BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan konsumsi air

BAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus )

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

I. PENDAHULUAN. Salah satu ikan air tawar yang terus dikembangkan di Indonesia yaitu ikan mas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika atau klasifikasi lele dumbo menurut Saanin (1984/1995)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari Taiwan (Clarias. beradaptasi terhadap lingkungan (Pamunjtak, 2010).

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan komoditas perikanan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984; 1995) adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan pemeliharaan ikan lele dumbo (C. gariepinus) secara

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok memiliki daun bergaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Widyastuti, et.al.,2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun Keunggulan lele

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

II. TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI VAKSIN POLIVALEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi dalam usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo (C. gariepinus). Ikan ini memiliki pertumbuhan yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1968,1984) sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

I. PENDAHULUAN. terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia. Ikan mas atau yang juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

PAKAN SEBAGAI IMUNOSTIMULAN UNTUK MENINGKATKAN RESPONS IMUN NON SPESIFIK IKAN LELE DUMBO

Tingkat Kelangsungan Hidup

Oleh: Ary Andini. Lokasi: Desa Kedung Banteng, Tanggulangin, Sidoarjo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984/1995) adalah sebagai

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele dumbo (Krisnawan, 2011): Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies Nama Daerah : Animalia : Chordata : Pisces : Ostariophysi : Claridae : Clarias : Clarias gariepinus : Lele Dumbo, Keli/Keeling, Pintat, dan Kalang. Gambar 2.1. Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 6

7 2.1.2. Morfologi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya menjadi loreng seperti mozaik hitam putih. Mulut lele relatif lebar, yaitu sekitar seperempat dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya dari lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba untuk mencari makan (Simanjuntak, 1996). Bentuk tubuh lele dumbo yaitu memanjang, bentuk kepala pipih, dan tidak bersisik. Mulut lele dumbo terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu 1 pasang sungut hidung, 1 pasang sungut maksilan (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Lele dumbo mempunyai 5 sirip yaitu sirip ekor, sirip punggung, sirip dada, dan sirip dubur. Pada sirip dada jarijarinya mengeras yang berfungsi sebagai patil, tetapi pada lele dumbo patil lemah dan tidak beracun. Selain bernafas dengan insang, lele dumbo juga mempunyai alat pernafasan tambahan (arborecent) yang terletak pada insang bagian atas. Arborencent berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah (Najiyanti, 1992 dalam Rustidja, 2004). 2.1.3. Habitat Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) Lingkungan hidup lele dumbo adalah semua perairan air tawar, sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang

8 seperti danau, waduk, telaga, rawa, serta genangan-genangan kecil seperti kolam (Suyanto, 2007). Parameter kualitas air yang paling banyak berperan dalam pertumbuhan dan kelulushidupan organisme air di antaranya yaitu suhu, ph, oksigen terlarut, dan amoniak (Purnomo, 2006 dalam Hastuti et al., 2008). Ikan lele dumbo dapat hidup pada suhu 20 C, untuk suhu optimal antara 25-28 C, sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-30 C. Derajat keasaman (ph) yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele dumbo adalah 6,5 8,0 (Rukmana 2003 dalam Hastuti et al., 2008). 2.1.4. Pakan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Pemberian pakan selain komposisi perlu juga diperhatikan mengenai bentuk pakan, banyaknya pakan yang diberikan setiap harinya, dan frekuensi pemberian pakan, karena keempat hal tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan (Fatmawati, 2002). Pakan ikan adalah campuran dari berbagai bahan pangan (biasa disebut bahan mentah), baik nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah dimakan dan sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan. Dengan kata lain, pakan ikan adalah makanan yang khusus dibuat atau diproduksi agar mudah dan tersedia untuk dimakan dan dicerna dalam proses pencernaan ikan sehingga menghasilkan energi yang dapat dipergunakan untuk aktivitas hidup. Kelebihan energi yang dihasilkan akan digunakan untuk pertumbuhan (Djarijah, 2005).

9 2.2. Bakteri Aeromonas hydrophila Aeromonas merupakan bakteri yang berbentuk seperti batang, bersifat Gram negatif, dapat hidup dengan atau tanpa oksigen (fakultatif aerobik), tidak berspora, bergerak aktif karena mempunyai satu flagel (motil), senang hidup di lingkungan dengan suhu 15-30 o C dan ph 5,5-9. Bakteri ini umumnya hidup di air tawar, terutama yang mengandung bahan organik tinggi (Afrianto dan Liviawaty, 2009). Bakteri A. hydrophila menyebabkan penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) dan dapat menginfeksi ikan terutama pada kondisi ikan stres atau bergabung dengan patogen lainnya sebagai penginfeksi sekunder (Harikrishnan dan Balasundaram, 2005 dalam Mulia, 2012). 2.3. Penyakit Ikan Timbulnya penyakit atau sakit pada ikan sangat dipengaruhi oleh kondisi tubuh ikan itu sendiri dan cara penyerangan dari parasit. Parasit merupakan organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dan merugikan organisme yang ditempatinya (Sutisna dan Sutarmanto, 1995). Ditinjau dari serangan parasit pada hospes dikenal ada ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit menyerang organ tubuh luar ikan (sirip, kulit, insang, operkulum, hidung, dan rongga mulut) dan endoparasit menyerang organ tubuh dalam (sistem peredaran darah, sistem syaraf, dan sistem pencernaan) (Sachlan, 1972 dalam Sutisna dan Sutarmanto, 1995).

10 Aeromonas dapat menyerang semua jenis ikan air tawar, dan jenis penyakitnya disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering juga disebut Hemorrhage Septicemia. Serangan bakteri ini baru dilihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stress yang disebabkan oleh penurunan kualitas air, kekurangan pakan atau penanganan yang kurang cermat (Afrianto dan Liviawaty, 2009). Penularan bakteri Aeromonas dapat langsung melalui air, dengan kontak badan, kontak dengan peralatan yang sudah tercemar, atau karena pemindahan ikan yang terserang Aeromonas dari satu tempat ke tempat lain. Ikan yang terserang Aeromonas akan menunjukkan gejala dengan warna tubuhnya berubah menjadi gelap, kulitnya menjadi kasar, dan timbul pendarahan yang selanjutnya akan menjadi borok (hemorrhage), sehingga kemampuan untuk berenangnya menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena insangnya rusak sehingga sulit bernafas, terjadi pendarahan pada organ bagian dalam (hati, ginjal maupun limpa), serta terlihat perutnya agak kembung (dropsi), seluruh siripnya rusak dan insangnya menjadi berwarna keputih-putihan, mata rusak dan agak menonjol (exopthalmia) (Afrianto dan Liviawaty, 2009). Penyakit ikan mudah sekali ditularkan dari satu ikan ke ikan lainnya karena media hidup ikan adalah air. Penyakit ikan dapat ditularkan melalui insang dan kulitnya. Ikan lele dumbo yang dipelihara pada kondisi yang optimal pada umumnya dapat tahan terhadap serangan virus, bakteri, dan parasit. Ikan lele dumbo akan peka terhadap kualitas pakan yang buruk,

11 penanganan ikan secara kasar, serta lingkungan perairan yang kurang mendukung yang akan meningkatkan terjadinya stres. Ikan yang menderita stres atau penyakit seringkali dapat dikenal dari perilaku yang tidak normal, seperti sirip rontok, mata menonjol, insang pucat, insang rontok, bintik-bintik putih kemerahan pada insang, bintik-bintik putih pada kulit, luka pada daging, pendarahan dan bengkak pada anus, dan lain-lain (Afrianto dan Liviawaty, 2011). 2.4. Mekanisme Tanggap Kebal Tubuh Ikan Tanggap kebal dapat dikatakan terdiri dari tiga tipe umum, yaitu : tanggap kebal humoral, tanggap kebal yang berperantara sel dan toleransi (Tizard, 1982). Pada tanggap kebal humoral, zat yang menyebabkan kekebalan dapat ditemukan dalam sel darah. Faktor yang terdapat dalam serum yang dapat memberikan kekebalan dengan cara ini disebut antibodi. Antibodi biasanya hanya berikatan khusus dengan antigen yang merangsang pembentukannya. Antibodi berfungsi menetralisasikan toxin (antigen) agar tidak bersifat toksik. Dengan proses netralisasi ini maka antibodi akan melindungi hewan dari efek yang mematikan. Apabila antigen memasuki tubuh, maka hal pertama yang terjadi adalah antigen akan dijerat sedemikian rupa sehingga dapat diketahui sebagai bahan asing. Selanjutnya informasi ini akan dikirim ke sistem pembentuk antibodi atau ke sistem kebal berperantara sel. Sistem ini segera menanggapi dengan membentuk antibodi khusus dan /atau sel yang mampu

12 menyingkirkan antigen. Sistem kebal juga harus menyimpan ingatan tentang kejadian ini, sehingga pada paparan berikutnya dengan antigen yang sama tanggapannya akan jauh lebih efisien. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut: Bahan asing Diambil Kekebalan Perantara 1. sel Sel peka antigen Toleransi Berhenti Produksi antibodi Penyingkiran 2. Antigen Berhenti Gambar 2.2. Mekanisme tanggap kebal tubuh ikan (Tizard, 1982). 2.5. Vaksinasi Vaksin adalah organisme yang menyebabkan penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksinasi adalah pemberian antigen (vaksin) pada hewan dengan maksud untuk merangsang tanggap kebal protektif (Tizard, 1982). Vaksin dibuat dari antigen yang berasal dari organisme pathogen yang dilemahkan sampai tidak pathogen (Ellis, 1988).

13 Vaksinasi merupakan cara yang efektif dan efisien untuk menanggulangi penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) (Kamiso et al., 1998 dalam Mulia et al., 2007). Vaksinasi merupakan upaya membangkitkan imunitas spesifik sehingga terbentuk antibodi dan sel-sel memori. Semakin sering dilakukan vaksinasi semakin banyak pula jumlah sel memori yang terbentuk (Hafsah, 1994 dalam Aprila, 2008). Vaksinasi dengan vaksin sel debris sel A. hydrophila yang dibooster 1-3 kali dengan interval satu minggu meningkatkan titer antibodi lele dumbo (Clarias gariepinus) (Mulia, 2007). 2.6. Vaksin Polivalen Berdasarkan jumlah antigen, vaksin dibedakan menjadi 2 yaitu vaksin monovalen dan vaksin polivalen. Vaksin polivalen merupakan vaksin yang mempunyai beberapa antigen/epitope yang dibuat menggunakan beberapa isolat bakteri (Tizard, 1982). Vaksin polivalen disebut juga vaksin multivalen (Mulia, 2012). Vaksin polivalen Vibrio telah diujicobakan pada ikan kerapu macan di keramba jaring apung (Setiawan, 2006). Hasil uji cobanya menunjukkan bahwa sintasan ikan yang diberi vaksin mencapai 79,5% dan yang tidak diberi vaksin sebesar 57,6%. Vaksin polivalen A. hydrophila efektif dalam mengendalikan penyakit MAS pada gurami selama uji lapang dan vaksinasi secara rendaman direkomendasikan sebagai suatu cara vaksinasi yang baik dan efektif untuk diterapkan di lapangan (Mulia et al., 2010).

14 2.7. Adjuvant Adjuvant diperoleh dari kata kerja latin adjuvare, yang berarti untuk membantu atau menopang (Vogel, 2000 dalam Aprila, 2008). Adjuvant yaitu bahan yang dapat menambahkan respons kekebalan dalam tubuh. Adjuvant dapat digambarkan sebagai suatu unsur yang apabila disatukan ke dalam vaksin, dapat mempercepat, memperpanjang tanggapan kebal terhadap antigen. Keuntungan penggunaan adjuvant untuk mengoptimalkan respon imun, untuk meningkatkan respon imun, untuk meningkatkan imunogenitas dari imunogen lemah (Aprila, 2008). Penggunaan adjuvant bertujuan untuk meningkatkan imunogenitas vaksin, karena adjuvant merupakan suatu bahan yang berfungsi memperlambat pengeluaran antigen dalam tubuh, sehingga menyebabkan efek pemberian vaksin dalam tubuh menjadi lebih tahan lama (Tizard, 1982; Retmonojati, 2007 dalam Aprila, 2008). Dosis optimal adjuvant alumunium potassium sulfat pada vaksin pada vaksin polivalen vibrio adalah 2 ppm, sedangkan dosis optimal adjuvant alumunium hidroksida adalah 6 ppm (Retmonojati, 2007). 2.8. Vitamin C Vitamin C adalah agen pereduksi. Hidroksilasi dan reduksi merupakan reaksi yang berhubungan dengan fungsi vitamin C. Dalam reaksi hidroksilasi lisin dan prolin, vitamin C berfungsi sebagai co-faktor. Lisin dan prolin merupakan komponen jaringan konektif yang merupakan dasar

15 struktural anatomi hewan multisel (Mulia, 2012). Vitamin C dapat meningkatkan ketahanan rainbow trout (Oncorhyncus mykiss) terhadap virus infectious hematopoetic (IHNV). Selain meningkatkan antibodi, vitamin C yang memadai juga meningkatkan aktivitas Cell Mediated Immunity (CMI) atau faktor-faktor spesifik lainnya (Mulia, 2012). Johny dan Roza (2007) menggunakan kombinasi vitamin C dengan imunostimulan (1000 mg vitamin C + 1 ml bakterin/kg pakan) untuk meningkatkan imunitas benih ikan kerapu lumpur. Mudjiutami et al. (2008), menggunakan vitamin C dan imunostimulan untuk meningkatkan daya tahan tubuh lele dumbo terhadap serangan penyakit. 2.9. Kualitas Air Kualitas air adalah variabel-variable yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan lele dumbo (C. gariepinus). Variabel tersebut dapat berupa sifat fisika, kimia dan biologi air. Sifat fisika meliputi suhu, kekeruhan dan warna air. Sifat kimia air adalah kandungan oksigen, karbondioksida, amoniak, dan alkalinitas. Sifat biologi meliputi jenis dan jumlah binatang air, seperti plankton yang hidup di suatu perairan (Krisnawan, 2011). Kualitas air yang baik adalah yang dapat diterima ikan dan tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ikan, penetasan telur, dan kehidupan ikan (Zonneveld et al., 1991). Sebagian besar ikan air tawar yang dibudidayakan dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan perairan dengan ph antara 6,5-7,5, sedangkan

16 untuk ikan air laut yaitu ph 8,3. Pada ph antara 4-5 ikan tidak dapat bereproduksi dan bahkan dapat mengalami kematian (Afrianto dan Liviawaty, 1994 dalam Handayani, 2011). 2.9.1. Suhu Suhu merupakan salah satu parameter air yang sangat berpengaruh pada kehidupan ikan. Suhu merupakan faktor fisika yang mempengaruhi aktivitas fisika dan kimia di dalam suatu perairan. Suhu juga mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen, kekentalan atau viskositas air, distribusi mineral dalam air, serta kandungan oksigen yang terlarut. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan lele dumbo berkisar antara 25-30 0 C. Pada kisaran ini konsumsi oksigen dapat mencapai 2,2 mg/g berat tubuh per jam. Pada suhu antara 18-25 0 C, ikan lele dumbo masih dapat bertahan hidup tetapi nafsu makannya sudah mulai menurun. Pada suhu antara 12-18 0 C sudah mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu kurang dari 12 0 C ikan akan mati kedinginan (Bachtiar, 2007). 2.9.2. Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) merupakan logaritma negatif dari suatu konsentrasi ion hidrogen yang lepas dari suatu cairan. Besarnya nilai ph pada kebanyakan suatu perairan adalah 4 sampai 9. Derajat keasaman (ph) air dapat mempengaruhi tingkat kesuburan suatu perairan karena dapat mempengaruhi kehidupan pada jasad renik.

17 Menurut Lesmana (2001) adanya ph yang rendah dapat menyebabkan daya racun dan amoniak menjadi lebih tajam. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2007), ikan air tawar yang dibudidayakan sebagian besar mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan perairan yang mempunyai ph antara 6,5-7,5 sedangkan untuk ikan laut dengan ph 8,3. Pada perairan dengan ph 4-5 ikan tidak dapat bereproduksi bahkan dapat mengalami kematian. 2.9.3. Oksigen Terlarut (DO) Konsentrasi oksigen terlarut dalam air berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Untuk dapat digunakan oleh organisme air, maka oksigen berada dalam posisi terlarut di dalam air. Oksigen digunakan oleh ikan dalam pembakaran bahan makanan yang akan menghasilkan suatu energi yang digunakan dalam beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi, dan sebagainya. Apabila oksigen di dalam suatu perairan itu kurang maka akan mempengaruhi kehidupan ikan dan pertumbuhan ikan (Zonneveld et al., 1991). Menurut Mulyanto (1992) Konsentrasi oksigen yang optimal bagi budidaya ikan yaitu berkisar antara 5-7 ppm. Kisaran 1,0-4,9 ppm mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ikan. Ikan masih dapat bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm, tetapi nafsu makannya cenderung rendah bahkan tidak memiliki nafsu makan, sehingga pertumbuhan ikan menjadi terhambat (Afrianto dan Liviawaty, 1994).