Analisis DEM SRTM untuk Penilaian Kesesuaian Lahan Kopi dan Kakao: Studi Kasus di Kabupaten Manggarai Timur. Ari Wahono 1)

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS KOPI ARABIKA DI KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah

RANCANGAN POLA PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA DANGKAL BERDASARKAN DATA GEOSPASIAL PADA DAERAH IRIGASI POMPA III NAGARI SINGKARAK

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

12. DAERAH ALIRAN SUNGAI

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

III. BAHAN DAN METODE

- Sumber dan Akuisisi Data - Global Positioning System (GPS) - Tahapan Kerja dalam SIG

BAB II METODE PENELITIAN

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pemanfaatan Analisa Spasial Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Jarak Pagar (Studi Kasus: Kabupaten Sumenep Daratan)

EKSTRAKSI MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI WILAYAH KOTA PEKANBARUUNTUK ANALISIS HIDROGRAF SATUAN SINTETIK

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

III. BAHAN DAN METODE

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

III. BAHAN DAN METODE

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

STUDI PERKIRAAN JALUR ALIRAN AIR AKI MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT LANDSAT DAN SRTM

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah: Sistem Informasi Geografi. Oleh: Purwanto, S.Pd., M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7.6 Faktor Pembatas BAB III METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat Bahan Lokasi Penelitian...

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

III. METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... iii. INTISARI... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR...

KOMPONEN VISUALISASI 3D

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB IV METODE PENELITIAN

Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL DEBIT ALIRAN PERMUKAAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

Oleh: Alfian Sukri Rahman Dosen Pembimbing: Ir. Yuwono, MT Udiana WD, ST, MT

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pemrosesan Data DEM. TKD416 Model Permukaan Digital. Andri Suprayogi 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

III. METODE PENELITIAN

PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN LAHAN TAMBAK GARAM DI PESISIR UTARA KABUPATEN PAMEKASAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG

MATERI DAN METODE. Prosedur

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

dalam ilmu Geographic Information (Geomatics) menjadi dua teknologi yang

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

Paramukti Murwibowo Totok Gunawan

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

PENGGUNAAN DATA PENGINDERAAN JAUH DALAM ANALISIS BENTUKAN LAHAN. Abstrak

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAGUNG DI MADURA DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

METODE. Waktu dan Tempat

KATA PENGANTAR. Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi dengan

PEMBUATAN DIGITAL ELEVATION MODEL (DEM) DENGAN KETELITIAN PIXEL (10 METER X 10 METER) SECARA MANUAL DI SUB-DAS RAWATAMTU

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

Analisis DEM SRTM untuk Penilaian Kesesuaian Lahan Kopi dan Kakao: Studi Kasus di Kabupaten Manggarai Timur Ari Wahono 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Kesesuaian lahan pada sektor pertanian memiliki peran penting dalam mendukung produksi komoditas termasuk kopi dan kakao. Saat ini, penilaian kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan menggunakan Digital Elevation Model (DEM) yang diperoleh melalui satelit yang dikenal dengan SRTM. Dengan bantuan software Arcgis 9.3, telah diperoleh hasil analisis kesesuaian lahan pengembangan kopi dan kakao di Kabupaten Manggarai Timur. Digital Elevation Model (DEM) merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk menggambarkan bentuk permukaan bumi sehingga dapat divisualisasikan ke dalam bentuk tiga dimensi 1) karena DEM mampu membuat data topografi. Data DEM dapat diperoleh melalui pesawat atau setelit yang melakukan misi di luar angkasa, salah satunya adalah SRTM (Shuttle Radar Topographic Mission). Data DEM SRTM dalam dunia tata ruang memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan informasi geografis karena data DEM SRTM mampu mengidentifikasi kontur suatu wilayah, lereng dan elevasi. Kegunaan lainnya adalah untuk menduga kesesuaian lahan suatu wilayah bagi komoditi tertentu. Pada sub sektor perkebunan kopi dan kakao, DEM SRTM telah digunakan untuk melakukan pendugaan kesesuaian lahan di Kabupaten Manggarai Timur. DEM SRTM resolusi 90 m x 90 m Kabupaten Manggarai Timur >> 6

Peta administrasi Kabupaten Manggarai Timur Tahapan Pendugaan Kesesuaian Lahan Terdapat lima tahap dalam pendugaan kesesuaian lahan dengan menggunakan DEM SRTM dengan mengaplikasikan perangkat lunak Arcgis 9.3. Tahap Pertama adalah melakukan koreksi geometrik peta kawasan yang akan digunakan sehingga diperoleh peta obyek dalam bentuk raster/gambar yang sudah tergeoreferensi. Selanjutnya, melakukan digitasi peta raster tersebut untuk diperoleh kawasan obyek dalam bentuk vektor polygon. Tahap kedua dilakukan klasifikasi elevasi pada data DEM SRTM di kawasan obyek sesuai dengan prasyarat tumbuh tanaman kopi dan kakao (data dalam bentuk raster/gambar). Selanjutnya, data raster yang sudah memiliki informasi elevasi tersebut dikonversi ke dalam bentuk vektor polygon untuk digunakan dalam analisis yang lebih lanjut. Tahap ketiga adalah mengekstraksi data DEM SRTM untuk memperoleh data raster yang mempunyai informasi lereng (slope). Selanjutnya, data tersebut direklasifikasi sesuai dengan prasyarat tumbuh kopi dan kakao untuk tingkat 7 << kelerengan lahan. Data lereng dalam bentuk raster tersebut dikonversi kedalam format vektor polygon. Tahap keempat melakukan overlay pada ketiga data vektor; yaitu peta lokasi/areal, peta elevasi dan peta lereng. Tujuannya untuk memperoleh data vektor yang telah memiliki informasi elevasi dan lereng sesuai lokasi. Tahap kelima adalah menyesuaikan atribut kelas lahan berdasarkan elevasi dan lereng sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kopi dan kakao (S1, S2, S3 dan N) yang dipadukan dengan peta curah hujan. Akhirnya, diperoleh peta kesesuaian lahan kopi dan kakao berdasarkan elevasi, kelerengan dan curah hujan. Pendugaan Kesesuaian Lahan Pengembangan Kopi Robusta dan Arabika Data SRTM yang telah diproses akan menghasilkan output berupa data peta yang dilengkapi informasi elevasi, kemiringan lereng, dan curah hujan sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kopi Robusta, kopi Arabika dan kakao. Data tersebut digunakan sebagai dasar penilaian kesesuaian lahan.

Peta curah hujan Kabupaten Manggarai Timur hasil pengolahan menggunakan perangkat lunak Arcgis 9.3. Hasil olah dari peta elevasi (t), peta lereng (s) dan peta curah hujan (c) menggunakan software Arcgis 9.3. menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman kopi dan kakao di Kabupaten Manggarai Timur disajikan secara rinci sebagai berikut: >> 8

Kesesuaian lahan kopi Robusta S1 12.027,5 5,2 S2c 8.163,9 3,5 S2s 10.884,6 4,7 S2sc 4.468,6 1,9 S2t 24.098,1 10,4 S2tc 11.010,3 4,8 S2ts 7.964,8 3,4 S2tsc 4.276,1 1,8 S3c 8.720,7 3,8 S3s 7.996,6 3,5 S3sc 775,8 0,3 S3t 21.939,7 9,5 S3tc 4.746,5 2,0 S3ts 2.203,8 1,0 S3tsc 131,2 0,1 Nc 8.968,1 3,9 Ns 5.395,2 2,3 Nsc 2.224,6 1,0 Nt 78.241,1 33,8 Nts 7.327,8 3,2 Keterangan: t (elevasi), c (curah hujan), dan s (lereng). Berdasarkan kriteria teknis, tanaman kopi Robusta tidak direkomendasikan ditanam di atas ketinggian 700 m dpl. Berdasarkan hasil pencitraan, kesesuaian lahan untuk kopi Robusta di termasuk dalam kategori Nt (tidak sesuai karena faktor pembatas ketinggian/elevasi) seperti tercantum pada Tabel di atas. Luas lahan yang berpotensi untuk budidaya kopi Robusta di termasuk ke dalam kelas lahan S2t, yaitu lahan dengan faktor pembatas ketinggian antara 100 300 dan 500 600 m dpl. Lahan yang termasuk dalam kategori sangat cocok ditanami kopi Robusta tanpa faktor pembatas (S1) hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 5,2% dari total areal. Kelas lahan S1 tersebar di bagian utara dan selatan wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Di bagian utara, lahan S1 membentang mulai dari wilayah barat sekitar Desa Nampartabang sampai di wilayah timur yaitu Desa Gololijun. Di bagian selatan Kabupaten Manggarai Timur, kelas lahan S1 tersebar mulai dari wiayah barat yaitu Desa Beangencung, Ronggakoe sampai di wilayah timur Desa Gunungmute. Menurut kriteria teknis kopi Arabika, lahan dengan ketinggian antara 0 650 dan di atas 2.000 m dpl sudah tidak sesuai untuk budidaya kopi Arabika. Berdasarkan hasil pencitraan, potensi pengembangan kopi Arabika di Kabupaten Manggarai Timur dengan kelas kesesuaian lahan tingkat S1 (tanpa faktor pembatas) hanya seluas 0,4% dari total luas areal. Lahan tersebut berada di kawasan pegunungan dengan ketinggian antara 1.000 1.500 m dpl. Kelas lahan S1 untuk kopi Arabika tersebar di Desa Golotalang dan sekitarnya, serta sebagian kecil di wilayah utara tepatnya di sekitar Desa Golomunga. Potensi lahan untuk pengembangan kopi Arabika yang lain adalah lahan dengan kelas S3c (faktor pembatas iklim/curah hujan) dan S3t (faktor pembatas ketinggian). Kesesuaian lahan kopi Arabika S1 941,8 0,4 S2c 1.041,1 0,4 S2s 431,3 0,2 S2sc 1.787,0 0,8 S2t 2.735,2 1,2 S2tc 26,7 0,0 S2ts 1.087,4 0,5 S2tsc 2.196,9 0,9 S3c 30.962,9 13,4 S3s 3.378,5 1,5 S3sc 8.241,5 3,6 S3t 27.702,2 12,0 S3tc 1.499,0 0,6 S3ts 4.100,3 1,8 S3tsc 14,9 0,0 Ns 8.106,1 3,5 Nt 121.288,9 52,4 Ntc 9.137,3 3,9 Ntcs 2.269,9 1,0 Nts 4.615,8 2,0 Keterangan: t (elevasi), c (curah hujan) dan s (lereng). 9 <<

Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Kakao Kesesuaian lahan untuk tanaman kakao di termasuk dalam kategori Nt (tidak sesuai karena faktor pembatas ketinggian). Luas lahan dengan kelas Nt untuk tanaman kakao sebesar 41,1% dari total areal. Berdasarkan kriteria teknis, tanaman kakao lindak tidak direkomendasikan untuk ditanam di atas ketinggian 600 m dpl. Potensi pengembangan kakao di Kabupaten Manggarai Timur berdasarkan hasil analisis kajian ini terdapat areal seluas 21.329,6 ha yang termasuk dalam kategori S1 (sangat sesuai). Secara rinci kesesuaian lahan untuk tanaman kakao disajikan seperti pada Tabel. Kelas lahan S1 tersebar di wilayah selatan dan utara. Di bagian selatan membentang mulai dari Desa Beangencung, Nanggalabang, Golokantar, Tanah rata sampai di sekitar Desa Tamo. Di sebelah utara, kelas lahan S1 membentang mulai dari Desa Liangderuk, Golomangung, Lencur, Nangabaras, Nangambaling sampai Desa Gololebo. Kesesuaian lahan kakao di Kabupaten Manggarai Timur S1 21.329,6 9,2 S2c 7.625,9 3,3 S2s 3.761,3 1,6 S2sc 2.150,8 0,9 S2t 8.592,1 3,7 S2tc 5.839,4 2,5 S2ts 4.159,6 1,8 S2tsc 1.784,5 0,8 S3c 6.213,8 2,7 S3s 18.930,0 8,2 S3sc 1.784,9 0,8 S3t 22.800,4 9,8 S3tc 2.572,6 1,1 S3ts 4.789,0 2,1 S3tsc 119,2 0,1 Nc 9.161,8 4,0 Ns 3.787,6 1,6 Nsc 2.242,2 1,0 Nt 95.131,2 41,1 Nts 8.789,1 3,8 Keterangan: t (elevasi), c (curah hujan) dan s (lereng). Penutup Kabupaten Manggarai Timur mempunyai potensi lahan untuk pengembangan kopi Robusta seluas 12.027,5 ha; kopi Arabika seluas 941,8 ha; dan kakao seluas 21.329,6 ha. Data DEM SRTM dapat digunakan untuk menduga kesesuaian lahan kopi dan kakao suatu wilayah, namun untuk meminimalisir kesalahan akibat kesalahan satelit dan gangguan atmosfir pada saat perekaman data, maka diperlukan koreksi radiometrik terhadap citra DEM SRTM. Sumber Pustaka Kustiyo; Y. Manalu; S.H. Pramono & Analisis Ketelitian Ketinggian Data SRTM. Pertemuan Ilmiah Tahunan Mapin XIV. 14 15 September 2005. Surabaya. Manalu, Y.; Kustiyo; IM. Parsa & Surlan. Pembuatan Kontur dari Data DEM SRTM untuk Inventarisasi Sumber Daya Alam. Pertemuan Ilmiah Tahunan Mapin XIV. 14 15 September 2005. Surabaya. Mubekti; A. Rahmadi & S. Ritung. Teknologi Remote Sensing dan GIS untuk Zonasi Komoditas dan Ketersediaan Sumber Daya Lahan. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 8. 124 132. **0** >> 10