BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 1. Isi Laporan Realisasi Anggaran Dalam Laporan Realisasi Anggaran KPPU pada tahun 2010 memuat: a. Penerimaan Negara Bukan Pajak: 1. Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha 2. Denda Ikatan Dinas 3. Pendapatan Pelunasan Piutang 4. Pendapatan Lain-lain b. Belanja Pegawai c. Belanja Barang d. Belanja Modal Tabel 4.1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 (DALAM RUPIAH) URAIAN ANGGARAN REALISASI PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH REALISASI DI ATAS (BAWAH) ANGGARAN % REALISASI ANGGARAN 53
TRANSAKSI KAS PENERIMAAN NEGARA Penerimaan Negara Bukan Pajak JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH 0 1,981,876,151 1,981,876,151 0 0 1,981,876,151 1,981,876,151 0 BELANJA NEGARA Belanja Pegawai 32,812,018,000 17,060,458,096 (15,751,559,904) 51.99 Belanja Barang 45,992,818,000 40,579,517,170 (5,413,300,830) 88.23 Belanja Modal 3,509,064,000 3,255,846,367 (253,217,633) 92.78 JUMLAH BELANJA 82,313,900,000 60,895,821,633 (21,418,078,367) 73.98 Sebagaimana tertulis dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 bahwa Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup Pendapatan- LRA, Belanja, Transfer, Surplus/defisit-LRA, Penerimaan pembiayaan, Pengeluaran pembiayaan, Pembiayaan neto, dan Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA). KPPU dalam hal lembaga Negara tidak mencantumkan pos transfer dikarenakan tidak adanya transaksi transfer atau transaksi penerimaan atau pengeluaran uang oleh KPPU dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. KPPU juga tidak mencantumkan pos surplus/defisit dikarenakan KPPU tidak menerima pendapatan yang dapat digunakan sendiri, semua 54
pengeluaran hanya berasal dari anggaran yang diajukan kepada pemerintah. Sedangkan pos Penerimaan pembiayaan, Pengeluaran pembiayaan, Pembiayaan neto, dan Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) tidak tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran KPPU pada tahun anggaran 2010. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2010, KPPU tidak menerima atau mengeluarkan biaya yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih KPPU yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali. Pembiayaan yang digunakan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran seperti penerimaan pinjaman dan hasil divestasi, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Selain itu, yang menjadi pokok utama alasan KPPU tidak menerima pembiayaan adalah KPPU tidak memiliki bendahara penerimaan dalam lembaganya. Hal tersebut menyebabkan KPPU tidak memiliki penerimaan pembiayaan seperti lembaga Negara lainnya yang mempunyai beberapa sumber pendapatan. Dalam SAP PP RI No. 71 Tahun 2010 dijelaskan bahwa periode pelaporan Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Suatu entitas pelaporan menyajikan Laporan Realisasi Anggaran selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Pada tahun anggaran 2010, KPPU melaporkan Laporan Realisasi Anggaran pada tanggal 28 Februari 2011. 55
2. Akuntansi Pendapatan -LRA KPPU menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan- LRA dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Pendapatan yang tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran KPPU tahun 2010 adalah: 1. Denda Persaingan Usaha 2. Denda Ikatan Dinas, 3. Pendapatan Pelunasan Piutang, dan 4. Pendapatan Lain-lain, yaitu Setoran Tahun Anggaran yang Lalu, yang terdiri dari uang pengembalian belanja dan uang kas bendahara. Denda Persaingan Usaha dicatat dalam Laporan Realisasi Anggaran pada saat para terlapor dalam suatu perkara menyetorkan sejumlah denda. Denda yang berasal dari sanksi yang diputuskan oleh Majelis Komisi yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha) melalui lembar Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP). Denda Ikatan Dinas dikenakan kepada pegawai yang tidak memenuhi perjanjian yang telah ditanda tangani pihak KPPU dan pegawai yang bersangkutan dalam jangka waktu ikatan dinas yang telah ditentukan KPPU. Perjanjian kerja yang telah disepakati bersama 56
menjelaskan bahwa pegawai tersebut tidak dapat meninggalkan KPPU sebelum jangka waktu yang telah disepakati selesai pada waktunya. Denda Ikatan Dinas dicatat dalam Laporan Realisasi Anggaran pada saat pegawai yang melanggar perjanjian menyetorkan sejumlah uang ke Rekening Kas Negara melalui SSBP yang dapat dibeli secara umum atau dapat diminta pada Biro Perencanaan dan Keuangan KPPU. Denda yang diterima KPPU diakui pada saat KPPU menerima SSBP dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). SSBP diterbitkan oleh KPPN jika terlapora sudah menyetorkan denda langsung ke Rekening Kas Negara. Denda-denda yang diterima KPPU langsung ke Rekening Kas Negara tanpa melalui KPPU sebagai lembaga Negara juga dikarenakan KPPU tidak memiliki bendahara penerimaan, sehingga denda sebagai pendapatan yang diterima tidak dapat digunakan untuk pembiayaan kegiatan KPPU. Sedangkan Pendapatan Lain-lain merupakan keterlambatan KPPU dalam menyetorkan uang pengembalian belanja tahun 2009, sehingga pada tahun 2010 dianggap sebagai pendapatan. Dari keterangan mengenai pendapatan yang dicatat oleh KPPU pada tahun 2010, dapat dikatakan bahwa KPPU mengakui pendapatan-lra pada saat diterima pada Rekening Kas Negara sesuai dengan SAP PP RI No. 71 Tahun 2010. Dalam hal transfer masuk, sebagaimana dijelaskan dalam SAP PP No. 71 Tahun 2010, KPPU tidak pernah menerimanya, dikarenakan 57
KPPU tidak memiliki bendahara penerimaan. Hal tersebut menyebabkan tidak ada penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. Akuntansi pendapatan-lra KPPU dilaksanakan berdasarkan azas bruto sesuai dengan SAP PP No. 71 Tahun 2010, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya. Hal ini terjadi karena denda yang ada tidak dipungut pajak. Selain ketiga pendapatan yang dicatat dalam Laporan Realisasi Anggaran KPPU pada tahun 2010, KPPU menerima hibah dari JICA sebagai rekanan KPPU dalam mewujudkan persaingan usaha yang sehat yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat berupa pelatihan-pelatihan, sehingga KPPU tidak mencatatnya dalam Laporan Realisasi Anggaran, melainkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). 3. Akuntansi Belanja KPPU menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana diatur dalam SAP PP RI No. 71 Tahun 2010. Belanja yang dicatat dalam Laporan Realisasi Anggaran KPPU pada tahun anggaran 2010 terdiri dari: a. Belanja Pegawai, b. Belanja Barang, dan 58
c. Belanja Modal Belanja diakui pada saat keluarnya Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dari KPPN atas pengajuan dari KPPU mengenai kegiatan yang akan atau telah dilakukan. Apabila kegiatan belum dilakukan, maka prosesnya adalah sebagai berikut: 1. Pegawai yang memiliki kegiatan, mengajukan kegiatannya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sesuai dengan Biro yang bersangkutan, apabila kegiatan tersebut disetujui maka PPK mengeluarkan Surat Perintah Pencairan (SPP), 2. Apabila SSP sudah diterima, maka dilanjutkan pengajuan kegiatan tersebut kepada Pejabat Penguji SPP dan Penandatanganan Surat Perintah Membayar (SPM), maka keluarlah SPM, 3. Apabila SPM sudah diterbitkan, maka staf SPM dari Biro Perencanaan dan Keuangan KPPU menyerahkan SPM tersebut kepada KPPN agar dikeluarkannya SP2D. 4. Apabila SP2D sudah diberikan oleh KPPN, maka dana kegiatan tersebut dapat dicairkandari Rekening Kas Negara dan dipakai untuk program atau kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan pengajuan awal kepada PPK. Dengan kata lain, KPPU mengakui belanja pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara sesuai dengan SAP PP RI no. 71 Tahun 2010. 59
Apabila kegiatan telah dilakukan, maka berlaku sistem reimburse sebagai pertanggungjawaban atas uang yang telah diberikan sebelum kegiatan. Bendahara pengeluaran memberikan uang muka dan keempat proses tadi dilakukan setelah kegiatan terlaksana atas biaya yang dikeluarkan oleh bendahara pengeluaran pada Biro Perencanaan dan keuangan KPPU. Kas yang dikeluarkan oleh bendahara merupakan Uang Persediaan (UP) yang diberikan oleh Negara pada saat awal tahun untuk mempermudah berlangsungnya kegiatan secara efektif. UP tersebut akan diisi kembali oleh KPPN apabila proses pencairan dana telah dikeluarkan dari KPPN sesuai dengan keempat proses yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut seperti yang diatur oleh SAP PP RI No. 71 Tahun 2010, yaitu bahwa khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Dalam SAP PP RI No. 71 Tahun 2010, belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. KPPU mengklasifikasikan jenis belanja hanya ke dalam 3 (tiga) jenis belanja, yaitu belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Sedangkan klasifikasi berdasarkan organisasi tidak terdapat dalam Laporan Realiasasi Anggaran pada tahun 2010. KPPU tidak mencantumkan biaya lain-lain/tak terduga di dalam pengklasifikasian jenis belanja karena tidak terdapat pengeluaran 60
anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada anggaran yang dapat direalisasikan berdasarkan kegiatan dalam belanja-belanja tersebut. Program pokok saja yang dapat dianggarkan yaitu yang berhubungan dengan persaingan usaha, dan tidak adanya sumber pendapatan lain yang dapat diterima oleh KPPU pada periode berjalan yang dapat dimungkinkan karena tidak adanya bendahara penerimaan di struktur Biro Perencanaan dan keuangan KPPU. KPPU memiliki 6 (enam) Kantor Perwakilan Daerah (KPD) yang tersebar di Indonesia. Tetapi pada tahun 2010 KPPU belum mengklasifikasikan belanja menurut organisasi di lingkungannya seperti yang dijelaskan dalam SAP PP RI No. 71 Tahun 2010 bahwa klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran. Hal ini dicontohkan seperti Klasifikasi belanja menurut organisasi di lingkungan pemerintah pusat antara lain belanja per kementerian Negara/lembaga beserta unit organisasi di bawahnya, dan klasifikasi belanja menurut organisasi pemerintah daerah antara lain belanja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sekretarias Daerah pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dinas 61
pemerintah tingkat provinsi/kabupaten/kota, dan lembaga teknis daerah provinsi/kabupaten/kota. Dalam merealisasikan anggaran belanja, KPPU melaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran atau Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Dengan demikian, KPPU telah melaksanakan aturan yang ada dalam SAP PP RI No. 71 Tahun 2010. Koreksi atas pengeluaran belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Hal ini dapat dilihat bahwa KPPU melakukan koreksi atas kesalahan pengajuan lumpsum atau rincian awal yang tidak sesuai dengan dana yang telah digunakan dalam perjalanan dinas, dan KPPU membukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Dan apabila pertanggungjawaban atas perjalanan dinas atau kegiatan terlambat diberikan, dan baru dipertanggungjawabkan pada periode berikutnya, maka koreksi atas pengeluaran oleh bendahara pengeluaran dibukukan dalam pendapatan-lra dalam pos pendapatan lain-lain-lra. Dalam hal ini KPPU mencatatnya sebagai uang kas bendahara pada pendapatan lain-lain, maka KPPU telah memenuhi SAP PP RI No. 71 Tahun 2010. B. Evaluasi Kinerja dari Laporan Realisasi Anggaran Sebagaimana tertulis dalam SAP PP No. 71 Tahun 2010 bahwa salah satu peran pelaporan keuangan adalah evaluasi kinerja, yaitu mengevaluasi 62
kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan. Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran, kinerja dapat diukur melalui analisis varians dan dapat terlihat dalam rasio. 1. Analisis Varians KPPU akan dinilai baik kinerja belanjanya apabila realisasi belanja tidak melebihi dari yang dianggarkan. Analisis varian merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. Pada tahun 2010, KPPU mempunyai anggaran belanja sebesar Rp. 82,313,900,000 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 60,895,821,633. Dengan demikian, kinerja KPPU dapat dinilai baik karena realisasi belanja tidak melebihi anggaran yang ada. 2. Analisis Efisiensi Belanja Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Realisasi Belanja Rasio Efisiensi Belanja = X 100 % Anggaran Belanja = Rp. 60,895,821,633 x 100 % = 73.98% Rp. 82,313,900,000 63
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran, secara umum terdapat selisih anggaran belanja dengan realisasi yang bersaldo negatif. Hal ini mengindikasikan adanya efisiensi atau penghematan anggaran. Anggaran belanja terserap sebesar 73.98 %, penghematan anggaran belanja yang dilakukan dalam tahun 2010 sebesar Rp. 21,418,078,367. Jumlah nominal dari penghematan tersebut cukup signifikan. Tabel 4.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA s.d BULAN DESEMBER 2010 NO. ANGGARAN REALISASI SALDO % 04.01.01 PROGRAM PERSAINGAN USAHA 0001 Pengelolaan Gaji, Honorarium dan Tunjangan 32.812.018.000 17.092.679.000 15.719.339.000 52,09 0002 Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran 10.177.964.000 8.707.345.024 1.470.618.976 85,55 0003 Pelayanan Publik Atau Birokrasi 2.131.890.000 2.074.301.278 57.588.722 97,30 0024 Pembangunan/Pengadaan/Peningkat an Sarana dan Prasarana 1.864.535.000 1.773.641.430 90.893.570 95,13 0027 0035 0051 0054 0084 Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan Pembinaan/Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Anggaran Pengembangan SDM dan Administrasi Kepegawaian Pengkajian dan Pengembangan Sistem Informasi Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Aparatus Negara (Internal) 624.087.000 569.299.157 54.787.843 91,22 381.580.000 377.567.890 4.012.110 98,95 5.075.075.000 4.583.916.765 491.158.235 90,32 451.862.000 408.065.182 43.796.818 90,31 508.760.000 499.631.600 9.128.400 98,21 0090 Penyelenggaraan Sosialisasi/Diseminasi/Seminar/ Workshop/Publik ASI 6.204.972.000 5.506.392.604 698.579.396 88,74 7452 7454 Penegakan Hukum Persaingan Usaha Pengembangan & Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha 13.792.432.000 12.707.907.091 1.084.524.909 92,14 4.515.367.000 4.168.407.869 346.959.131 92,32 7455 Kajian Implementasi UU No. 5/1999 877.096.000 807.071.101 70.024.899 92,02 64
7501 7502 Penyusunan Rancangan Amandemen UU No. 5/1999 Penyelenggaraan monitoring persaingan usaha terkait dugaan praktek 555.622.000 429.945.448 125.676.552 77,38 2.340.640.000 2.102.656.976 237.983.024 89,83 82.313.900.000 60.895.821.633 20.505.071.585 73,98 Ket: 0001 = Direktorat Administrasi (DA) 0002 = DA 0003 = Tata Usaha Pimpinan (TUP) 0024 = DA 0027 = DA 0035 = DA 0051 = DA 0054 = Direktorat Hubungan Masyarakat (Humas) 0084 = Pengendalian Internal 0090 = Humas 7452 = Direktorat Penegakan Hukum (DPH) 7454 = Direktorat Kebijakan Persaingan (DKP) 7455 = DKP 7501 = DPH 7502 = DKP Dari Tabel 4.2 dapat dilihat dari presentasi realisasi anggaran belanja pada Direktorat Penegakan Hukum (DPH), Direktorat Kebijakan Persaingan (DKP), Direktorat Administrasi (DA), Direktorat Hubungan Masyarakat (Humas) dan Pengadalian Internal (PI) yang dapat mencerminkan kinerja KPPU sesuai dengan visi misi KPPU. DPH dapat merealisasikan anggaran belanjanya sebesar 90,98%, DKP 87,23%, DA sebesar 85,54%, Humas sebesar 89,52% dan PI sebesar 98,21%. Hal ini dapat dikatakan telah sesuai dengan visi KPPU untuk menjadi Lembaga Pengawas Persaingan Usaha yang Efektif dan Kredibel untuk Meningkatkan Kesejahteraan rakyat, melalui misi KPPU sebagai berikut: 1. Menegakan Hukum Persaingan 2. Menginternalisasikan Nilai-nilai Persaingan 3. Membangun Kelembagaan yang Kredibel 65