BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Abstrak. Kata Kunci: Inside Outside Circle, Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengajar berjalan dengan baik dan efektif, diperlukan usaha yang sungguhsungguh

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II LANDASAN TEORI

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar. 1

BAB II Kajian Pustaka

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB II KAJIAN TEORI. fisik maupun sosialnya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Slameto bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian teori ini akan dibahas tentang definisi pembelajaran, hasil belajar, pembelajaran Ilmu

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan perlu adanya evaluasi pendidikan. Fungsi evaluasi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Make a Match Model Make a Match adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif atau salah satu bentuk model dalam Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Model make a match adalah model pembelajaran yang mengajak peserta didik mencari jawaban terhadap suatu pasangan atau pertanyaan suatu konsep melalui permainan kartu pasangan.(komalasari,2008:85). Model Pembelajaran make a match merupakan pembelajaran dimana setiap siswa memegang kartu soal dan kartu jawaban dan siswa dituntut untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan kartu jawaban maupun kartu soal yang dipegang pasangannya dengan batas waktu tertentu,sehingga membuat siswa berfikir dan menumbuhkan semangat kerjasama. Menurut Rahayu, metode pembelajaran kooperatif make a match merupakan salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kelas. Supandi menyatakan bahwa Make A Match adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa dituntut untuk menemukan pasangan yang sesuai dengan kartu permasalahan yang diperoleh melalui undian secara bebas. Kartu-kartu ini dipersiapkan oleh guru dan dibagikan kepada setiap siswa. Pada prinsipnya siswa dalam kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok yang memecahkan masalah dan kelompok yang membawa kartu soal. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk membina ketrampilan menemukan informasi dan kerjasama dengan orang lain serta membina tanggung jawab dan memecahkan masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Nurani Mustintin menyatakan bahwa make a match adalah model pembelajaran koopratif dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang 7

8 tepat,siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapatkan poin. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa make a match merupakan sebuah model pembelajaran dengan metode belajar sambil bermain dimana siswa dituntut secara aktif bekerja sama dan berkomunikasi dengan teman yang lain untuk mencari jawaban atas kartu yang dipegangnya serta berlatih berfikir secara cepat, tepat dan teliti dalam mencari pasangan yang tepat sesuai dengan kartu yang dipegangnya. 2.1.1.1 Hakekat Model Make a Match Teknik model Make a Match atau mencari pasangan ini dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make a Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri atas kartu-kartu berisi pertanyaan, dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. 2.1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Make a Match a. Kelebihan Model Make a Match 1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan. 2. Materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa lebih menarik perhatian. 3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal. b. Kekurangan Model Make a Match 1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan. 2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa bermain-main dalam pembelajaran. 3. Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai 4 Tidak cocok untuk kelas gemuk.

9 2.1.1.3 Langkah Pembelajaran Model Make a Match a. Guru menyiapakan beberapa kartu yang berisi bebrapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. g Demikian seterusnya. g. Kesimpulan/penutup. 2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Hakekat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3). Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35) dalam kutipan Yahya Asnawi, hasil belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing); 2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui

10 itu (doing); dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen (being). Dalam setiap usaha atau kejadian yang dilakukan, manusia selalu mendambakan keberhasilan. Begitu juga dalam proses pembelajaran di sekolah seorang siswa melakukan kegiatan pembelajaran selalu mendambakan keberhasilan belajar. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan siswa dalam belajar untuk menumbuhkan kecakapan penguassaan materi pelajaran yang menuntut keseluruhan dan sesungguhan dalam belajar. Menurut Makmun (2002:167), pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku seseorang pada kawasan kognitif, efektif dan priskomotorik. Kawasan kognitif terdiri dari pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis (menguraikan dan mengklasifikasikan) dan sistesis (menghubungkan dan menyimpulkan). Kawasan afektif meliputi penerimaan, sambutan, apresiasi (penghargaan), interalisasi (pendalaman) dan karakterisasi (penghayatan). Sedangkan kawasan priskomotorik terdiri dari ketrampilan bergerak dan ketrampilan ekspresi verbal maupaun non verbal. Sedangkan menurut Sukmadinata (2003:102) hasil belajar merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun kemampuan motorik. Hampir sebagian besar dari perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan pelajaran yang akan ditempuhnya. Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-

11 perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang. Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk. (2010: 28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Selanjutnya, menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar

12 motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. 2.1.2.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto (2010:54), faktor - faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedang faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. 1. Faktor - Faktor Intern Faktor intern terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a. Faktor jasmani antara lain : 1. Faktor Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika seseorang kesehatan terganggu, selain itu juga ia cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing ngantuk jika badannya lemah ataupun kelainan - kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. 1) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh / badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya juga terganggu. b. Faktor Psikologis Sekurang - kurangnya ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. 1) Intelegensi / kecerdasan Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko - fisik dalam merefleksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar

13 peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. 2) Perhatian Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. 3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, Siswa tidak akan belajar dengan sebaik - baikmya karena tidak ada daya tarik baginya. 4) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat itu mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik 5) Motif Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar atau siswa mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan / menunjang belajar. 6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat / fase dalam pertumbuhan seseorang. dimana alat - alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap ( matang ). 7) Kesiapan Kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan.

14 c. Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat mempengaruhi belajar, baik secara jasmani maupun rohani. 2. Faktor - Faktor Ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar yaitu: factor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. a) Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan keluarga.ekonomi. b) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat. 2.1.2.3 Matematika Sekolah Dasar. Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan - hubungan kuantitatif dan ruangan Fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas ( Mulyono, Abdurrahman,2003:252).. Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan - hubungan.

15 Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : 1. Selalu digunakan dalam segi kehidupan 2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai. 3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat singkat dan jelas. 4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara. 5. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran ruangan. Menurut Gatot Muhsetyo, pembelajaran matematika adalah proses pemberiann pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatanyang terencanasehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai siswa, perhitungan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning). Berdasarkan UU Sisdikanas No. 20 Tahun 2003 pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil peserta didik secara berkesinambungan. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kreteria yang telah ditetapkan (Muhibbin Syah,2008:141). 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan a. PTK yang disusun oleh S. Irianti, Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga tahun 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Make a match ( Mencari Pasangan ) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara. Dalam PTK ini diperoleh kesimpulan bahwa metode pembelajaran make a macth dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. b. Skripsi yang disusun oleh Reni Yuni Ayu, mahasiswa Universitas Surabaya tahun 2011 yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make

16 Match Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Operasi Hitung Perkalian Untuk Siswa Kelas II Di SDN Wonorejo II Surabaya Dalam Skripsi ini pun diperoleh kesimpulan bahwa penerapan make a match dapat meningkatkan hasil matematika pada materi operasi hitung perkalian untuk siswa kelas II di SDN Wonorejo II Surabaya. c. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sustianingsih yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas IV SD Nageri Tenggulangharjo Kecamatan Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 20010/2011. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar jika dibandingkan siklus sebelumnya dan juga dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Pada siklus I sebanyak 22 siswa atau 66,66% telah mencapai ketuntasan belajar dan pada siklus II sebanyak 32 siswa tuntas belajar atau 96,96 %. 2.3 Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus diputuskan oleh guru dalam mengajarkan suatu materi pokok adalah pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan karena peserta didik memiliki karateristik yang berbeda - beda antara yang satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang diberikan guru di kelas. Ada peserta didik memiliki daya tanggap yang cepat dan ada juga yang lambat dalam memahami soal yang diberikan guru. Menyikapi hal ini, penulis menilai perlu diterapkan metode pembelajaran yang baru berbasis PAIKEM sekaligus menerapkan metode pembelajaran Kooperatif melalui Make a Match yaitu membagi peserta didik dalam tiga kelompok. Metode tersebut merupakan metode pembelajaran yang membantu peserta didik aktif dalam menemukan konsep materi dengan cara berdiskusi dengan pasangannya sehingga mengena dan mudah diingat oleh peserta didik karena mereka ikut serta dalam menyelesaikan soal dan dapat memahami konsep operasi hitung campuran. Selain itu juga peserta didik berani mengungkapkan pendapat dan mendorong peserta didik

17 dengan pengetahuannya dapat menerapkannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari - hari. Dengan demikian untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SD Randu 03 Pecalungan Batang, Guru perlu menerapkan model pembelajaran Make a Match. Kondisi Awal Pembelajaran masih konvensional Siswa kurang berhasil, KKM < 60 Tindakan Menggunakan model Make a Match Siklus I Menggunakan model make a match dalam pembelajaran matematika Kondisi Akhir Hasil Belajar Meningkat Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir Siklus II Menggunakan model make a match dalam blj 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian teori yang dipaparkan di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini, Pembelajaran dengan menggunakan model Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi hitung campuran pada siswa kelas IV SD Negeri Randu 03 Kec. Pecalungan Kab. Batang Semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.

18