5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menurut Rewarder memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa. Pembelajaran Inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenkr dalam Joyce dan Weil (1992:198), menunjukkan bahwa latihan Inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Menurut Piaget dalam (E. Mulyasa, 2007) mengemukakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka. Menurut Sudjana (1989) ada 5 tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu: 5
6 a. Merumuskan masalah masalah untuk dipecahkan oleh siswa. b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis. c. Mencari informasi,data,dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan. d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi. e. Mengaplisikasikan kesimpulan Menurut Gulo (2002), bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran Inkuiri adalah sebagai berikut ; 1. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan Kegiatan Inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan untuk meyakinkan pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. 2. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk mempermudah proses ini guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, di pilih salah satu hipotesis yang relefan dengan permasalahan yang diberikan. 3. Mengumpulkan Data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data, data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. 4. Analisis Data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau salah. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses Inkuiri yang telah dilakukannya. 5. Membuat Kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran Inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
7 Menurut Wina Sanjaya (2008) Metode inquiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Sund and Trowbridge (1973), mengemukakan ada tiga macam metode inquiri sebagai berikut : a. Inquiry terpimpin (guide iquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaanpertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencaan dibuat guru dan siswa tidak merumuskan permasalahan. b. Inquiry bebas (free inquiry), pada metode ini siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) pada metode ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Wina Sanjaya (2007), mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inquiri, yaitu : 1. Metode inquiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode inquiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran itu sendiri. 2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik. Guru dituntut untuk
8 memiliki kemampuan menggunakan teknik bertanya, karena dalam proses pembelajaran dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. 3. Tujuan dari penggunaan metode inquiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inquiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. 2.1.2 Metode Inkuiri Metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang stu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukanya dengan teman lainya. 2.1.3 Hakikat Metode Inkuiri Pada hakekatnya metode inkuiri adalah merupaqkan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyaka. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. 2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Inkuiri Adapun teknik penggunaan metode inkuiri memiliki kelebihan sebagai berikut : a) Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. c) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka. d) Memberikan kepuasan yang bersifat instrinsik e) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang f) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu g) Memberi kesempatan siswa untuk belajar sendiri. h) Siswa dapat menghindari cara-cara belajar yang tradisional.
9 i) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Selain mempunyai kelebihan metode inkuiri yang memiliki kelemahan atau kekurangan adalah : 1. Metode inkuiri terlalu menekankan pada proses/aspek intelektual atau kognitif dan kurang memperhatikan dominan afektif atau aspek emosional dari proses belajar mengajar. 2. Metode ini tidak efektif bagi kelas bersiswa banyak karena setiap siswa mungkin membutuhkan waktu banyak dari guru untuk menuntunnya. 3. Harapan akan hasil penyelidikan mungkin tidak terpenuhi atau mengecewakan terutama bagi guru yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional. 4. Sarana untuk mengetes penyelidikan belum cukup tersedia. 2.1.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri (Sudjana 1989) 1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa. 2. Menetapkan jawaban sementara atau hipotesis. 3 Mencari informasi data dan fakta yang diperlukan untuk mmenjawab hipotesis atau permasalahan. 4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi. 5. Mengaplikasikan kesimpulan. 2.1.6 Hasil Belajar IPA Hasil belajar IPA merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelun belajar. Dari guru, hasil belajar merupakan saat terselaisainya bahanpelajaran (Dimyati dan Mudjiono). Oemar Hamalik menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tiidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti jadi mengerti. Hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar
10 mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan prilaku di peroleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang produk yang menunjukan belajar telah terjadi (Gerlach dan Ely dalam Cathariana Tri Arini, 2005: 4) 2.1.7 Pembelajaran IPA Keberhasilan pembelajaran IPA ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompetensi guru, motivasi belajar siswa, pemilihan pendekatan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dan dukungan sarana parasarana. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menyatakan metode pembelajaran IPA yang terbaik. Jadi guru harus pandai-pandai memilih sesuai dengan keperluan yang ada. Ada tugas dan tanggung jawab guru untuk senantiasa mengembangkan diri melalui berbagai eksperimendan pengalaman agar pembelajaranya bermutu yang bernuansa pada kompetensi siswa. 2.1.8 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar sering disebut prestasi belajar. Kata prestasi berasal dari Belanda yaitu prestatie yang artinya hasil usaha. Kata prestasi juga berarti kemampuan ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. 2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 1. Strategi mengajar adalah seperangkat kebijakan yang dipilih yang telah dikaitkan dengan pemilihan materi, penyajian materi cara materi pelajaran yang disajikan dan sasaran penerima materi pelajaran. 2. Pendekatan adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. 3. Metode mengajar adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada pelajaran IPA misalya dengan metode inkuiri, demonstrasi, ceramah, tugas kelompok dan lain-lain. 4. Tekhnik mengajar, kemampuan dan kebiasaan guru, tersedianya media pembelajaran dan kesiapan siswa.
11 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Pamujo, 2009 (Khazanah Pendidikan: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 2 [Maret 2009]) Judul penelitian Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Sejarah Melalui Pembelajaran metode inkuiri di Madrasah Tsanawiyah (Mts) Muhammadiyah Purwokerto. Pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah, yaitu: a. Motivasi dalam hal bertanya pada diskusi kelompok atau diskusi kelas dari 19,74 % meningkat menjadi 67,11% pada akhir siklus III. b. Motivasi dalam menyampaikan pendapat pada proses pembelajaran meningkat, dari 06,58% menjadi 50,00% pada akhir sikuls III. c. Motivasi dalam hal keberanian memberikan sanggahan pada diskusi kelompok maupun diskusi kelas dari 00,00% menjadi 26,32% pada akhir siklus III. Pembelajaran kooperatif metode inquiri mampu meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah, yaitu: a. Partisipasi kontributif bertanya meningkat dari 19,74% meningkat menjadi 67,11% pada akhir siklus III. b. Partisipasi kontributif berpendapat meningkat dari 6,58% meningkat menjadi 50,00% pada akhir siklus III. Partisipasi kontributif Menyanggah meningkat menjadi 26,32% pada akhir siklus III. d. Partisipasi inisiatif mengerjakan soal dan tugas meningkat dari 39,47% menjadi 73,68% pada akhir siklus III. Nyoman Subratha (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Undiksha, 2009, (2), 135-147) dalam penelitian yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran metode inquiri Dan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada. Berdasarkan hasil penelitian ini, diajukan saran-saran sebagai berikut. (1) Dalam merancang model belajar siswa memecahkan masalah hendaknya langkah-langkah pemecahan masalah betul-betul dilatihkan. (2) Dalam menuntun siswa cara memecahkan masalah, maka perlu penekanan-penekanan langkah-langkah dan cara pemecahan masalah agar siswa betul-betul trampil menerapkan strategi pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari atau kehidupan nyata. (3) Untuk mengoptimalkan kelompok-kelompok kecil melakukan tugas-tugas pembelajaran guru hendaknya memberikan pengarahan-pengarahan yang lebih intensip terhadap apa yang mereka harus lakukan dalam pembelajarankepada siswa-siswa yang dianggap belum melakukan tugasnya secara baik, hendaknya guru mendekati siswa-siswa tersebut untuk
12 menanyakan apa mereka telah mengerti dengan apa yang mereka harus lakukan. (4) Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam mengerjakan tugas-tugas, dicoba untuk lebih banyak lagi mengarahkan tugas-tugas individu yang nilainya akan digunakan dalam kelompoknya, sehingga diharapkan masing-masing siswa akan berusaha selain demi individunya juga demi kelompoknya Alamsha M. (Jurnal Kependidikan UIN Malang, 2010, hal. 157-162) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Metode Inkuiri pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kreativitas dan Pemahaman Siswa Kelas V di SDN Muneng 02 Kediri dengan hasil penelitian sebagai berikut: Jumlah nilai rata-rata peningkatan kreativitas siswa, yang semula dalam pre test sebesar 1,2 meningkat sebesar 1,4 atau sebesar 16% pada siklus I. Pada siklus II, meningkat menjadi 1,8 atau sebesar 50%.Sedangkan pada siklus III, meningkat menjadi 2,2 atau sebesar 83%. Perbandingan peningkatan siklus II dibandingkan siklus I meningkat sebesar 28%, sedangkan peningkatan pada siklus III dibandingkan siklus siklus II sebesar 22%, dan jika dibandingkan siklus I meningkat sebesar 57%. Jumlah nilai rata-rata peningkatan pemahaman siswa meningkat menjadi 2,25 atau sebesar 12% pada siklus I. Pada siklus II, meningkat menjadi 2,75 atau sebesar 37%. Pada siklus III, meningkat menjadi 3,25 atau sebesar 62%. Perbandingan peningkatan siklus II dibandingkan siklus I meningkat menjadi 22%, sedangkan peningkatan pada siklus III dibandingkan siklus II meningkat sebesar 18%, dan jika dibandingkan siklus I meningkat sebesar 44%. 2.3 Kerangka Pikir Dengan metode inquiri menjadikan siswa aktif, Kreatif dan menyenangkan karena metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan experiment sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dendan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukanya dengan yang ditemukan peserta didik lainya. Melalui suasana yang di bangun sedemikian kreatifnya maka metode inquiri menjadikan hasil belajar siswa akan meningkat. Adapun peranan guru dalam metode inquiri adalah sebagai motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengarah, menejer-menejer dan pemberi penghargaan pada prestasi yang
13 di capai siswa. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar melalui metode inkuiri tidak membosan kan bagi siswa. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori, Kajian hasil-hasil teori yang relevan dan kerangka pikir diatas, diduga penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi panas dan bunyi pada siswa kelas IV SD Negeri Pacet Kecamatan Reban Kabupaten Batang.