BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pada buang air besar perharinya. Berat daily stool dapat melebihi berat normal ratarata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pola buang air besar pada anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. bakteri, virus dan pathogen parasit (Wong, 2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Diare adalah pengeluaran tinja dengan frekuensi yang tidak normal dan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. F DENGAN GANGGUAN GASTROENTERITIS DI BANGSAL MELATI II RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 200 g atau 200 ml/24 jam. Diare merupakan buang air besar encer lebih dari 3 kali

Christopher A.P, S. Ked

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang

EVALUASI PENGOBATAN PASIEN DIARE PEDIATRI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE 2008 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam waktu yang singkat atau kurang dari dua minggu (Spruill and Wade,

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DIARE (GASTROENTRITIS) DENGAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan

BAB II TINJAUAN TEORI. diare yang diakibatkan oleh infeksi,alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja. a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diarrhea berasal dari bahasa Greek, yaitu Dia berarti melalui dan rhien

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH DIARE DAN KONSTIPASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE DI RUANG 2 IBU DAN ANAK RS REKSODIWIRYO PADANG KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seringkali, buang air besar yang berbentuk cair bukanlah diare. Hanya bayi yang

BAB II TINJUAN TEORI

DIARE Oleh: Astrie Rezky Defri Yulianti Intan Farah Diba Angela Juliana Nur Aira Juwita Risna Sri Mayani Syarifa Andiana Tri wardhana Yuvi Zulfiatni

Apa Penyebab Diare? Penyebab diare pada bayi/anak dan dewasa ada yang berbeda. Penulis akan menjelaskan penyebab bayi/anak dan dewasa tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarrea yang berarti mengalir melalui

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN. Sumiyati* dan Siti Susiyanti**

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola

BAB I KONSEP DASAR. bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, angka kejadian anak yang mengalami penyakit tropis cukup tinggi. Hal ini ditunjang oleh kelembaban daerah tropis yang cukup tinggi serta masyarakat yang heterogen dalam hal tingkat sosial ekonomi, maupun pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan yang masih relatife rendah. Penyakit tropis ini umumnya merupakan penyakit infeksi yang mudah menular. Penyakit infeksi ini dapat menyerang dewasa maupun bayi dan balita. Usia bayi dan balita merupakan usia yang rentan untuk menderita suatu infeksi. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang masih belum matang, sehingga anak mudah menderita penyakit tropis. Beberapa penyakit topis yang sering dialami balita antar lain adalah difteri, demam typhoid, DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) dan diare (Nursalam et al., 2005). Diantara berbagai penyakit tersebut, penyakit yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare (Widjaja, 2003) Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak di bawah umur 5 tahun (± 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal (Suraatmaja, 2007). Kematian balita akibat diare masih sangat tinggi di Indonesia. Data SDKI tahun 2003 angka kematian balita SDKI tahun 2003 menunjukkan angka 46 per 1000 kelahiran hidup dan SDKI tahun 2007 menunjukkan angka 44 per 1000 kelahiran hidup, hanya terjadi penurunan 2 point dalam rentan waktu 4 tahun (Depkes RI, 2011). Pada tahun 2006 IR (Insiden Rate) penyakit diare 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Dari survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan prevalensi penyakit diare masih tergolong tinggi (Kemenkes RI, 2011).

2 Penemuan kasus diare di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005 sebesar 44,2%, tahun 2006 sebesar 40,6%, tahun 2007 sebesar 48,1% dan tahun 2008 sebesar 47,8%. Jumlah kasus diare pada Balita setiap tahunnya rata-rata di atas 40 (Depkes RI, 2008). Berdasarkan laporan hasil pengamatan penyakit Puskesmas di Surakarta selama tahun 2009, ditemukan kasus diare sebanyak 14.423 (91,93% dari perkiraan jumlah kasus diare). Dari jumlah tersebut 4.407 diderita oleh balita, sehingga didapatkan cakupan penemuan diare pada balita sebesar 38,11%. Diare menempati urutan ke-5 dari sepuluh besar penyakit sebanyak 3,06% (12.577 kasus) pada tahun 2010 (DKK, 2010). Salah satu faktor penting yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri terhadap kesehatan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap maupun tindakan sehari-hari. Perilaku tersebut merupakan suatu pernyataan bahwa rendahnya cakupan program kesehatan, karena masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap norma hidup sehat. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003). Jika anak mengalami diare, pengetahuan yang dimiliki oleh ibu akan mempengaruhi tindakan yang juga akan mempengaruhi perjalanan penyakitnya. Faktor pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tindakan ibu terhadap pencegahan dan pengobatan diare. Hasil survey yang dilakukan di Puskesmas Gonilan Kartasura, masyarakat yang mengalami diare selama tahun 2010 sebanyak 236 pasien dan selama tahun 2011 sebanyak 243 pasien (Survey Peneliti, 2012). Dari data tersebut prevalensi penyakit diare cenderung meningkat. Adanya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu terhadap penyakit diare dapat meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat menurunkan angka kejadian diare. Pengetahuan ibu tentang penyakit diare dapat membuat ibu lebih waspada terhadap penyakit diare sehingga ibu dapat melakukan pencegahan dan pengobatan pada anak yang terserang diare. Oleh karena itu maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap tindakan pencegahan dan pengobatan diare di Posyandu Gonilan Kartasura. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap tindakan pencegahan dan pengobatan diare di Posyandu Gonilan Kartasura.

3 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap tindakan pencegahan dan pengobatan diare di Posyandu Gonilan Kartasura. D. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Diare Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). 2. Etiologi Menurut Dewi (2010) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : a. Infeksi 1) Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi : a. Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya ; b. Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO (Enterocytophatogenic Human Orphan Virus), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya ; c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, dan Strongylodies), protozoa (Entamoebahistolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonashominis), serta jamur (Candida albicans). 2) Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. b. Malabsorpsi 1) Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa. 2) Lemak. 3) Protein. c. Makanan, misalnya makanan basi, beracun, dan alergi.

4 d. Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas. (Dewi, 2010) 3. Klasifikasi diare Suharyono (2008) membuat klasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak adanya infeksi ; gastroenteritis (diare dan muntah) diklasifikasi menurut 2 golongan : a. Diare infeksi spesifik : tifus abdomen paratifus, disentri basil (Shigella), enterokolitis stafilokok. b. Diare non-spesifik : diare dietetik. Menurut Nursalam et al., (2005) diare dapat dikelompokkan menjadi : a) Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari. b) Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari c) Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. 4. Patofisiologi Menurut Suharyono (2008) sebagai akibat dari diare akut maupun kronis, dapat terjadi hal-hal sebagai berikut : a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis), karena : 1) Kehilangan natrium bicarbonat bersama tinja. 2) Adanya ketosis kelaparan dan metabolis lemak yang tidak sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh. 3) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan. 4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria). 5) Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. b. Hipoglikemi Hipoglikemi terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP (Kekurangan Kalori Protein), karena : 1) Penyimpanan persediaan glikogen dalam hati terganggu. 2) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi).

5 Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. c. Gangguan gizi Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga terjadi penurunan berat badan. Gangguan gizi ini dapat disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya akan bertambah hebat, sering memberikan susu yang diencerkan dalam waktu yang terlalu lama serta makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. d. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare yang dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam, kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita dapat meninggal. e. Komplikasi Akibat diare dan kehilangan cairan serta serta elektolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut : 1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik). 2) Renjatan hipovolemik (gejala meteorismus, hipotonis otot lemah, dan bradikardi). 3) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose. 4) Hipoglikemi. 5) Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik. 6) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik). (Suharyono, 2008) 5. Patogenesis Menurut Suraatmaja (2007), sesuai dengan perjalanan penyakit diare, patogenesis penyakit diare dibagi atas : a. Diare akut Patogenesis diare akut oleh infeksi, pada garis besarnya dapat digambarkan sebagai berikut :

6 1. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan. 2. Berkembangbiaknya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melewati asam lambung 3. Dibentuknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme 4. Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya diare b. Diare kronik Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang satu sama lain saling mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Infeksi bakteri Misalnya ETEC (Entero Toxigenic E. coli) yang sudah resisten terhadap obat. Juga diare kronik dapat terjadi kalau ada pertumbuhan bakteri berlipat ganda (over growth) dari bakteri non patogen, seperti Pseudomonas, Klebsiella dsb. 2. Infeksi parasit Terutama E. Histolytica, Giardia lamblia, Trichiuris Trichiura, Candida dsb. 3. KKP (Kekurangan Kalori Protein) Pada penderita KKP terdapat atrofi semua organ termasuk atrofi mukosa usus halus, mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya terjadi defisiensi enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan sempurna. Makanan yang tidak diabsorpsi tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam lumen usus meningkat yang menyebabkan terjadinya diare osmotik. 4. Gangguan immunologik Defisiensi dari SigA dan CMI akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi parasit dalam usus. Akibatnya bakteri, virus, parasit dan jamur akan masuk ke dalam usus dan berkembang biak dengan leluasa sehigga terjadi overgrowth dengan akibat lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan. (Suraatmaja, 2007)

7 6. Tanda dan Gejala Diare Pada Anak Menurut Dewi (2010), tanda dan gejala anak yang mengalami diare adalah : cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, feses cair dan berlendir kadang juga disertai darah, anus lecet, dehidrasi, berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung serta selaput lendir, mulut dan kulit menjadi kering. 7. Pencegahan Diare Cara pencegahan penyakit diare menurut Widoyono (2008) adalah melalui promosi kesehatan, antara lain : a. Menggunakan air bersih ( tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa). b. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum, agar mematikan sebagian besar kuman penyakit. c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum dan sesudah makan, serta pada waktu sesudah buang air besar. d. Memberikan ASI pada anak sampai usia dua tahun. e. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar. f. Menggunakan jamban yang sehat. 8. Penatalaksanaan (Widoyono, 2008) Menurut Widoyono (2008), pengobatan diare dilakukan berdasarkan derajat dehidrasinya. 1. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh maupun oralit. 2. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut :

8 Tabel 1. Oralit yang diberikan pada anak yang mengalami dehidrasi ringan Waktu < 1 tahun 1-4 tahun >5 tahun 3 jam pertama Setiap kali mencret 300 ml 100 ml 600 ml 200 ml 1200 ml 400 ml (Widoyono, 2008) 3. Dehidrasi berat, dengan terapi C Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer Laktat). 4. Teruskan pemberian makanan (Widoyono, 2008) Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula (Widoyono, 2008). Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita (Widoyono,2008). Menurut Depkes RI (2011) pengobatan diare juga dapat dilakukan dengan pemberian Zinc. Memberikan zinc baik dan aman untuk pengobatan diare pada anak. Zinc diberikan selama 10 hari dengan dosis 1 tablet/ hari (1 tablet = 20mg) untuk usia > 6 bulan dan ½ tablet perhari untuk usia < 6 bulan. Penggunaan Zinc dapat mempercepat kesembuhan anak dari diare, mengurangi risiko diare lebih dari 7 hari, mengurangi tinja, serta mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan. Penggunaan zinc juga dapat mengurangi penggunaan antibiotik yang irrasional. E. Hipotesis Dari permasalahan yang ada maka penulis menetapkan hipotesis terdapat pengaruh antara hubungan pengetahuan ibu terhadap tindakan pencegahan dan pengobatan diare.