y/1999 tentang pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, yang telah disempurnakan dengan keputusan LAN nomor 239/IX/6/8/2003 dalam rangka pelaksanaan inpres nomor 7 tahun 1999 tersebut. Selain itu, untuk mewujudkan akuntabilitas dan tata kelola kepemerintahan yang baik, pemerintah menerbitkan UU Paket Keuangan Negara (UU No. 17/2003, UU No. 1/2004 dan UU No. 15/2004), diikuti UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah serta PP No. 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keangan dan Kinerja Insansi Pemerintah. Salah satu aspek penting dalam reformasi birokrasi adalah penataan manajemen pemerintahan pusat dan daerah. Kemampuan terhadap pengelolaan birokrasi pemerintah dapat menjadi faktor penentu terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang efektif dan efisien. Manajamen pemerintahan harus dipandang sebagai kemampuan untuk mengelola sumber daya termasuk waktu, secara efisien dan efektif guna mendukung tercapainya tujuan atau sasaran yang ditetapkan, sehingga tidak lagi diartikan secara sempit sebagai kegiatan kesekretariatan saja. Sejak bergulir reformasi, arah manajemen pemerintahan berorientasi pada peningkatan kinerja pemerintah (Kementerian PPN, 2006).

Peraturan Menteri Negara Penerapan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 13 Tahun 2010 menyatakan bahwa perbaikan government dan sistem manajemen merupakan agenda penting dalam reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) merupakan sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil. Meskipun penerapan peraturan tentang akuntabilitas kinerja pada instansi pemerintah sudah dilaksanakan, tetapi pada kenyataannya penilaian kinerja pada instansi pemerintah menghadirkan konsekuensi yang tidak diharapkan. Thiel dan Leeuw (2002) menyatakan bahwa terdapat konsekuensi yang tidak diharapkan seperti kenaikan biaya monitoring, implementasi kebijakan meningkatkan tekanan yang dapat menyebabkan pengaruh disfungsional seperti sifat kaku, kurangnya inovasi, dan suboptimisasi. Selain itu, beberapa bukti menunjukkan monitoring akan mengakibatkan perilaku simbolis agar terlihat bagus dari segi penampilan saja, tetapi pada kenyataannya tidak seperti itu. Untuk menilai kinerja instansi pemerintah sekaligus memperbaiki kualitas dalam pengambilan keputusan di masa mendatang, penyusunan LAKIP sangat diperlukan. Akan tetapi, pada kenyataannya penyusunan laporan kinerja dinilai lebih disebabkan adanya peraturan yang mewajibkan pemerintah untuk membuatnya bukan karena kesadaran akan arti pentingnya laporan itu bagi peningkatan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan (Akbar, et. al, 2012; sadjiarto, 2000).

Kesadaran pemerintah daerah untuk memperbaiki kualitas LAKIP sepertinya masih kurang jika dibandingkan dengan keinginan mereka untuk mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam pengukuran kinerja yang meliputi ukuran kinerja finansial dan non finansial, instansi pemerintah perlu menggunakan berbagai indikator kinerja untuk menilai keefektifan kualitas pelayanan pemerintah (Kelly & Swindell, 2002). Instansi pemerintah akan menyajikan laporan keuangan yang ambigu, tidak relevan, kurang terpercaya dan kurang dapat dipertanggungjawabkan apabila instansi pemerintah hanya menggunakan indikator kinerja finanial semata, karena laporan keuangan cenderung mudah dimanipulasi (Pilcher, 2005). Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah meliputi perencanaan kinerja, pelaksanaan, pengkuran kinerja, pelaporan dan evaluasi kinerja organisasi. Pendekatan Model logika umumnya digunakan dalam pengukuran kinerja. Setiap tahunnya, pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja tersebut dilaporakan dalam LAKIP. Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu unsur pelaksana pemerintahan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendidikan dan perpustakaan. Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa dalam melaksanakan tugasnya masih terkendala masalah dalam penyempurnaan rumusan sasaran dan indikator kinerja dari perencanaan strategis sampai pelaporan kinerja. Jika hal ini terus dibiarkan maka indikator kinerja yang ditetapkan tidak dapat menunjukkan keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Secara umum, hal ini mungkin disebabkan oleh lemahnya penyusunan dokumen perencanaan. Kelemahan ini tentu saja akan membawa dampak yang besar terhadap siklus selanjutnya. Dokumen perancanaan yang disusun tidak memuat sasaran dan indikator kinerja. Ketiaadaan indikator penilaian kinerja dan target yang ditetapkan adalah hal yang paling krusial dalam penilaian akuntabilitas instansi pemerintah. Proses akuntabilitas tidak mungkin bisa dilaksanakan jika instansi pemerintah tidak menetapkan apa yang ingin dicapai dengan indikator kinerja yang obyektif dan terukur. Hal ini menimbulkan keinginan peneliti untuk mengevaluasi tentang penyusunan indikator kinerja pada sistem pengukuran kinerja Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa. Secara umum indikator kinerja Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa belum dapat memberikan gambaran secara komprehensif tentang pelayanan dibidang pendidikan. Padahal indikator kinerja merupakan cerminan organisasi untuk merefleksikan berbagai aspek aktivitas organisasi dan memberikan gambaran kinerja agar tidak terdistorsi dan bias sehingga dapat mengakibatkan ketidaksesuaian dengan keadaan semestinya (Mahmudi, 2013). 1.2. Rumusan Permasalahan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsinya kepada publik berdasarkan

Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 7 tahun 1999 tentang sistem akuntabilitas dan Kinerja instansi Pemerintah. Meskipun penerapan peraturan tersebut telah lama, tetapi LAKIP Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa belum menunjukkan indikator kinerja yang berorientasi pada hasil baik dalam dokumen perencanaan strategis maupun laporan kinerja tahunan. Pengukuran kinerja yang belum dapat menggambarkan mengenai tingkat pencapaian visi dan misi organisasi, adanya indikator kinerja yang tidak sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, dan indikator kinerja yang dibuat lebih banyak untuk memenuhi ketentuan regulasi daripada substansinya sehingga belum menggunakan indikator kinerja yang baik dan terukur. Hal ini mengindikasikan masih adanya penyusunan indikator kinerja Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa yang belum berbasis hasil. Salah satu kemungkinan penyebabnya karena belum adanya alat yang tepat dalam menetapkan indikator kinerja yang lebih baik daripada saat ini sehingga masih mengacu pada peraturan yang ada. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang dan rumusan permasalahan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Apakah indikator kinerja dalam sistem pengukuran kinerja dari dokumen perencanaan strategis hingga laporan kinerja pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa telah menunjukkan kesesuaian informasi yang logis?

2) Bagaimana ketepatan penentuan indikator kinerja Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa jika dilihat dari model cetak biru kinerja? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran seperti yang telah dijelaskan dalam rumusan masalah dan menjawab pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Mengevaluasi kesesuaian informasi yang logis indikator kinerja Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah 2. Menjelaskan indikator kinerja yang digunakan sebagai ukuran kesuksesan dalam mencapai sasaran kinerja dengan pendekatan cetak biru kinerja. 1.5. Motivasi Penelitian Penelitian ini dilandasi adanya keinginan untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang pengukuran kinerja pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa dengan cara melakukan evaluasi tentang penyusunan indikator kinerja menggunakan pendekatan PM. Selain itu peneliti ingin menerapkan ilmu yang telah didapat selama ini saat menempuh kuliah mengenai sistem manajemen sektor publik khususnya tentang pengukuran kinerja instansi pemerintah.

1.6. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis, keilmuan dan dalam pembuatan kebijakan sebagai berikut : 1) Kontribusi Praktis Membantu Dinas Pendidikan Kabupaten Sumbawa dalam mengevaluasi penyusunan indikator kinerja dengan menggunakan pendekatan OPM&M, sekaligus sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Pusat dan Kementerian PAN & RB dalam merumuskan pengukuran kinerja instansi pemerintah dimasa yang akan datang. 2) Kontrbusi Teoritis Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik dalam bidang kajian pengukuran kinerja sektor publik dengan pendekatan OPM&M dengan model cetak biru kinerja, serta untuk memperkuat penelitian sebelumnya berkenaan dengan pengukuran kinerja dibidang akuntansi sektor publik. 1.7. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun secara sistematis agar diperoleh pembahasan yang terstruktur. Adapun sistemaika penelitian disusun sebagai berikut : Bab 1: Pendahuluan Bagian ini akan menguraikan rencana penelitian yang dijabarkan ke dalam latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

motivasi penelitian, kontribusi peelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2: Tinjauan Pustaka Bagian ini akan membahas mengenai teori yang digunakan dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan permasalahan penelitian. Bab 3: Metoda Penelitian Bab ini menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis yang digunakan. Bab 4: Analisis dan Diskusi Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang deskripsi data, berbagai pengujian yang digunakan, hasil analisis, serta pembahasan hasil analisis. Bab 5: Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, implikasi hasil penelitian serta saran perbaikan bagi penelitian berikutnya maupun kepentingan lainnya.