BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

GAMBARAN KEBIASAAN BURUK DAN MALOKLUSI MURID SMP NEGERI 1 TANJUNG MORAWA

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

III. KELAINAN DENTOFASIAL

II. ORTODONSI INTERSEPTIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II CELAH PALATUM KOMPLET BILATERAL. Kelainan kongenital berupa celah palatum telah diketahui sejak lama. Pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK. Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I ANGLE TIPE 2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).

GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai perawatan selesai (Rahardjo, 2009). Hasil perawatan ortodontik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

III. PERAWATAN ORTODONTIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang

RELAPS DAN PENCEGAHANNYA DALAM ORTODONTI

MALOKLUSI PADA ANAK AKIBAT TIDAK MENDAPATKAN ASI MALOCCLUSIONS IN NON BREASTFED CHILDREN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ORTODONTI III. H.Nazruddin Drg. C.Ort. Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

III. RENCANA PERAWATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

ل ق د خ ل ق ن ا ال إ ن س ان ف ي أ ح س ن ت ق و يم

HUBUNGAN KEBIASAAN MENDORONG LIDAH, MENGISAP IBU JARI DAN PREMATURE LOSS TERHADAP JENIS MALOKLUSI MURID SD DI KOTA MAKASSAR.

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN

BAB 1 PENDAHULUAN. menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan yang rapi dan

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. langsung dari payudara ibu. Menyusui secara ekslusif adalah pemberian air susu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asupan makanan pada bayi setelah lahir adalah ASI (Roesli, 2005). WHO

BAB III METODE PENELITIAN. cekat dan cetakan saat pemakaian retainer. 2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/ WALI OBJEK PENELITIAN. Kepada Yth, Ibu/ Sdri :... Orang tua/ Wali Ananda :... Alamat :...

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai secara spontan. 19 Suatu kebiasaan di rongga mulut yang dapat menyebabkan maloklusi disebut kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada anak usia kurang dari enam tahun dan dapat berhenti dengan sendirinya pada anak usia kurang dari enam tahun. 5 Kebiasaan buruk dapat menyebabkan posisi insisivus pada gigi sulung berubah, sehingga harus dihilangkan sebelum gigi pemanen erupsi. Jika kebiasaan buruk tidak dapat dihilangkan sebelum gigi permanen erupsi, maka dapat menyebabkan perubahan pada gigi permanen. 20 2.2 Macam-Macam Kebiasaan Buruk Beberapa jenis kebiasaan buruk pada anak yaitu mengisap ibu jari tangan (thumb sucking), menjulurkan lidah (tongue thrusting), bernapas melalui mulut (mouth breathing), menggigit kuku (nail biting) dan menghisap bibir (lip sucking). 2 2.2.1 Menghisap Ibu Jari (Thumb Sucking) Menghisap Ibu Jari (thumb sucking) adalah kebiasaan menempatkan ibu jari ke dalam mulut dengan bibir tertutup disekitar ibu jari. 21 Kebiasaan ini normal sampai usia 3,5-4 tahun. 2 Kebiasaan menghisap ibu jari dimulai saat anak di dalam rahim. 22 Anak memilih menghisap ibu jari, karena ukuran ibu jari dinilai lebih sesuai dan tepat sebagai pengganti dot. 4 Kebiasaan ini membuat anak merasa aman, bahagia dan tenang. Anak melakukan kebiasaan ini saat berada dalam keadaan yang sulit misalnya saat harus berpisah dengan orang tua dalam berapa waktu, dikelilingi orang asing, saat berada dilingkungan yang kurang familiar, saat anak lelah, saat tidur, saat lapar, saat anak takut ataupun saat anak bosan. 22,23 Kebiasaan ini dapat menyebabkan maloklusi tergantung durasi. Waktu minimum yang mungkin menyebabkan maloklusi adalah 4-6 jam setiap hari. Intensitas kebiasaan yang tinggi tidak mempengaruhi pergerakan pada gigi. 20

2.2.2 Menjulurkan Lidah (Tongue Thrusting) Menjulurkan lidah (tongue thrusting) adalah keadaan lidah berada diantara gigi anterior dan molar selama penelanan, berbicara atau istirahat. 2 Hal ini menyebabkan selama penelanan gigi tidak dapat oklusi. 1 Kebiasaan menjulurkan lidah akibat bertahannya infantile swallow dari anak-anak hingga dewasa.infantile swallow berubah menjadi pola penelanan normal saat gigi posterior desidui erupsi. 24 Pada proses menelan normal lidah menyentuh anterior palatum, gigi dalam keadaan oklusi dan bibir menutup. Kebiasaan menjulurkan lidah, posisi lidah berada diantara gigi anterior dan molar. Hal tersebut menyebabkan gigi insisivus mengalami tekanan secara terus menerus sehingga terdorong ke arah labial. 25 Etiologi menjulurkan lidah adalah faktor genetik, kebiasaan (habit), maturasional, retriksi mekanik dan gangguan neurologi. 2 Kebiasaan ini dapat menyebabkan maloklusi tergantung pada durasi. 26 2.2.3 Bernapas Melalui Mulut (Mouth Breathing) Bernapas melalui mulut (mouth breathing) adalah suatu keadaan abnormal yang terjadi karena adanya kesulitan pengambilan dan pengeluaran napas secara normal melalui hidung, menyebabkan kebutuhan pernapasan dipenuhi lewat mulut. 27 Kebiasaan bernapas melalui mulut pada anak biasanya terjadi saat anak dalam keadaan diam maupun saat melakukan kegiatan. 14 Proses pernapasan mulut menyebabkan mulut selalu dalam keadaan terbuka kecuali pada saat menelan. Kebiasaan bernapas melalui mulut dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu: 28 a. Obstruktif Adanya hambatan sebagian atau keseluruhan pada nasal dapat menyebabkan anak untuk bernapas melalui mulut. Berikut ini merupakan beberapa penyebab terjadinya hambatan pada nasal yaitu adenoid yang menghambat, inflamasi kronis pada mukosa Karenanya, bernapas melalui mulut menjadi kebiasaan yang dilakukan secara tidak sadar. c. Anatomi Anak yang bernapas melalui mulut karena anatomi adalah anak yang morfologi bibirnya tidak dapat menutup sepenuhnya, contohnya adalah pasien yang memiliki bibir atas yang pendek. Kebiasaan ini dapat menyebabkan maloklusi tergantung pada durasi dan intensitas. 26 Kebiasaan bernapas melalui mulut dapat meyebabkan pola pertumbuhan wajah secara vertikal, lengkung rahang yang menyempit, mulut terasa kering sehingga

menyebabkan gingivitis di sekitar insisivus maksila, protrusi insisivus dan tidak mampu untuk menutup bibir. 29 2.2.4 Menggigit Kuku (Nail Biting) Menggigit kuku (nail biting) adalah suatu kebiasaan menggigit kuku pada anak dan remaja. 30 Kebiasaan ini umumnya terjadi pada anak usia 3-4 tahun dan meningkat pada masa remaja. Kebiasaan menggigit kuku lebih banyak pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. 19 Kebiasaan ini muncul sebagai manifestasi stress yang meningkat. 20 Pada beberapa anak kebiasaan menggigit kuku sebagai pengganti kebiasaan menghisap ibu jari atau jari. Keinginan untuk menggigit bahkan memakan kuku berhubungan dengan tahap psikoemosional yaitu rasa gelisah.kebiasaan menggigit kuku menggambarkan kecemasan anak saat mengalami keadaan yang tegang. Hal ini terlihat sebagai efek akibat refleks emosi yang tidak seimbang. 30 Kebiasaan menggigit kuku terdiri atas empat tahapan. Pada awalnya tangan diletakkan berdekatan dengan mulut dan tidak berpindah dalam beberapa detik sampai 30 detik. Kemudian jari dimasukkan dengan cepat mengenai gigi anterior. Diikuti dengan gerakan menggigit kuku dengan cepat secara tidak teratur, dengan kuku ditekan pada tepi gigi yang menggigit dengan kuat. Terakhir jari dikeluarkan dari mulut untuk diperiksa secara visual atau dirasakan dengan jari yang lain secara palpasi. 30 Kebiasaan menggigit kuku biasanya terjadi saat anak dalam keadaan yang sedih atau tertekan misalnya saat tidak mengerti pelajaran di sekolah, membaca cerita yang sedih, ketika mendengar cerita horor atau ketika mereka dipaksa untuk tidur saat malam.pada anak yang menelan kuku yang telah digigit dapat menyebabkan masalah pada perut, karena kuku anak tidak bersih sehingga mudah tertular berbagai penyakit. 30 2.2.5 Menghisap Bibir (Lip Sucking) Menghisap bibir (lip sucking) adalah suatu kebiasaan menghisap bibir yang dilakukan secara terus-menerus secara sadar maupun tidak sadar. 31 Kebiasaan ini muncul setelah kebiasaan menghisap ibu jari atau jari berhenti. 2 Pada anak menempatkan bibir pada bagian lingual insisivus maksila merupakan hal yang mudah. 28 Kebiasaan ini dilakukan ketika anak membutuhkan konsentrasi seperti saat berada pada lingkungan yang baru, lingkungan yang sulit, ataupun saat anak

mempelajari sesuatu hal yang sulit. Saat kebiasaan ini pertama kali dilakukan, anak akan terus melakukan kebiasaan ini bahkan setelah stimulus dihilangkan. 32 2.3 Maloklusi Maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang pada oklusi normal meliputi ketidakteraturan gigi-geligi dalam lengkung rahang seperti gigi berjejal, protrusi, malposisi maupun hubungan yang tidak harmonis dengan gigi antagonisnya. 33 Saat ini maloklusi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar ketiga setelah karies dan penyakit periodontal. 10 Maloklusi dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, bicara dan keserasian wajah serta masalah pergaulan karena masalah estetik terganggu. 9,33 Selain itu maloklusi juga mempengaruhi kesehataan jaringan periodontal, peningkatan terjadinya karies dan dapat menyebabkan gangguan TMJ. 34 2.3.1 Jenis Maloklusi 1. Gigitan terbuka (open bite) adalah keadaan terdapat celah atau ruang atau tidak ada kontak antara gigi-gigi atas dengan gigi-gigi bawah apabila rahang dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut lokasinya adalah: 2 a. Anterior open bite Adalah keadaan adanya ruang insisal gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam oklusi sentrik. b. Posterior open bite Adalah keadaan adanya ruang oklusal gigi posterior saat rahang atas dan rahang bawah dalam oklusi sentrik. 2. Gigitan silang (crossbite), yaitu keadaan satu atau beberapa gigi atas terdapat di sebelah palatinal atau lingual gigi-gigi bawah. Dikenal beberapa macam crossbite: 2 a. Anterior crossbite Adalah keadaan gigi insisivus atas terdapat di sebelah lingual gigi insisivus bawah. b. Posterior crossbite Adalah hubungan yang abnormal gigi-gigi posterior secara bukolingual pada rahang atas atau bawah, pada saat kedua lengkung gigi berada dalam oklusi sentrik. 3. Protrusi Adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan oleh faktor keturunan dan kebiasaan buruk. 35

4. Deepbite Adalah suatu keadaan jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. 35 5. Crowded Adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Hal ini disebabkan karena perbedaan antara ruang yang tersedia dalam lengkung gigi dan ruang yang diperlukan untuk menyelaraskan gigi. 35 6. Rotasi Adalah gerakan berputar gigi di dalam tulang alveolar di sekitar sumbu panjangnya. 36 7. Retroklinasi Insisivus Adalah arah inklinasi gigi insisivus yang mengarah ke belakang. 36 2.3.2 Etiologi Maloklusi Graber membagi etiologi maloklusi menjadi dua yaitu faktor umum dan faktor lokal. 2 a. Faktor umum: 1. Herediter. 2. Kongenital. 3. Lingkungan. 4. Gangguan metabolisme yang merupakan faktor predisposisi. 5. Diet (defisiensi nutrisi). 6. Kebiasaan buruk 7. Trauma. 8. Posture (posisi tubuh). b. Faktor lokal: 1. Anomali jumlah gigi. 2. Anomali ukuran gigi. 3. Anomali bentuk gigi. 4. Frenulum labii tidak normal. 5. Kehilangan dini gigi desidui. 6. Persistensi gigi desidui. 7. Gigi permanen terlambat erupsi. 8. Arah erupsi abnormal. 9. Ankilosis. 10. Karies gigi.

2.4 Mekanisme Kebiasaan Buruk dan Maloklusi 2.4.1 Menghisap Ibu Jari ( Thumb Sucking) Pada anak yang mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari, ibu jari diletakkan diantara insisivus bawah dan atas, maka akan menekan bagian lingual gigi insisivus maksila dan bagian labial gigi insisivus bawah.hal ini menyebabkan gigi insisivus maksila menjadi protrusi dan gigi insisivus mandibula menjadi retroklinasi. 20 Protrusi yang terjadi dapat juga menyebabkan terjadinya anterior open bite pada anak. 20 Dalam hal ini bentuk lengkung gigi dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan tekanan dari pipi dan lidah. Kebiasaan menghisap ibu jari dapat menyebabkan terjadi posterior crossbite hal ini disebabkan ketika ibu jari ditempatkan di dalam mulut, posisi lidah turun dan jauh dari palatum yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal gigi posterior maksila. Saat menghisap ibu jari otot orbicularis oris dan otot buccinator tetap memberikan tekanan pada permukaan bukal gigi maksila. Lidah tidak mampu menyeimbangkan tekanan sehingga lengkung posterior maksila menjadi crossbite. 14,20 2.4.2Menjulurkan Lidah (Tongue Thrusting) Anak dengan kebiasaan menjulurkan lidah, pada saat menelan posisi lidah menjulur menyebabkan gigi insisivus terus menurus terdorong ke arah labial sehingga gigi insisivus terdorong depan atau terjadi protrusi. 25 Selain itu kebiasaan ini menyebabkan terjadinya anterioropen bite dan posterior dan adanya posterior crossbite. 2,28 Protrusi yang terjadi dapat juga menyebabkan terjadinya anterior open bite pada anak. 20 Pada saat menelan, berbicara dan istirahat posisi lidah berada diantara molar sehingga menghambat erupsi gigi posterior yang menyebabkan terjadinya posterior open bite. 2 Kebiasaan menjulurkan lidah dapat disebabkan karena kebiasaan menghisap ibu jari, sehingga menyebabkan terjadi posterior crossbite. 2 2.4.3Bernapas Melalui Mulut (Mouth Breathing) Pada kebiasaan bernapas melalui mulut, rahang bawah dan lidah berada pada posisi rendah/diturunkan dan kepala dalam posisi tegak. Apabila keadaan ini terjadi dalam waktu yang cukup lama maka dapat terjadi pertambahan tinggi wajah dan gigi posterior mengalami supraerupsi. Fungsi normal bibir adalah menahan gigi anterior dari tekanan lidah sehingga tidak berinklinasi ke labial. Saat mulut terbuka, posisi bibir atas tidak dalam keadaan menahan gigi anterior, sedangkan bibir bawah yang berfungsi menahan tepi insisal gigi anterior maksila terletak lebih ke depan dari normal. Hal ini menyebabkan gigi anterior maksila menjadi protrusi. Mandibula akan berotasi ke

bawah dan ke belakang sehingga terjadi anterior open bite dan peningkatan overjet, selain itu tekanan dari pipi dapat menyebabkan lengkung gigi maksila menjadi menyempit sehingga terjadi posterior crossbite. 14 2.4.4 Menggigit Kuku (Nail Biting) Kebiasaan menggigit kuku tidak menyebabkan maloklusi yang terlalu besar. Maloklusi yang terjadi yaitu rotasi pada tepi insisal, gigi sedikit berjejal dan dapat juga menyebabkan minor fraktur enamel. 2 2.4.5 Menghisap Bibir (Lip Sucking) Kebiasaan menghisap bibir dapat menyebabkan maloklusi seperti protrusi insisivus atas dan retroklinasi gigi insisivusrahang bawah. 2

2.5 Kerangka Konsep Faktor Risiko Faktor Efek Kebiasaan Buruk - Menghisap ibu jari - Menjulurkan lidah - Benapas melalui mulut - Menggigit kuku - Menghisap bibir Maloklusi - Anterior open bite - Posterior crossbite - Crowded - Rotasi - Protrusi - Retroklinasi Insisivus - Anterior crossbite - Posterior open bite - Deepbite - Umur - Jenis Kelamin