BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEK KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI D RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG DILAKUKAN TINDAKAN ENDOSKOPI DI IRNA I RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB III METODE PENELITIAN. Rekapitulasi SHRI :

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/gad),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pasien kanker di dunia setiap tahun selalu meningkat. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. (komprehensif dan holistik) yang berfokus pada kepuasan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

A. PENDAHULUAN Endang Sawitri* Agus Sudaryanto**

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka 6-7% dari

SURVEI PENJUALAN ECERAN

Gunawan*, Noor Hidayah**, Yulisetyaningrum***

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Esophagogastroduodenoscopy atau sering disingkat endoscopy adalah

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Klinik Bhakti Mulya Tangerang merupakan salah satu perusahaan bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan koordinasi yang rasional dari aktivitas. sejumlah individu untuk mencapai beberapa tujuan yang jelas melalui

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran penting dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya memberikan perawatan kepada pasien tetapi juga memberikan konseling dan edukasi kepada pasien, terutama pasien yang akan menjalani tindakan medis. Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang, didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. Sedangkan edukator merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya (Anderson, 2007). Peran perawat sebagai konselor dan educator dapat diwujudkan dengan memberikan komunikasi terapeutik pada pasien yang akan diberikan tindakan medis. Komunikasi terapeutik menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Keliat (2006), merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi, perasaan dan pikiran untuk membentuk keintiman yang terapeutik. Komunikasi terapeutik sangat bermanfaat dalam pelayanan keperawatan. Adapun manfaat komunikasi 1

2 terapeutik menurut Purwanto (2004) yaitu: 1) Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dengan klien melalui hubungan perawat dengan klien. 2) Mengidentifikasi, mengungkap perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan. Proses komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku klien mengatasi masalah yang dihadapi dalam tahap perawatan. Sedangkan pada tahap preventif, kegunaannya adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri klien. Komunikasi terapeutik penting untuk dilakukan kepada setiap pasien sebelum dilakukan tindakan medis, termasuk pada pasien yang akan dilakukan tindakan endoskopi. Tindakan endoskopi adalah untuk mengamati struktur anatomi dan fisiologi saluran pencernaan (traktus digestivus) secara langsung dengan bantuan alat endoskopi beserta asesorisnya. Pengamatan endoskopi pada SCBA (Saluran Cerna Bagian Atas) dikenal dengan istilah esofagogastro-duodenoskopi (EGD), sedangkan endoskopi pada SCBB (Saluran Cerna Bagian bawah) dikenal dengan nama kolonskopi. Tindakan endoskopi biasanya dilakukan terhadap beberapa penyakit seperti dispepsia, disfagia, perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), muntah terus-menerus yang tidak berkurang dengan pemberian obat muntah, sendawa berulang adanya gejala refluks esophagus, konfirmasi abnormalitas/kelainan yang ditemukan pada saat pemeriksaan radiologi, dan penapisan keganasan saluran cerna bagian atas (Webmaster, 2012). Diantara beberapa penyakit di atas, dispepsia merupakan penyakit yang paling banyak

3 dilakukan tindakan endoskopi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lumbantobing, et. all (2008) yang melakukan penelitian dengan judul The Profile of Upper Gastrointestinal Endoscopy in Deli Serdang Hospital. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa indikasi endoskopi SCBA tersering yaitu dispepsia 75,94%, diikuti hematemesis/melena 15,01%, dan indikasi lainnya 6,84%. Hasil studi pendahuluan di IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada tahun 2011 diperoleh data pasien yang dilakukan tindakan endoskopi pada tahun 2011 sebanyak 362 pasien. Jumlah pasien yang dilakukan tindakan endoskopi pada setiap bulannya tampak pada grafik berikut: 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 45 37 39 34 32 27 27 27 25 25 23 21 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Pasien Endoskopi Gambar.1.1: Grafik Jumlah Pasien Endoskopi di di IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011 Berdasarkan grafik di atas jumlah pasien yang dilakukan tindakan endoskopi naik turun pada setiap bulannya dengan jumlah terendah pada bulan Januari dan April sebanyak 25 pasien, sedangkan jumlah tertinggi pada bulan Nopember sebanyak 45 pasien. Keluhan pasien yang dilakukan tindakan endiskopi diantaranya adalah mual dan berkeringat yang dapat dijadikan

4 indikasi pasien mengalami kecemasan. Perawat memiliki peran penting dalam melakukan asuhan keperawatan yang diantaranya meminimalkan kecemasan yang dialami pasien yang akan diberikan tindakan endoskopi. Hasil wawancara dengan 10 pasien yang akan dilakukan tindakan endoskopi sebanyak 7 orang (70%) menyatakan merasa sulit tidur jika mengingat mau dilakukan tindakan endoskopi dan 3 orang (30%) dapat tidur dengan baik karena yakin dengan keberhasilan tindakan endoskopi yang akan dilakukan. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang akan dilakukan tindakan endoskopi mengalami kecemasan dengan gejala susah tidur. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kecemasan Pasien yang Dilakukan Tindakan Endoskopi di IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut Apakah ada hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien yang dilakukan tindakan endoskopi di IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2012?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien yang dilakukan tindakan endoskopi di IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2012.

5 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik pasien yang dilakukan tindakan endoskopi di IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2012 berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan. b. Mengetahui pelaksaan komunikasi terapeutik oleh perawat terhadap pasien yang dilakukan tindakan endoskopi di IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2012. c. Mengetahui tingkat kecemasan pasien yang dilakukan tindakan endoskopi di IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2012. d. Menganalisis hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien yang dilakukan tindakan endoskopi di IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2012. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Dengan adanya penelitian ini peneliti dapat memperoleh pengetahuan tentang efektivitas komunikasi terapeutik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien. 2. Bagi Perawat Menambah informasi dan pengetahuan perawat tentang pemberian komunikasi terapeutik untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien.

6 3. Bagi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Sebagai acuan untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan perawat dalam memberikan komunikasi terapeutik pada pasien yang akan dilakukan tindakan medis. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang komunikasi terapeutik sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu sebagai berikut: 1. Penelitian oleh Yusriati (2008) yang berjudul Hubungan antara komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat dengan tingkat kecemasan pada klien dengan pre operasi mastektomi di Ruang Bedah II RSUD Dr.H. Slamet Martodirdjo Pamekasan. Desain penelitian ini Cross Sectional dengan pendekatan korelasional. Populasi semua pasien pre operasi mastektomi. Sampel terdiri 10 responden, yang direkrut menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan spearman rank. Studi ini menemukan 60% dari operasi klien pra mastektomi memiliki persepsi negatif terhadap komunikasi terapeutik perawat dan 50% memiliki kecemasan yang parah. uji statistic spearman rank menunjukkan adanya korelasi antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan dengan operasi klien pra mastektomi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti terletak pada sampel penelitian yang diteliti, dimana dalam penelitian ini sampelnya adalah pasien Pre Operasi

7 Mastektomi, sedangkan sampel penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pasien yang dilakukan tindakan endoskopi. 2. Penelitian Setiawan (2005) dengan judul Efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen. Jumlah sampel 13 orang dengan teknik pemilihan sampel dengan cara convenience sampling. Data dikumpulkan dari klien dengan menggunakan kuesioner tingkat kecemasan yang diadopsi dari Costello Comrey Depression and Anxiety Scale (CCDAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84,6%% responden mengalami kecemasan ringan dan 15,4% mengalami kecemasan sedang dan tidak ada pasien dengan tingkat kecemasan berat maupun panik sebelum pelaksanaan treatment (komunikasi terapeutik). Setelah pelaksanaan komunikasi terapeutik 92,3% pasien preoperasi tingkat kecemasannya menjadi ringan dan hanya 7,7% tingkat kecemasannya menjadi sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan klien (p = 0,001; α = 0,05). Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah ditujukan pada perawat ruangan agar dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang efektif dalam menurunkan kecemasan klien preoperasi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti sama-sama meneliti hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti terletak pada desain penelitian yang digunakan dan sampel yang diteliti, dimana dalam penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dan sampelnya adalah pasien Pre Operasi, sedangkan desain penelitian yang

8 dilakukan oleh peneliti adalah cross sectional dan sampelnya adalah pasien yang dilakukan tindakan endoskopi. 3. Penelitian oleh Mulyani (2008) yang berjudul Komunikasi dan hubungan terapeutik perawat-klien terhadap kecemasan pra bedah Mayor. Rancangan penelitian kuasi ekspenmen dengan menggunakan rancangan pretest and postest with control group design. Analisis data menggunakan independent t-test dan paired sample t-test. Kesimpulan penelitian yaitu kecemasan klien pada kelompok perlakuan menurun pada hari operasi (postest) dibandingkan dengan saat klien baru masuk ruang rawat inap (pretest). Tindakan komunikasi dan hubungan terapeutik perawat-klien mampu menurunkan kecemasan prabedah mayor pacia aspek fisiologi dan emosional, sementara untuk aspek kognitif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada variabel terikat yang diteliti, yaitu kecemasan pasien. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada rancangan penelitian yang digunakan dan sampel yang diteliti, dimana dalam penelitian ini menggunakan rancangan pretest and postest with control group design dan sampel yang diteliti adalah pasien Pra Bedah Mayor.