LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

Pengenalan Gerakan Tanah

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE MEI-AGUSTUS 2009

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

KAJIAN MITIGASI BENCANA LONGSOR LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH. Oleh : Lili Somantri, S.Pd. M.Si. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

Bencana Benc Longsor AY 11

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

[ Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia] 2012

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Transkripsi:

LANDSLIDE OCCURRENCE, 4 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA 6 Maret 4, Tinggi Moncong, Gowa, Sulawesi Selatan juta m debris, orang meninggal, rumah rusak, Ha lahan pertanian rusak Dr. Surono DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI -April-4, Kecamatan Cililin, Kab. Bandung, Jawa Barat, longsoran diikuti banjir bandang, 5 orang meninggal, 6 rumah rusak, 5 Ha lahan pertanian rusak BENCANA 5 dan 6 Pebruari 5, Kab Bandung, Tempat pembuangan sampah >76 orang meninggal, rumah rusak, Ha lahan pertanian rusak BENCANA TAHUN 7 Longsoran Di Kab. Karanganyar 64 orang meninggal, >6 rumah rusak Januari 6, Kab Jember, Jawa Timur, Longsoran diikuti banjit bandang, > 98 orang meninggal, > 4 rumah rusak. 4 Januari 6, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Longsoran menimpa pemukiman dibawah lereng terjal, >4 orang meninggal, > rumah rusak Longsoran Di Kab. Manggarai, NTT 6 orang meninggal, > orang mengungsi

Apa yang bisa kita pelajari dari hal tersebut? Meminimalkan bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama (Pemerintah dan masyarakat) Pentingnya Koordinasi antar Pemerintan dan Pemerintah Daerah. Pemberdayaan masyarakat di daerah rawan bencana POKOK BAHASAN Landasan Hukum Mitigasi dan Strategi Mitigasi Kejadian gerakan tanah/ tanah longsor berdasarkan tipe gerakan tanah, kemiringan lereng, batuan dasar dan tempat khusus. Korban bencana gerakan tanah/ tanah longsor berdasarkan tipe gerakan tanah, batuan dasar, kemiringan lereng, tataguna lahan, dan zona kerentanan gerakan tanah Bahasan, Kesimpulan dan Rekomendasi BATASAN MASALAH Tidak dibahas kuantitas curah hujan sebagai pemicu longsor Tidak dibahas konsisi geologi secara rinci Landasan Hukum Berkaitan Dengan Mitigasi Bencana Geologi. UU no. 4 Tahun 7 tentang Penanggulangan Bencana. UU no. 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang. PP no. 5 Tahun 4. KEPPRES RI no. 65 Tahun Mengapa Perlu Mitigasi Geologi??? Besarnya Dampak Bencana Geologi (Korban >>, kerugian >>) IPTEK Dapat diidentifikasi wilayah rawan bencana geologi Belum dapat diramal, Kapan, berapa besar Mendadak & Tidak teratur Waktu cepat & dampak bencana lama MITIGASI BENCANA GEOLOGI MENGURANGI DAMPAK BENCANA GEOLOGI

Tantangan Ke Depan Pada Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Geologi Informasi Kawasan Rawan Bencana Geologi Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Geologi Penataan Ruang Berbasis Kebencanaan Geologi TATAAN GEOLOGI INDONESIA INDONESIA TERLETAK INTERAKSI DARI LEMPENG (TRIPLE JUNCTION) YANG MEMBENTUK ZONA SUBDUKSI YANG UNIK DI DUNIA, AKIBATNYA; Indonesia mempunyai 9 gunungapi aktif (terbanyak di dunia) Banyak terjadi gempabumi baik di darat maupun di laut yang bisa memicu tsunami Banyak terdapat lipatan, patahan, punggungan, bukit dengan kemiringan i sedang hingga terjal kondisi i yang demikian menyebabkan rentan terjadi gerakan tanah/ tanah longsor yang di picu oleh curah hujan atau gempabumi MITIGASI PEMETAAN ZONA KERENTANAN PEMANTAUAN DI OBYEK VITAL STRATEGIS SOSIALISASI PERINGATAN DINI TANGGAP DARURAT Tingkatan Status Kerentanan Gerakan Tanah Dan Respon Masyarakat Sangat Rendah Sangat jarang terjadi Gerakan Tanah Rendah Gerakan tanah bisa terjadi jika ada gangguan lereng Tidak tinggal di bantaran sungai Tinggi Sering terjadi gerakan tanah jika musim hujan Gerakan tanah lama bisa aktif kembali Tidak dibangun permukiman, bangunan vital strategis, Gerakan Tanah berpotensi Konservasi Lahan terjadi jika curah hujan tinggi Waspada, Mengungsi jika dan ada gangguan lereng Curah Hujan Tinggi Tidak melakukan pemotongan lereng Waspada jika curah hujan tinggi Jangan tinggal di lereng terjal Lokasi bangunan vital & Strategis. PETA ZONA KERENTANAN

Ε Ε Ε 7 4' 5" 7 46' " Cikalongwetan Lembang Padalarang PETA KERENTANAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT Ε -6 47' 5" Sekala : 55. Digambar Oleh : Tutang. s dan Agus. S SISTEM PERINGATAN DINI (EARLY WARNING) Sistem peringatan dini gerakan tanah dilakukan pada awal musim hujan dengan mengirim surat, booklet, dan poster tentang mitigasi bencana gerakan tanah. Peta perkiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah dibuat dengan cara overlay antara peta zona kerentanan gerakan tanah dan prediksi curah hujan bulanan. Hasilnya berupa tingkatan zona potensi gerakan tanah tinggi, sedang dan rendah yang diinformasikan kepada Pemerintah Daerah. Batujajar BANDUNG Ujungberung KETERANGAN PETA ZONA KERENTANAN PETA PERKIRAAN CURAH HUJAN Cililin ZONA KERENTANAN SANGAT RENDAH Cicalengka ZONA KERENTANAN RENDAH Gununghalu Soreang Banjaran Majalaya Nagrek ZONA KERENTANAN MENENGAH ZONA KERENTANAN TINGGI Ciwidey Jalan Sungai Cibuni Pangalengan Waduk -7 ' 4" Santosa Sumber : PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI Tipe Gerakan Tanah Vs Frequensi gerakan tanah Th - 7 Longsoran Sampah Longsoran + Banjir Bandang % Runtuhan Batu 7 Nendatan/Reta kan/rayapan 7 Tipe gerakan tanah yang banyak terjadi adalah tipe longsoran. Karena banyak dijumpai kemiringan lereng sedang terjal. Longsoran 8 Jumlah Korban (orang) Jenis Gerakan Tanah Vs Jumlah Korban Th - 7 5 88 5 Meninggal 5 Rumah Rusak 67 56 66 5 6 76 4 Nendatan/Retakan/Rayapan Longsoran Longsoran + Banjir Bandang Runtuhan Batu Jenis Gerakan Tanah Longsoran Sampah Korban Jiwa dan harta benda pada tipe longsor diikuti banjir bandang. Karena masih banyak pemukiman di alur lembah/sungai, lereng sedang-terjal. Kejadiannya berlangsung cepat dan malam hari. 4

8 7 6 5 4 ran g) Korban m eninggal ( o Kejadian gerakan tanah pada berbagai kelerengan Th - 7 > 6 54 8 7-6 6 5% Kelerengan Vs Jumlah Korban 6 74 4 9-7 7-7 7-6 > 6 Kelerengan 9-7 7-7 8% Rumah Rusak 5 5 5 5 Kejadian gerakan tanah Jumlah korban dan kejadian gerakan tanah paling banyak terjadi pada lereng 7 6 dan lereng > 6 hal ini karena ;. Stabilitas lereng gyang rendah. Kejadiannya cepat dan tidak sempat menghindar. Pada daerah datar umumnya terjadi kerusakan konstruksi rumah dan sarana prasarana Kelerengan Vs Rumah Rusak 4 888 44 56 9-7 7-7 7-6 > 6 Kelerengan Jumlah Korb ban (orang) Frequensi gerakan tanah pada berbagai batuan dasar Batu sabak, batu Th - 7 lanau malihan Batugamping Andesit Lava Lempung 5 % Tufa batuapung 8 6 4 8 6 4 Batu Pasir Tufaan 5 % 84 4 Jenis Batuan Vs Jumlah Korban dan Rumah Rusak Th - 7 74 88 546 8 Lempung Breksi Batu Pasir Tufaan Tufa batuapung 94 5 98 Andesit Batu sabak, batu lanau malihan Jenis Gerakan Tanah Lava Batugamping Breksi 8 47% Meninggal Rumah Rusak Kejadian dan jumlah korban paling banyak terdapat pada batuan breksi, karena ; Sifat fisik dan mekanik breksi sebagai bidang gelincir yang sempurna/ kedap air, lapukannya lolos air tinggi, tanah pelapukan umumnya subur sehingga banyak pemukiman dan aktivitas penduduk, serta keberadaanya di daerah terjal/ vulkanik Sifat fisik dan mekanik lempung yang licin dan mengembang pada saat kena air menjadi bidang gelincir yang sempurna, tetapi gerakannya bersifat lambat karena keberadaannya di daerah relatif datar Jumlah Korban (orang) 4 8 6 4 Tata guna lahan Vs Jumlah Korban dan Rumah Rusak Th - 7 Kolam+Sawah 88 Permukiman + Kebun Camp Lain-lain 55 5 4 Ladang Hutan Frequensi gerakan tanah pada berbagai Tata guna lahan Th - 7 Lain-lain 7% Ladang 7% Jenis Tata guna lahan Hutan 5 % Kolam+Sawah Permukiman + Kebun Camp. 4 77% VS TATAGUNA LAHAN Jumlah kejadian dan jumlah korban akibat gerakan tanah banyak terjadi pada tata guna lahan pemukiman yang berada di kebun campuran pada lereng sedang terjal. Terjadi penggemburan tanah karena aktivitas pertanian menyebabkan lahan menjadi lolos air tinggi, pembebanan oleh pemukiman, sudut lereng sedang-terjal sehingga stabilitas lereng terganggu, tanah mencari keseimbangan baru sehingga mudah terjadi longsor. Karena banyaknya pemukiman dan aktivitas penduduk di daerah tersebut, maka potensi terjadinya bencana relatif tinggi. Lembah dan alur sungai 8% Dibawah timbunan sampah 76 % Lembah dan alur sungai 787 5 Dibawah timbunan sampah Kejadian Gerakan Tanah Pada Lokasi Pemukiman - 7 Bukit dan Kaki bukit 4 7 Jumlah Korban Gerakan Tanah Pada Lokasi Pemukiman - 7 Bukit dan Kaki bukit 45 Gerakan tanah yang banyak terjadi di atas, pada dan kaki bukit dengan kemiringan lereng sedang terjal. Stabilitas lereng menurun disebabkan oleh pembebanan pemukiman, penambahan bobot tanah yang mengandung air dan gaya gravitasi. Korban Jiwa dan harta benda banyak terjadi pada lembah/ alur sungai; Karena masih banyak pemukiman di alur lembah/sungai, lereng sedangterjal. Kejadiannya berlangsung cepat (sifat aliran bahan rombakan dengan viskositas tinggi sehingga daya rusaknya tinggi) dan sering terjadi malam hari. 5

KEJADIAN PADA PETA ZONA KERENTANAN ( - 7) ZKGT TINGGI 66 5 ZKGT SANGAT RENDAH % ZKGT RENDAH 4 % ZKGT MENENGAH 4 KEJADIAN DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA - 7 Sulaw esi Barat Sulaw esi Tengah Papua NTT Kal Tim 9 NAD Sumatera Barat % % Sulaw esi Utara %Sulaw esi Selatan Sumatera Utara 8 % % Jaw a Timur 4 5% Kejadian gerakan tanah banyak terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur; Daerah Vulkanik, banyak populasi penduduk, pertumbuhan penduduk d mengarah ke lereng sedangterjal sehingga terjadi perubahan tata guna lahan Kejadian Gerakan tanah banyak terjadi pada ZKGT menengah tinggi; ZKGT TINGGI sering terjadi gerakan tanah dan gerakan tanah lama bisa aktif kembali jika dipicu hujan lebat ZKGT MENENGAH terjadi gerakan tanah karena gangguan lereng dan perubahan tata guna lahan. Jaw a Tengah 6 Jaw a Barat 58 57% DI INDONESIA Th - 7 Sulawesi Tengah 57 Sulaw esi Barat % Sulawesi Utara 57 8% Sumatera Barat 84 NTT 66 5% Kal Tim % Sumatera Utara 7 Papua 6 % NAD 8 Jumlah Korban Jiwa Gertan Sulawesi Selatan - 7 % Jaw a Barat 9 Jaw a Timur 6 8% Jaw a Tengah 74 % J u m l a h K o r b a n 5 5 5 5 4 5 6 7 8 9 Bulan Sumatera Jawa Kalimantan Nusa Tenggara Sulawesi Irian Peningkatan Kewaspadaan; JAWA ; Desember Maret SUMATRA; November, Desember, Maret NUSA TENGGARA; Pebruari Maret SULAWESI; Januari Maret dan Juni-Juli IRIAN; Oktober- Januari 6

DISKUSI, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan kejadian gerakan tanah di beberapa wilayah di indonesia dari tahun 7, dapat dikelompokan secara garis besar berdasarkan sudut lereng, batuan dasar, tata guna lahan dan zona kerentanan gerakan tanah dari sangat berbahaya berbahaya perlu diwaspadai untuk pemukiman dan aktivitas penduduk. SUDUT LERENG 7-6 > 6 7-7 BATUAN DASAR BREKSI BATUPASIR LEMPUNG TUFAAN TATA GUNA LAHAN KEBUN CAMPURAN LAIN-LAIN LADANG, SAWAH DAN KOLAM ZONA KERENTANAN TINGGI MENENGAH RENDAH KETERANGAN SANGAT PERLU DIWASPADAI Berdasarkan Korban Jiwa dan harta benda akibat bencana gerakan tanah di beberapa wilayah di indonesia dari tahun 7, dapat dikelompokan secara garis besar berdasarkan sudut lereng, batuan dasar, tata guna lahan dan lokasi khusus dari sangat berbahaya berbahaya perlu diwaspadai untuk pemukiman dan aktivitas penduduk. SUDUT LERENG 7-6 > 6 7-7 BATUAN DASAR BREKSI BATUPASIR TUFAAN LEMPUNG TATA GUNA LAHAN KEBUN CAMPURAN LAIN-LAIN LADANG, SAWAH DAN KOLAM LOKASI KHUSUS ALUR LEMBAH BUKIT LAIN-LAIN KETERANGAN SANGAT PERLU DIWASPADAI sangat berbahaya dan sering terjadi gerakan tanah sangat berbahaya dan mempunyai kelerangan terjal Dapat untuk pemukiman, namun tidak ada kolam dan sawah. Sebaliknya jika ada kolam dan sawah maka tidak ada pemukiman sangat berbahaya dan sering terjadi banyak korban jiwa sangat berbahaya, punya kelerangan terjal Dan banyak korban jiwa Dapat untuk pemukiman, namun tidak ada kolam dan sawah. Sebaliknya jika ada kolam dan sawah maka tidak ada pemukiman KEWASPADAAN KEJADIAN DI BEBERAPA PULAU DI INDONESIA PULAU PERIODE BULAN KETERANGAN JAWA NOVEMBER s/d MARET November-Desember banyak terjadi gerakan tanah tipe rayapan, Puncak penghujan, longsor dan diikuti banjir bandang, akhir musim penghujan longsoran besar SUMATRA NOVEMBER, DESEMBER, MARET Sumatra Barat puncak penghujan hatihati/waspadai banjir bandang disungaisungai yang berhulu di Gunungapi aktif. NUSA TENGGARA PEBRUARI, MARET Puncak musim penghujan longsoran besar di tebing dengan susut lereng sedang-terjal di tepi jalan dan pemukiman. SULAWESI JANUARI MARET dan JUNI - JULI Puncak musim penghujan hati-hati banjir bandang di alur sungai Jeneberang, beberapa wilayah di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara. Langkah-langkah mitigasi bencana gerakan tanah yang dilakukan meliputi; Pemetaan zona kerentanan gerakan tanah, pemantauan gerakan tanah, sosialisasi, peringatan dini dan tanggap darurat Penataan Ruang yang terkait dengan perlindungan masyarakat dalam pencapaian kesejahteraannya perlu memperhatikan, pada matrik yang disajikan dari wilayah-wilayah sangat berbahaya, berbahaya dan waspada tinggi 7