PENERAPAN METODE INQUIRI PADA DIKLAT GURU KIMIA MADRASAH ALIYAH. Oleh : Nur Aini
|
|
- Sugiarto Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENERAPAN METODE INQUIRI PADA DIKLAT GURU KIMIA MADRASAH ALIYAH Oleh : Nur Aini Abstrak Penulisan Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman metode Inquiri dalam proses pembelajaran mata diklat materi kimia serta bagaimana penerapan metode inquiri dalam proses pembelajaran oleh para peserta diklat Kimia. Penerapan Metode inquiri pada pembelajaran materi Kimia pada proses berpikir secara sistematis, kritis, dan analitis pada peserta diklat untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dihadapi, dengan langkah langkah sebagai berikut : merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan selanjutnya membuat kesimpulan. Penggunaan metode inquiri sangat tepat diterapkan pada pembelajaran materi Kimia, yang membahas materi tentang reaksi redoks dan elektrokimia. Dalam penulisan ini peserta diklat akan mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan yakni menggali informasi yang sebanyak banyaknya dan pada akhirnya menarik kesimpulan. Kata Kunci : Penerapan, Metode inkuiri Pendahuluan A. Latar Belakang Lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan salah satu instrument yang dipakai oleh pemerintah dalam meningkatkan kompetensi aparatur negara. Di seluruh kementerian yang ada di Indonesia mempunya lembaga pendidikan dan pelatihan termasuk didalamnya Kementerian Agama. Tuntutan stakeholder untuk peningaktan kualitas pelaksanaan Diklat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan atau ditindaklanjuti. Diklat merupakan suatu sistem di mana didalamnya mengandung 3 (tiga) unsur yaitu panitia, widyaiswara, dan peserta diklat yang anatara satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari 3 (tiga) unsur ini yang sangat menonjol perannya dalam hal peningkatan kualitas diklat yaitu widyaiswara, di mana dituntut profesionalisme dalam melaksanakan tugas yaitu mengajar terhadap peserta diklat. Salah satunya yaitu bagaimana widyaiswara dapat menyusun suatu strategi pembelajaran sehingga motivasi belajar serta pencapaian tujuan pembelajaran dapat di capai.
2 Strategi pembelajaran akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran. Apabila proses pembelajaran dapat efektif maka akan meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, proses pembelajaran yang kurang efektif akan menjadikan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran kurang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran sangat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran. Efektifitas proses pembelajaran sangat tergantung pada straategi yang digunakan. Apabila strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat menumbuhkan partisipasi, maka strategi dimungkinkan akan menjadikan hasil pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Diklat Guru Kimia Madrasah Aliyah merupakan salah satu Diklat yang diselenggarakan sebagai program prioritas dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dalam menggerakkan roda reformasi pendidikan nasional. Berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berupa persoalan yang muncul dan bertentangan dengan pendidikan yang tertuang dalam pancasila dan UUD 1945 membutuhkan pemecahan. Oleh karena itu masyarakat memberikan harapan besar pada dunia pendidikan berinvestasi dalam rangka membentuk karakter bangsa khususnya para guru. Hal ini merupakan peluang dan tantangan Balai Diklat Keagamaan untuk dapat memberikan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas bagi para peserta diklat. Widyaiswara sebagai pendidik dan pengajar yang mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan/atau melatih peserta diklat sebagaimana tertuang dalam peraturan MENPAN No. 14 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, merupakan pemeran kunci dalam keberlangsungannya suatu diklat. Widyaiswara bertanggung jawab dalam proses pembelajaran berlangsung, karena melalui proses pembelajaran itulah peserta dapat memiliki pengalaman belajar yang nantinya akan menjadi kompetensi yang dimilikinya. Dan salah satu komponen yang turut berperan dalam keberhasilan dari proses pembelajaran tersebut adalah penggunaan pendekatan yang tepat. Pendekatan pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh Widyaiswara untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dipilih oleh Widyaiswara dalam proses pembelajaran yaitu metode inquiri. Menurut Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973), metode inkuiri adalah pembelajaran yang
3 mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain. Metode inquiri menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang di pertanyakan (Saiful Sagala, 2006: ). Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan makalah ini penulis tertarik untuk mengangkat judul : Penerapan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran Mata Diklat Materi Kimia pada Diklat Guru Kimia Madrasah Aliyah. B. Identifikasi Masalah 1. Proses pembelajaran di kelas masih berjalan monoton 2. Metode yang digunakan bersifat konvensional 3. Tingkat penguasaan materi peserta diklat yang masih rendah C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang muncul dan menjadi pokok penting dalam kajian ini adalah : Bagaimana Menerapkan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran Mata Diklat Materi Kimia pada Diklat Guru Kimia Madrasah Aliyah. D. Tujuan Penelitian Penulisan ini bertujuan untuk : Mendeskripsikan Penerapan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran Mata Diklat Materi Kimia Pada Diklat Guru Kimia Madrasah Aliyah. II. PEMBAHASAN A. Pengertian Inquiri Istilah inkuiri berasal dari kata inquiry dalam bahasa Inggris, yang dapat diartikan sebagai suatu penyelidikan. Inquiri dapat pula diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bertumpu pada pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengarah pada penarikan suatu kesimpulan. Penerapan inquiri pada suatu pembelajaran mengupayakan terciptanya situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam suatu kegiatan
4 yang bersifat ilmiah. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat berinisiatif untuk mengamati, menanyakan, menjelaskan, merancang dan menguji hipotesis, menganalisis serta menarik kesimpulan. Untuk merencanakan pembelajaran dengan metode inkuiri ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: 1. Aktifitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh, 2. Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa, 3. Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa 4. Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing. Karena inkuiri diawali dengan kegiatan pengamatan dalam rangka untuk memahami konsep,maka pengamatan itu sebaiknya dilakukan terhadap benda nyata atau yang terdapat pada kehidupan sehari-hari, yang tentu saja menarik bagi siswa sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan mau melakukan pengamatan (Wintarti, 2002:1). Dalam hal ini guru perlu mengarahkan pengamatan siswa dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat menuju ke konsep yang diinginkan. Karena pengamatan terarah pada suatu konsep, mungkin timbul halhal yang harus diketahui namun siswa belum mengetahuinya. Untuk itu siswa akan berusaha mencari tahu dengan bertanya kepada sesama siswa, kepada guru, atau sumber yang lain. Setelah hal-hal yang ingin diketahui terkumpul, untuk mengarah pada suatu konsep tertentu siswa perlu membuat hipotesis dan mengujinya untuk kemudian menganalisisnya berdasarkan data-data yang ada agar dapat menemukan sesuatu. Hal itu dapat dilakukan sendiri atau bersamasama dengan siswa lainnya. Dengan demikian terjadi suatu rangkaian kegiatan sebagai berikut: 1. Mengamati (observing) 2. Bertanya (questioning) 3. Mengumpulkan data (collecting) 4. Menganalisis (analyzing) 5. Merumuskan teori (theoryzing) (Wintarti, 2002:1) Rangkaian kegiatan tersebut akan dilakukan berulang-ulang hingga konsep yang diinginkan tercapai serta siswa dapat mengembangkan sekaligus menggunakan keterampilan berfikir kritisnya.
5 Pembelajaran dengan inkuiri bertujuan agar siswa dapat mengetahui dan belajar secara ilmiah dengan inkuiri serta mampu mentransfernya ke dalam situasi lain. Tim MKPBM (2001:180) mengemukakan bahwa metode inkuri terdiri atas: 1. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan dan teka-teki. 2. Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur, mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah 3. Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru dilaksanakan 4. Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkan pada situasi lain. Berdasarkan tahapan di atas dapat dikatakan bahwa metode inkuiri lebih memberi penekanan pada aktifnya siswa dalam: 1. Proses Belajar 2. Mencari informasi baru 3. Membuat hipotesis 4. Menguji hipotesis Pada dasarnya pembelajaran dengan inkuiri mengajarkan pada siswa suatu proses ilmiah untuk menyelidiki dan menjelaskan fenomena yang tidak biasa (lazim) mereka jumpai. Karena siswa pada umumnya memiliki rasa keingintahuan dan hasrat untuk berkembang, maka pembelajaran dengan metode inkuiri dapat membantu mereka mengembangkan pengetahuan serta keahlian mereka untuk memunculkan berbagai pertanyaan dan mencari jawaban dan rasa keingintahuan mereka. Joyce (1992:194) mengemukakan bahwa sangatlah penting mengarahkan siswa kepada pendapat yang mengatakan bahwa semua pengetahuan bersifat sementara. Berdasarkan pendapat tersebut, maka siswa akan terdorong untuk menemukan sesuatu misalnya jawaban lain yang berbeda dari jawaban yang ada saat itu. Dengan demikian tidak ada jawaban-jawaban yang permanen, sehingga siswa harus dapat mengembangkan apa yang mereka pikirkan dan mencari adanya kemungkinan yang lain. Suchman (Joyce: 1992:199) mengemukakan hal-hal sebagai berikut: 1. Siswa melakukan inkuiri secara alami ketika mereka menyelesaikan teka-teki.
6 2. Dalam pembelajaran inkuiri, siswa belajar untuk menganalisis yang mereka fikirkan. 3. Dalam pembelajaran inkuiri, strategi-strategi baru dapat segera terpikirkan oleh siswa. 4. Pembelajaran inkuiri dapat memperkaya pikiran siswa. Wintarti (1992:3) mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dipetik dalam pembelajaran inkuiri, 1. Kemampuan siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaanpertanyaan yang mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna. 2. Selama inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. 3. Dengan inkuiri siswa dapat belajar bagaimana menjadi ilmuwan, walaupun mereka tidak melakukannya secara formal dan sistematik. 4. Dalam inkuiri diperlukan adanya penyelidikan, percobaan, walaupun analisis yang akan memberikan pengalaman-pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif bagi siswa. 5. Inkuiri memungkinkan siswa pada tingkat perkembangan berbeda bekerja pada masalah serupa bahkan bekerja sama dalam menemukan pemecahan masalah. 6. Inkuiri memungkinkan untuk pengintegrasian atas banyak disiplin ilmu. 7. Inkuiri melibatkan komunikasi. 8. Inkuiri menghendaki siswa bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri, dalam hal ini perlu adanya keterlibatan aktif dari siswa pada proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode inkuiri dapat diterapkan pada segala usia, tetapi masing-masing kelompok usia memerlukan penyesuaian dalam penerapan pembelajaran ini. Bagaimanapun ada beberapa cara untuk mempermudah atau menyederhanakan metode yang diterapkan hingga mampu untuk terlibat pada tahapan-tahapan dalam metode tersebut. Joyce (1992:209) mengemukakan bahwa model strategi-strategi, nilai-nilai serta sikap yang perlu dikkembangkan dalam pembelajaran inkuiri meliputi,
7 1. Keahlian proses (pengamatan, pengumpulan dan pengolahan data, menggali dan mengontrol variable, perumusan dan pengujian hipotesis, menjelaskan serta amenyimpulkan). 2. Keaktifan 3. Ekspressi verbal 4. Ketekunan 5. Cara berfikir logis 6. Anggapan bahwa semua pengetahuan bersifat sementara. Dalam pembelajaran dengan metode inkuiri, guru dapat belajar bagaimana cara berfikir siswanya. Selanjutnya guru dapat menata situasi-situasi pembelajaran yang sesuai dan memfasilitasi siswa dalam upaya mempelajari ilmu pengetahuan. Wintarti (2002:4) menyatakan bahwa pada saat menggunakan metode inkuiri guru harus mempelajari beberapa keterampilan sebagai berikut: 1. Mengetahui kapan memberikan suatu sentuhan (rangsangan) 2. Mengetahui petunjuk-petunjuk apa yang tepat untuk diberikan pada siswa tertentu 3. Mengetahui apa yang tidak perlu dikatakan kepada siswa (tidak memberikan jawaban kepada siswa) 4. Mengetahui bagaimana membaca prilaku siswa pada saat mereka bekerja menghadapi tantangan dan bagaimana merancang suatu situasi pembelajaran bermakna dengan memperhitungkan prilaku tersebut. 5. Mengetahui kapan pengamatan, hipotesis, atau eksperimen adalah bermakna. 6. Mengetahui bagaimana menggunakan kesalahan-kesalahan konstruktif. 7. Mengetahui bagaimana membimbing siswa sehingga mereka memberikan kekuasaan kontrol atas eksplorasi mereka namun tidak berarti kehilangan kontrol atas kelas. Karena ditekankan pada proses, maka tidak semua pola pembelajaran dapat memunculkan inkuiri. Pola-pola pembelajaran yang berkaitan dengan inkuiri adalah, 1. Konstruktivisme 2. Kontekstual 3. Problem Solving
8 4. Questioning Bruner (Hersunardo, 1986:11) mengemukakan 4 alasan mengapa metode inkuiri perlu diterapkan dalam pembelajaran, 1. Potensi intelektual 2. Motif-motif intrinsik dan ekstrensik 3. Mempelajari heuristic inkuiri 4. Konservasi memori Bruner mengartikan potensi intelektual, maksudnya orang hanya belajar dari mengembangkan pikirannya dengan menggunakan pikiran tadi untuk berfikir. Pada poin kedua, Bruner percaya bahwa karena berhasil pada inkuiri, siswa menerima getaran intelektual yang memuaskan, yang merupakan getaran intrinsik. Pada poin ketiga, Bruner menekankan bahwa satu-satunya cara agar seseorang mempelajari teknik-teknik penyusunan inkuiri adalah dengan memberikan kesempatan untuk menemukan. Melalui penemuan itu siswa akan belajar bagaimana mengorganisasi dan melakukan penelitian. Sedangkan pada poin keempat, Bruner mengemukakan bahwa salah satu akibat dari pembelajaran inkuiri adalah membantu memperkuat daya ingat. B. Penerapan Metode Inquiri Berikut ini akan diberikan ilustrasi pembelajaran kimia dengan menggunakan metode inkuiri pada sub pokok bahasan Menyetarakan Persamaan Redoks untuk siswa MA, kelas XI. 1. Siswa diberikan soal tentang persamaan redoks 2. Siswa disuruh mengamati soal dan menyetarakan persamaan tersebut. 3. Guru dapat mengarahkan pengamatan siswa dengan menyuruh siswa menyetarakan persamaan reaksi tersebut. 4. Berdasarkan hasil penyetaraan persamaan reaksi tersebut, guru (dapat dengan bertanya) mengarahkan pada hasil yang ditemukan oleh siswa. 5. Siswa diminta untuk menganalisis dan merumuskan konsep redoks dari persamaan yang mereka temukan. Pembelajaran dengan metode inquiri memiliki beberapa kekuatan (Tim MPKBM, 2000:179), diantaranya: 1. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
9 2. Siswa memahami benar bahan pelajaran 3. Dapat membentuk konsep pada diri siswa 4. Dapat mengembangkan bakat siswa 5. Siswa terdorong untuk melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat 6. Memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi secara mental dan mengakomodasi informasi 7. Siswa akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks 8. Melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri Walaupun demikian pembelajaran dengan metode inkuiri juga memiliki kelemahan (Tim MPKBM, 2000:180) sebagai berikut, 1. Menyita waktu 2. Metode ini tidak dapat digunakan pada setiap topik kimia 3. Kelas tidak terlalu besar karena memerlukan perhatian guru terhadap setiap siswa. Dalam proses pembelajaran mata diklat materi kimia yang dilaksanakan pada Diklat Guru Kimia Madrasah Aliyah, widyaiswara harus dapat memilih metode mengajar yang tepat sehingga memudahkan peserta diklat dalam mencerna dan menguasai mata diklat yang diajarkan makin efektif pada pencapaian tujuan pembelajarannya. Dalam proses pembelajaran, widyaiswara harus lebih cenderung berperan sebagai fasilitator dan partner sebaya, bukan sebagai teacher centered, pesrta diklat lebih diarahkan untuk memperoleh pengalaman sendiri dengan cara diberikan kesempatan yang luas untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan peserta didiknya. C. Kesimpulan Berdasarkan paparan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal hal sebagai berikut : 1. Metode Inquiri adalah metode yang menekankan proses berpikir kritis, sistematis dan analitis kepada peserta diklat untuk mencari dan
10 menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dihadapi dengan langkah langkah sebagai berikut : proses pembelajaran, mencari informasi baru, membuat hipotesis, dan menguji hipotesis. 2. Penggunaan metode inquiri sangat tepat diterapkan pada pembelajaran Kimia yang membahas materi tentang redoks dan elektrokimia. Peran peserta diklat adalah mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yang mereka butuhkan yakni menggali informasi yang sebanyak banyaknya dan pada akhirnya membuat kesimpulan. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi.dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Azwar, Saifuddin Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arends. Richard l, Learning To Teach. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Fatah, N Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya. Hasibuan, D.Melani, Pengaruh Model PBL Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa MTsN Hersunardo. (1986). Pendekatan Inquiri Lewat Demonstrasi dalam Mengajarkan Sistem Transpor Tumbuhan kepada para Murid Sekolah Menengah Pertama. Tesis. IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan J. Papilaya, Modul Model Model Pembelajaran Yang Efektif. Ambon, FKIPUnpatti Justiana, Sandri. Dkk Kimia 2 SMA Kelas XI. Jakarta: Yushistira. Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Pembelajaran. Bandung, Alfabeta. Sutresna, Nana Kimia Untuk Kelas XI SMA. Bandung: PT Grafindo Media Pratama. Winataputra, Udin S. dkk Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar IPA. Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
11 Wintarti, A Inquiri dalam CTL dan Contoh Penerapannya pada Pembelajaran Matematika. Makalah. Unesa Surabaya. Tidak Diterbitkan Himpunan Peraturan Perundang-Undangan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.
PENERAPAN METODE INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA DIKLAT GURU MATA PELAJARAN IPA MTs. Oleh : Nur Aini
PENERAPAN METODE INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA DIKLAT GURU MATA PELAJARAN IPA MTs Oleh : Nur Aini Abstrak Penulisan Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman metode Inquiri dalam proses
Lebih terperinciMenurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :
A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran terdapat
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. metode pembelajaran guided inquiry terhadap prestasi belajar materi bangun datar
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis mengenai pengaruh metode pembelajaran guided inquiry terhadap prestasi belajar materi bangun datar (segiempat) pada siswa kelas VII MTsN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.
Lebih terperinciMemilih Metode Pembelajaran Matematika
Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan
Lebih terperinciMETODE INKUIRI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Oleh : Legiman, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Muda LPMP DIY
METODE INKUIRI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Oleh : Legiman, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Muda LPMP DIY Email: legiman.maman@yahoo.co.id Abstrak. Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hakikat ilmu kimia mencakup dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk merupakan pengetahuan
Lebih terperinciPENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan fakta yang ada di lapangan saat ini, pembelajaran sains secara utuh belum dilaksanakan, banyak ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat maju dan mengikuti perkembangan jaman. Perkembangan ini menyebabkan setiap negara harus menyesuaikan
Lebih terperinciMemilih Metode Pembelajaran Matematika
Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan semakin hari terus mengadakan perbaikan ke jenjang yang lebih baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI
PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI A. Pembelajaran Konstruktivis 1. Pengertian Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menyatakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry dengan Media Papan Cacah Gori Terhadap Hasil Belajar Matematika Setelah analisis data penelitian selesai, langkah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini peranan guru masih mendominasi suasana pembelajaran (teacher centered), indikasinya adalah guru lebih banyak memberikan pengajaran yang bersifat instruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD Binti Muakhirin SD Negeri Cibuk Lor Seyegan Abstrak Artikel ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan pendekatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar untuk mengembangkan dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan melalui metode ilmiah. Fisika merupakan salah satu dari
Lebih terperinciPENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRY PADA MATA PELAJARAN EKONOMI POKOK BAHASAN PASAR
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRY PADA MATA PELAJARAN EKONOMI POKOK BAHASAN PASAR Dewi Fauziyah Universitas Negeri Surabaya dewifauziyah@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan, harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan harapan
Lebih terperinciPENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.
Vol., No., Mei PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN MEDAN T.P 3/ Fitriani dan Alkhafi Maas Siregar Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan suatu proses pembentukan manusia yang memungkinkan untuk tumbuh dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara filsafat, pendididikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptanya,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses adanya perubahan yang bersifat permanen pada diri seorang siswa yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan dan perilaku yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan konstitusi serta sarana dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan taraf mutu pendidikan di Indonesia, merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap pendidik. Karena pendidikan merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciPENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH Suid AB 1), M.Nasir Yusuf 2), Nurhayati 3) 1) (Dosen Program Studi Pendidikan Guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan mata pelajaran dengan konsep pembelajaran alam yang mempunyai hubungan erat dan luas dengan kehidupan manusia. IPA berhubungan dengan cara mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.
Lebih terperinciAbstrak. Nurina Rahma
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GAYA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SEKOLAH BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAS KASIH SURABAYA Nurina Rahma E-mail: nurina_rahma@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar adalah suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak bisa bersikap menjadi bisa bersikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka misi pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar dijumpai permasalahan yang tidak hanya berasal dari guru dan siswa tetapi juga masalah sarana dan prasarana dalam proses belajar. Permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk menyongsong abad XXI diperlukan generasi muda yang luwes, kreatif dan proaktif yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Kemampuan untuk beradaptasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inquiri Terbimbing Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana, pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Biologi. Oleh: FARIDA HIKMAWATI A
39 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA POKOK BAHASAN SISTEM EKSKRESI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI MADRASAH ALIYAH MA AHID KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada pada setiap jenjang pendidikan dan memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi siswa yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu SMP negeri di kabupaten garut tahun pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya dengan membaca, menulis, atau mendengarkan. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai kumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ESKPLANASI SISWA KELAS XI SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ESKPLANASI SISWA KELAS XI SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh Nur Hasanah Dr. Wisman Hadi, M. Hum. Penelitian
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP PGRI SUDIMORO, KABUPATEN PACITAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Endah Dwi Nur Qori ah dan Dwi Avita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan peserta didik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan bergulirnya era globalisasi dalam segala bidang banyak hal berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan abad 21 saat ini ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi. Terutama pada pembangunan nasional yaitu bidang pendidikan. Oleh karena
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Oleh : Legiman, M.Pd Widyaiswara LPMP D.I. Yogyakarta email : legiman.maman@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Kimia merupakan ilmu yang pada awal-nya diperoleh dan dikembangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Konstruktivisme 1. Pengertian Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Untuk mewujudkannya pemerintah mengupayakan peningkatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
Lebih terperinciPENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 11 November 2017 PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendekatan Realistik 1. Pengertian Pendekatan Realistik Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan pada keterkaitan antar konsep-konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran fisika mempunyai peranan besar dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga dunia pendidikan di Indonesia diharapkan dapat
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai arti penting dalam pengembangan teknologi. Konsep-konsep fisika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta. Fisika mempunyai arti penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Pengelolaan sumber daya alam dan
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Dwiyani Hegarwati Guru SMAN 6 Cirebon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi sebagai salah satu bagian dari pendidikan IPA memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran biologi sebagai salah satu bagian dari pendidikan IPA memiliki salah satu tujuan yaitu mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memecahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan era globalisasi, diperlukan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi tantangan era globalisasi, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir dan intelektual tinggi, yaitu mencakup kemampuan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK Ai Nurhayati 1, Regina Lichteria Panjaitan 2, Dadan Djuanda 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. dan olahraga; (9) Keterampilan/kejuruan dan; (10) Muatan lokal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidkan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik ataupun buruknya pribadi manusia menurut
Lebih terperinci