BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi. Istilah

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

BAB II RUMAH SAKIT UMUM SITI HAJAR MEDAN

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penelitian partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial sudah

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Kajian teoritis yang digunakan di dalam penelitian ini sebagai dasar asumsi penelitian

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG

ABSTRAK. Kata kunci: Anggaran, Budgetary Goal Characteristics, Self-Efficacy, Kinerja Manajerial. iii

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan suatu institusi pendidikan tinggi yang memberikan

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Disusun oleh: RATNA YULIATI B

BAB I PENDAHULUAN. mungkin. Untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi operasional maka

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

RSUD KOTA BANDUNG RENJA 2014 BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2014 merupakan dokumen

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I LATAR BELAKANG

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi jasa berlomba untuk merebut pasar, dengan meningkatkan layanan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu tujuan primer rekam kesehatan/rekam medis. berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BUPATI MANDAILING NATAL

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang berkembang akhir-akhir ini. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatra Utara

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 78 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REMUNERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam lingkungan yang semakin kompetitif, suatu industri jasa khususnya di

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI KOTA DENPASAR

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran

Pelayanan Antidiskriminasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

BAB II. RSUD Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI

LAMPIRAN 1 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 77 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

BABI PENDAHULUAN. Anggaran dalam dunia bisnis merupakan unsur utama dalam perencanan dan

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KEMENTRIAN AGAMA KOTA SURABAYA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA RSUD KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan rumah sakit untuk mengalami kerugian sangat besar dan. berpengaruh langsung pada keberlangsungan rumah sakit.

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ditandai dengan ketatnya persaingan disegala bidang organisasi baik swasta maupun pemerintah. Setiap organisasi selalu di warnai dengan adanya suatu dinamika yaitu perubahan dalam hal menuju kesempurnaan. Suatu organisasi harus mampu mengubah suatu citra organisasi itu dan berupaya meningkatkan profesionalismenya agar sesuai dengan kondisi dan situasi perkembangan dan tuntutan masyarakat. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang dimilikinya secara ekonomis, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, sebelum melakukan kegiatan operasionalnya, perusahaan seharusnya membuat perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan jangka pendek. Anggaran merupakan komponen utama dari perencanaan, yaitu perencanaan keuangan untuk masa depan yang memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. (Murthi dan Sujana, 2008) Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi (T. Hani Handoko, 1996:34; Murthi dan Sujana, 2008). Kinerja akan dikatakan efektif apabila pihak-pihak bawahan mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan 1

2 anggaran. Anggaran tidak hanya sebagai rencana keuangan yang memuat biaya selanjutnya dan tujuan pendapatan untuk pusat pertanggungjawaban dalam organisasi bisnis, tetapi juga sebagai alat untuk mengendalikan (control), koordinasi (coordination), komunikasi (communication), evaluasi kinerja, dan motivasi. Selanjutnya, informasi anggaran membantu manajer tingkat atas untuk mengevaluasi kinerja manajer tingkat bawah dan memberikan reward and punishment. Dalam konteks ini, anggaran menyediakan bagian penting dari sistem motivasi organisasi yang dirancang untuk meningkatkan sikap dan kinerja para manajer. (Kenis, 1979:707) Penggunaan anggaran yang tidak tepat akan mengarah pada perilaku disfungsional dan sikap negatif diantara anggota-anggota organisasi. (Argyris, 1952 dalam Kenis, 1979). Banyak dampak positif dan negatif dari anggaran pada sikap, perilaku dan kinerja manajer tingkat bawah yang didasari pada konsep manajer tingkat atas. Konsep dari penganggaran yang termasuk budgetary goal charateristics diantaranya: partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan kesulitan sasaran anggaran. Tentu saja manajer tingkat atas dengan bantuan dari pengendali dan departemen akuntansi dapat mempengaruhi jumlah dan bentuk partisipasi manajer tingkat bawah dalam penentuan sasaran anggaran, tingkat kejelasan sasaran anggaran, kekerapan (frequency) dan jumlah dari umpan balik, konsep apa yang digunakan dalam evaluasi anggaran dan tingkat kesulitan sasaran anggaran. (Kenis, 1979). Kenis (1979:707) juga menyimpulkan bahwa variasi dalam penyusunan anggaran manajer tingkat atas seperti yang direfleksikan dalam

3 budgetary goal charateristics memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dari manajer tingkat bawah. (Murthi dan Sujana, 2008) Rumah sakit merupakan organisasi publik yang membuat anggaran sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian dalam pencapaian tujuan organisasinya. Agar tetap dapat bersaing secara berkelanjutan dengan tetap mengutamakan pelayanan yang baik bagi pasien, maka rumah sakit dituntut untuk dapat mengembangkan organisasinya seefisien dan seefektif mungkin karena beroperasi dengan meningkatkan kemampuan rumah sakit serta untuk lebih memperluas dukungan dana untuk sosial. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kinerja manajerial melalui akurasi perencanaan dan pengendalian yang dinilai dari pencapaian tujuan anggaran. (Murthi dan Sujana, 2008). Dalam Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit mendefinisikan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dapat didirikan oleh pemerintah daerah atau pun swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero namun tetap mementingkan fungsi sosialnya, yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk perawatan, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis dan tindakan diagnostik lainnya yang dibutuhkan oleh setiap pasien dalam batas kemampuan teknologi dan sarana yang disediakan oleh rumah sakit tersebut.

4 Rumah Sakit Umum Bina Sehat Bandung merupakan rumah sakit swasta dengan tipe D+ yang mengutamakan fungsi sosial namun tetap mencari laba. Hal ini tercermin pada biaya perawatan medis ataupun pelayanan kesehatan lainnya di Rumah Sakit Umum Bina Sehat yang terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah. Berdasarkan tuntutan untuk mencapai organisasi yang efektif dan efisien, Rumah Sakit Umum Bina Sehat memerlukan kinerja manajerial yang baik. Kinerja manajerial dapat diukur dengan delapan aspek dari Mahoney (1963), yaitu: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, staffing, negosiasi dan representasi. Diantara delapan aspek tersebut, kekurangan dari kinerja manajerial Rumah Sakit Umum Bina Sehat terdapat pada supervisi, investigasi, dan representasi. Berkaitan dengan supervisi, manajer Rumah Sakit Umum Bina Sehat tidak melatih dan menjelaskan aturan kerja pada bawahan juga tidak menegur secara langsung apabila bawahan melakukan kesalahan dikarenakan masih ada perasaan tidak enak, sehingga bawahan tidak mengetahui kekurangan yang dimilikinya. Berkaitan dengan investigasi, manajer Rumah Sakit Umum Bina Sehat tidak berupaya mengumpulkan dan mempersiapkan informasi dini dalam bentuk laporan untuk dianalisa dan diukur hasil pelaksanaannya, ini berarti manajer Rumah Sakit Umum Bina Sehat kurang dapat mengantisipasi peristiwa yang akan terjadi berdasarkan pada informasi yang diterima sebelumnya. Berkaitan dengan representasi, para manajer Rumah Sakit Umum Bina Sehat tidak menyampaikan informasi visi, misi dan kegiatan rumah sakit dalam pertemuan kelompok bisnis ataupun berkonsultasi dengan rumah sakit lainnya, karena biasanya pertemuan hanya diadakan untuk para direktur rumah sakit

5 ataupun para dokter rumah sakit. Kinerja Rumah Sakit Umum Bina Sehat juga dapat dilihat dari kinerja keuangannya, berikut adalah tabel persentase anggaran pendapatan dan biaya Rumah Sakit Umum Bina Sehat dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Tabel 1.1 Anggaran Rumah Sakit Umum Bina Sehat Tahun 2006-2010 Keterangan Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Pendapatan 100% 100% 100% 100% 100% Biaya : Biaya Usaha Langsung (74.1%) (73.7%) (65.8%) (70.4%) (74.2%) Biaya Tidak Langsung (22.7% (25.1%) (29.8%) (25.7%) (19.8%) Total Biaya (96.8%) (98.8%) (95.6%) (96.1%) (94%) Laba per Tahun 3.2% 1.2% 4.4% 3.9% 6% Sumber: Program Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja RSU Bina Sehat. (Data diolah oleh penulis) Berdasarkan tabel 1.1 pada tahun 2006, total biaya yang terdiri dari biaya usaha langsung yang diperuntukkan jasa medis, makan pasien dan penggajian karyawan RS dan biaya tidak langsung yang digunakan untuk administrasi (seperti kesejahteraan pegawai dan jamsostek) dan biaya lain-lain (seperti sampah, pemeliharaan, listrik) dianggarkan sebesar 96.8%, sehingga menghasilkan laba sebesar 3.2%. Pada tahun 2007 total biaya dianggarkan meningkat menjadi 98.8%, namun terjadi penurunan laba apabila dibandingkan dengan tahun 2006 menjadi 1.2%. Total biaya pada tahun 2008 dianggarkan 95.6%, menurun dari anggaran total biaya tahun 2007, dengan laba sebesar 4.4%. Pada tahun 2009 total biaya meningkat menjadi 96.1% dengan laba 3.9%. Total biaya pada tahun 2010 kembali menurun dari total biaya tahun sebelumnya, menjadi sebesar 94% dengan

6 laba yang meningkat sebesar 6%. Berikut merupakan tabel realisasi anggaran RSU Bina Sehat Bandung dari tahun 2006 sampai tahun 2010: Tabel 1.2 Realisasi Anggaran Rumah Sakit Umum Bina Sehat Tahun 2006-2010 Keterangan Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Pendapatan 114.4% 113.4% 129.8% 95.8% 105.1% Biaya : Biaya Usaha Langsung 86.6% 76.9% 106.1% 72.9% 81.3% Biaya Tidak Langsung 59.7% 62.5% 39.1% 12.9% 28.4% Total Biaya 115.1% 110.7% 126.3% 94.5% 101.4% Laba per Tahun (85.7%) 144.9% 16.5% (65%) (23.9%) Sumber: Program Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja RSU Bina Sehat. (Data diolah oleh penulis) Realisasi anggaran pendapatan pada tahun 2006 sampai tahun 2008 meningkat masing-masing sebesar 114.4%, 113.4%, dan 129.8%, namun pada tahun 2009, realisasi pendapatan menurun menjadi 95.8%, pada tahun 2010 realisasi anggaran pendapatan meningkat kembali menjadi 105.1%. Realisasi total biaya tahun 2006 sebesar 115.1%, kemudian menurun di tahun 2007 menjadi 110.7% dengan total kunjungan pasien sebanyak 7115 orang, realisasi total biaya terbesar terdapat pada tahun 2008 yaitu sebesar 126.3%, hal ini disebabkan adanya penambahan alat-alat medis sehingga lebih banyak pasien yang tertangani dengan jumlah kunjungan pasien tahun 2008 adalah 9513 orang. Realisasi total biaya terendah terdapat pada tahun 2009 sebesar 94.5% dikarenakan jumlah kunjungan pasien juga menurun menjadi 8181 orang. Pada tahun 2010 total biaya meningkat kembali menjadi 101.4%. Realisasi laba terbesar terdapat pada tahun

7 2007 sebesar 144.9%, sementara penurunan realisasi laba terjadi pada tahun 2006, 2009 dan 2010 menjadi sebesar 85.7%, 65%, dan 23.9%. Tabel 1.3 Peningkatan atau Penurunan Anggaran terhadap Realisasi Anggaran Rumah Sakit Umum Bina Sehat Tahun 2006-2010 Keterangan Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Pendapatan 14.4% 13.4% 29.8% (4.2%) 5.1% Biaya : Biaya Usaha Langsung 12.5% 3.2% 40.3% 2.5% 7% Biaya Tidak Langsung 37% 37.4% 9.3% (12.8%) 8.6% Total Biaya 18.3% 11.9% 30.7% (1.6%) 7.4% Laba per Tahun (88.9%) 143.8% 12.1% (68.8%) (29.8%) Sumber: Program Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja RSU Bina Sehat. (Data diolah oleh penulis) Pada tahun 2006 sampai tahun 2008, realisasi pendapatan meningkat masing-masing sebesar 14.4%, 13.4%, dan 29.8% dari jumlah yang sebelumnya dianggarkan, namun pada tahun 2009 realisasi pendapatan menurun sebesar 4.2% dan pada tahun 2010 realisasi pendapatan kembali meningkat sebesar 5.1%. Begitu pula dengan realisasi total biaya, tahun 2007 sampai 2008 meningkat masing-masing sebesar 18.3%, 11.9%, dan 30.7%, namun pada tahun 2009 realisasi total biaya menurun sebesar 1.6% dan meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar 7.4%. Berdasarkan realisasi laba tahun 2006, 2009 dan 2010 mengalami penurunan sebesar 88.9%, 68.8%, dan 29.8%, sementara itu pada tahun 2007 dan 2008, realisasi laba meningkat masing-masing sebesar 143.8% dan 12.1%.

8 Manajer atau kepala instalasi Rumah Sakit Umum Bina Sehat sangat berpengaruh dalam mengajukan daftar permintaan alat medis atau pun nonmedis yang akan diajukan dalam anggaran. Apabila manajer kurang peka terhadap kebutuhan instansinya maka kinerja instansi tersebut tidak akan optimal. Keadaan ini dapat dilihat dari daftar permintaan alat medis tahun 2011 yang diantaranya diajukan oleh instalasi rawat inap, anggrek, dan kebidanan. Daftar permintaan terbanyak diajukan oleh instalasi kebidanan untuk pembelanjaan alat dengan total Rp 80.220.000. Sementara itu pengajuan pembelanjaan nonmedis dilakukan oleh instalasi anggrek, kebidanan, perinatologi, IGD, instalasi rawat jalan, instalasi bedah sentral, seksi sosial medis dan customer service, seksi URT+laundry+Instalasi Perbaikan Sarana RS, seksi rekam medik, instalasi radiologi, instalasi laboratorium, instalasil gizi, instalasi farmasi, dan seksi administrasi. Pengajuan pembelanjaan terbesar diajukan oleh seksi sosial medis dan customer service dengan total Rp 71.950.000. Adapun jumlah kunjungan pasien ke instalasi medis Rumah Sakit Umum Bina Sehat dari tahun 2007 sampai dengan 2010 dalam tabel berikut: Tabel 1.4 Perkembangan Jumlah Pasien Rumah Sakit Umum Bina Sehat Tahun 2007-2010 No Kegiatan Tahun Pelayanan 2007 2008 2009 2010 1. Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat 2133 2699 2545 2654 2. Instalasi Rawat Inap 285 272 306 321 3. Instalasi Bedah Sentral 92 118 93 102 4. Instalasi Penunjang Medis 4605 6424 5237 5134 Sumber: Program Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja RSU Bina Sehat

9 Kunjungan pasien terbanyak terdapat pada instalasi penunjang medis yang dibedakan menjadi lima bagian, yaitu: (1) Instalasi radiologi, (2) instalasi farmasi, (3) instalasi laboratorium klinik, (4) Instalasi gizi, dan (5) instalasi perawatan sarana rumah sakit. Kegiatan pelayanan instalasi tahun 2008, rata-rata mengalami kenaikan karena pada tahun tersebut pihak rumah sakit menambah fasilitas alat medis, sehingga lebih banyak pasien tertangani, kecuali instalasi rawat inap yang mengalami penurunan sebesar 4.6%. Lain halnya yang terjadi pada tahun 2009, hanya instalasi rawat inap yang mengalami kenaikan sebesar 21.2% dan pada tahun 2010, hanya instalasi penunjang medis yang mengalami penurunan sebesar 2%, sementara kegiatan pelayanan instalasi lainnya mengalami kenaikan. Rumah Sakit Umum Bina Sehat melaksanakan proses penganggaran setiap akhir tahun dengan prosedur, setiap bidang yang ada dalam struktur organisasi Rumah Sakit Umum Bina Sehat membuat lampiran kebutuhan tiap bidang yang terdiri dari pengajuan barang dan alat dan pengajuan biaya lainnya. Pengajuan barang dan alat dan pengajuan biaya lainnya yang dituangkan dalam lampiran kebutuhan dari setiap bidang tersebut dirapatkan oleh manajer setiap bidang beserta jajaran direksi. Apabila anggaran biaya dan pendapatan dari setiap bidang tersebut telah disetujui direksi, rincian biaya dan anggaran pendapatan dan belanja yang dibuat oleh setiap bidang tersebut diserahkan kepada sekretariat (yang sementara ditangani oleh bagian SDM) untuk dikolektifkan dalam Program Kerja dan Rencana Anggaran dan Belanja Rumah Sakit Umum Bina Sehat sebagai bentuk dari umpan balik anggaran yang selanjutnya dapat digunakan sebagai standar untuk menetapkan reward and punishment.

10 Dalam tujuan menentukkan anggaran, Rumah Sakit Umum Bina Sehat memberikan range longgar dan mudah dicapai, namun dalam realisasinya hal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi keuangan rumah sakit, misal dalam tahun sebelumnya kondisi keuangan rumah sakit sedang baik, maka anggaran pendapatan biaya pada tahun berikutnya dinaikkan sekitar 5%-10%, dan apabila kondisi keuangan rumah sakit kurang baik, biasanya jumlah anggaran biaya dan pendapatan dikurangi dari anggaran tahun sebelumnya sekitar 5%-10%. Kesulitan yang dihadapi oleh Rumah Sakit Umum Bina Sehat dalam proses penganggaran adalah dalam menentukan biaya standar dari pembelanjan alat-alat medis yang tidak bisa dengan mudah diketahui. Adanya keterlambatan pembayaran tagihan rumah sakit dari pasien dan kontraktor juga menjadi salah satu kesulitan yang dihadapi pihak rumah sakit. Hal yang sebelumnya tidak dianggarkan pun terkadang muncul sebagai pengeluaran tidak terduga, seperti pada tahun 2010, terdapat pengadaan jaringan komputerisasi yang harganya mahal dan tidak dianggarkan, namun dalam kaitan peningkatan mutu rumah sakit, di samping usaha pembenahan pelayanan, pengembangan sarana dan prasarana, penambahan peralatan maupun penggantian alat yang sudah mencapai umur ekonomis juga harus diiringi dengan peningkatan ilmu pengetahuan SDM sebagai pelaksana agar dapat mengimbangi kemajuan IPTEK agar dapat bersaing dengan rumah sakit lainnya. Berdasarkan pengendalian biaya, Rumah Sakit Umum Bina Sehat mengadakan evaluasi pendapatan dan belanja anggaran yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali, yaitu April, Juli, Oktober, dan Desember, yang

11 melibatkan seluruh instalasi yang diwakili oleh setiap kepala instalasi dan direksi rumah sakit. Penelitian mengenai Pengaruh Budgetary Goal Characteristics Terhadap Kinerja Manajerial oleh Ida Ayu Mas May Murthi dan I Ketut Sujana (2008), yaitu meneliti besarnya pengaruh Budgetary Goal Characteristics Terhadap Kinerja Manajerial dengan Budaya Pathernalistik dan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderating terhadap Kinerja Manajerial Rumah Sakit Pemerintah di Kota Denpasar. Hasilnya menunjukkan bahwa budgetary goal characteristics tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, komitmen organisasi pun tidak mampu memperkuat pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial, sementara itu budaya pathernalistik mampu memperlemah budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial Rumah Sakit Pemerintah di Kota Denpasar. Namun hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Munawar (2006) dalam Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Perilaku, Sikap, dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kupang membuktikan bahwa karakteristik tujuan anggaran berpengaruh secara serentak terhadap Kinerja. Hasil penelitian yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa hasil temuan mereka tidak konsisten antara satu dengan lainnya. Govindarajan (1986a; Nor, 2007) mengungkapkan bahwa pendekatan kontijensi (contingency approach) dapat dipergunakan untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai penelitian tersebut. Pendekatan ini memberikan suatu gagasan bahwa sifat hubungan yang ada antara budgetary goal characteristics dan kinerja manajerial mungkin berbeda

12 pada setiap kondisi. Salah satu variabel kondisional tersebut adalah variabel moderating. Variabel komitmen organisasi adalah salah satu variabel yang dapat memoderating hubungan antara budgetary goal characteristics dan kinerja manajerial. Komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan sendiri (Weiner dalam Coryanata, 2004:619; Kadek Juli Suardana dan I Ketut, 2009). Kecukupan anggaran tidak hanya secara langsung meningkatkan prestasi kerja, tetapi juga secara tidak langsung (moderating) melalui komitmen organisasi. Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula. (Randall,1990; Nouri dan Parker (1998); dan Sumarno, 2005). Penelitian tentang budgetary goal characteristics telah beberapa kali dilakukan, berikut ini akan digambarkan persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu:

13 Tabel 1.5 Tabel Penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Penelitian Ini No Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan 1. Ida Ayu Mas May Pengaruh Budgetary Persamaan penelitian Perbedaan penelitian Murthi dan I Ketut Goal Characteristics ini dengan penelitian ini dengan penelitian Sujana(Jurnal Terhadap Kinerja yang akan dilakukan yang akan dilakukan Akuntansi Manajerial pada adalah mencoba adalah penelitian Universitas Udayana, Rumah Sakit menganalisis diadakan di rumah 2008) Pemerintah di Kota karakteristik tujuan sakit milik swasta Denpasar anggaran di sebuah rumah sakit. 2. Munawar Pengaruh Persamaan penelitian Perbedaan penelitian (Simposium Nasional Karakteristik Tujuan ini dengan penelitian ini dengan penelitian Akuntansi 9 Padang, Anggaran Terhadap yang akan dilakukan yang akan dilakukan 2006) Perilaku, Sikap, adalah mencoba adalah penelitian yang Kinerja Aparat meneliti pengaruh dilakukan Pemerintah Daerah karakteristik tujuan menggunakan variabel Kabupaten Kupang anggaran terhadap moderating komitmen kinerja pada organisasi sebagai organisasi sektor faktor penguat atau publik. pelemah pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap kinerja manajerial yang ada di rumah sakit 3. Andarias Bangun Pengaruh Partispasi Persamaan penelitian Perbedaan penelitian (Thesis Sekolah Dalam Penyusunan ini dengan penelitian ini dengan penelitian Pasca Sarjana Anggaran, Kejelasan yang akan dilakukan yang akan dilakukan Universitas Sumatera Sasaran Anggaran adalah mencoba adalah penelitian yang Utara, 2009) dan Struktur meneliti dimensi dilakukan meneliti Desentralisasi pengaruh seluruh dimensi Terhadap Kinerja karakteristik tujuan karakteristik tujuan Manajerial SKPD anggaran terhadap anggaran yang dengan Pengawasan kinerja pada dikemukakan Kenis Internal Sebagai organisasi sektor (1979) menggunakan Variabel publik. variabel moderating Pemoderating (Studi komitmen organisasi Kasus Pada sebagai faktor penguat Pemerintah atau pelemah pengaruh Kabupaten Deli karakteristik tujuan Serdang) anggaran terhadap kinerja manajerial yang ada di rumah sakit

14 Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Budgetary Goal Characteristics Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating. 1. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka penulis mengemukakan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial pada Rumah Sakit Umum Bina Sehat Bandung? 2. Bagaimana pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial dimoderasi oleh komitmen organisasi pada Rumah Sakit Umum Bina Sehat Bandung? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1. 3. 1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan meneliti Pengaruh Budgetary Goal Characteristics Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Bina Sehat Bandung). 1. 3. 2 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

15 1. Mengetahui bagaimana pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial pada Rumah Sakit Umum Bina Sehat Bandung. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial dimoderasi oleh komitmen organisasi pada Rumah Sakit Umum Bina Sehat Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian mengenai Pengaruh Budgetary Goal Characteristics Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Bina Sehat Bandung) ini diharapkan berguna dan bermanfaat bagi pihak Rumah Sakit Umum Bina Sehat berupa dasar dan pertimbangan kinerja dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan partisipasi, kejelasan sasaran, kesulitan sasaran, evaluasi dan umpan balik anggaran, juga dapat mengetahui seberapa besar komitmen para manajer dalam organisasi Rumah Sakit tersebut. Adapun harapan dari manfaat dan kegunaan penelitian ini bagi akademis diharapkan dapat mengkaji dan membandingkan teori yang diperoleh mengenai karakteristik sasaran anggaran (budgetary goal characteristics) dan kinerja manajerial dengan praktik yang terjadi di lapangan. Diharapkan juga dapat memberikan referensi untuk penelitian dengan topik yang sama.